ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN IKTERUS
NEONATORUM TERHADAP BAYI Ny. “M”
I. Data Subyektif
Pada tanggal 07 Oktober 2007
A.
Identitas
Nama
bayi : Bayi Ny. M
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Tanggal
lahir : 07-10-2007
Jam : 07.30 WIB
Anak
ke : Satu
Alamat : Jl. Praja Sakti Kec. Metro Timur
Nama
Ibu : Ny. Mardiana F.
Umur : 24 tahun
Pendidikan : D 3
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Praja Sakti Kec. Metro Timur
a.
Keluhan utama
Bayi umur 8 jam dengan, nampak kekuningan didaerah kepala dan leher,
facces berwarna seperti dempul, perut membuncit pembasaran pada hati, tidak mau
minum dan reflek moro lemah.
b.
Riwayat Persalinan Sekarang
1.
Persalinan spontan pervaginam tanggal 07-10-2007 pukul 07.30 WIB.
2.
Lama persalinan
Kala I : 10 Jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam setelah
persalinan
3.
Bayi lahir tanggal 07 Oktober 2007 pukul 07.30 WIB,
jenis kelamin laki-laki
c.
Riwayat Post Partum
1.
Keadaan umum ibu baik
2.
TFU 2 jari dibawah pusat
3.
Lochea : ada, rubra
4.
Lactasi : ASI keluar sedikit
d.
Kebutuhan dasar
1.
Eliminasi :
BAB (+), BAK (+)
2.
Kebersihan :
Tubuh bayi bersih
B.
Data Obyektif
No
|
Aspek yang dinilai
|
Menit Pertama
|
Menit V
|
1.
|
Appereance
|
2
|
2
|
2.
|
Polse
|
2
|
2
|
3.
|
Gramace
|
1
|
1
|
4.
|
Activity
|
1
|
2
|
5.
|
Respirasi
|
2
|
2
|
|
Jumlah
|
8
|
9
|
- Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda
vital :
Temp : 36,50 C
Pols : 120 x/menit
PB : 2800 gram
BB : 49 cm
RR : 44 x/menit
a.
Kepala
UUB : datar UUK : datar
Moulage : O Sucadeneum : tidak
ada
Bentuk kepala : simetris Keadaan tubuh : tidak
ada kelainan
b.
Mata
Bentuk mata : simetris Strabismus : tidak ada
Pupil mata : Normal Sklera : ikterik
Keadaan : bersih
c.
Hidung
Bentuk : simetris
Pernafasan cuping hidung : tidak ada
Keadaan : bersih
Lubang hidung : lengkap
Warna kulit : Pucat kekuningan
d.
Mulut
Bentuk : simetris Palatum : normal
Refleks hisap : baik Bibir : lengkap
atas/bawah
Gusi : normal Warna
bibir : pucat
e.
Telinga
Posisi : simetris kanan-kiri, dan telinga teraba lunak
Keadaan : bersih,
tidak ada sumbatan
Warna kulit : pucat
agak kekuningan
f.
Leher
Pembesaran vena /
kelenjar : tidak ada
Pergerakan leher : dapat bergerak
kekanan-kekiri
Warna kulit : kuning
g.
Dada
Posisi : simetris
Mamae : Ada
h.
Perut
Posisi : simetris
Tali pusat : basah
Tidak ada
pembesaran dan benjolan
i.
Punggung bokong
Tidak ada
benjolan dan tidak terdapat spina bifida
j.
Ekstrimitas
Jari tangan : Lengkap
Posisi dan
bentuk : Simetris kanan-kiri
Jari kaki : Lengkap
Pergerakan : Aktif
Warna kulit
pucat, kuku, tangan dan kaki berwarna agak kekuningan
k.
Genetalia
Lengkap, terdapat testis dan skrotum sudah turun
Jenis kelamin : laki-laki
Anus : positif,
tidak ada sumbatan
l.
Reflek
1.
Mencari (rooting) :
kurang baik
2.
Menghisap (sucking) :
kurang baik
3.
Menelan (swalowing) :
kurang baik
4.
Reflek kaki (stapping) :
baik
5.
Menggenggam (graping) :
baik
6.
Reflek morro :
baik
m.
Ukuran antropometri
BB : 2800
gram
Lingkar kepala : 34 cm
TB : 49 cm
Lingkar dada : 32 cm
Lila : 11 cm
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
lab, kadar bilirubin serum 100 umol/l
II. Interpretasi Data Dasar
- Diagnosa :
Bayi
baru lahir normal hari pertama dengan ikterus derajat I (pada kepala dan
leher).
DS : Anak lahir tanggal 07 Oktober 2007 pukul 07.30
WIB
DO : Tanda-tanda vital
BB : 2800 gram Temp :
36,500 C
PB : 49 cm Pols : 120 x/menit
RR : 46 x/menit
APGAR
SCORE : 8-9
- Masalah
a.
Penurunan kadar bilirubin
Dasar : terdapat warna kuning pada bagian kepala dan leher, hasil
pemeriksaan lab kadar bilirubinnya 100 umol/dl
b.
Perawatan tali pusat
Dasar : tali pusat masih basah
- Kebutuhan
a.
Pemenuhan nutrisi yang adekuat
b.
Penyinaran pada dengan lampu fluorensi sebanyak 10 buah
masing-masing 20 watt dan menjamur/menyinarkan bayi di bawah sinar matahari
pagi selama 10-15 menit antara pukul 07.00-08.00 WIB
c.
Merawat tali pusat agar tetap kering dan membungkusnya
dengan kassa steril
III. Identifikasi Masalah Potensial
- Potensial terjadinya ikterus pada derajat yang lebih lanjut
Dasar
:
a.
Dari hasil pemeriksaan lab didapatkan kadar serum
bilirubin indirek 100 umol/l (derajat I)
b.
Terdapat warna kuning pada daerah muka, leher dan kuku
- Potensial terjadinya pemindahan mikro organisme pada tali pusat
Dasar
: tali pusat masih basah
IV. Identifikasi Tindakan Segera dan Kolaborasi
Segera
Kolaborasi bila ada komplikasi
V. Perencanaan
- Jelaskan pada ibu cara perawatan bayi baru lahir :
a.
Cara perawatan tali pusat
b.
Personal hygiene bayi
- Penanganan ikterus :
Ajarkan
ibu cara menghangatkan/penyinaran bayi dengan sinar matahari di pagi hari untuk
menurunkan kadar bilirubin
- Libatkan ibu dalam pemberian ASI eksklusif
- Libatkan ibu dalam imunisasi
- Jelaskan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
- Observasi kemajuan pertumbuhan dan perkembangan bayi
VI. Implementasi
- Melakukan perawatan tali pusat
a.
Tali pusat selalu dalam keadaan kering
b.
Tali pusat harus dibungkus dengan kassa steril
c.
Kebersihan harus selalu dijaga dengan cara mengganti
kasa bila kotor
- Menjaga bayi agar tidak hipotermi
a.
Membungkus bagi dengan kain yang bersih, kering dan
hangat
- Membantu penurunan kadar bilirubin pada bayi
a.
Menghangatkan/melakukan penyinaran pada bayi di bawah
sinar matahari di pagi hari selama 15-20 menit antara pukul 07.00 – 08.00 pagi.
- Membantu ibu untuk menyusui bayinya sesegera mungkin
- Memberikan imunisasi hepatitis B ke-1 pada bayi baru lahir
- Menjelaskan tanda-tanda bahaya BBL :
a.
Warna kulit kuning terutama 24 jam pertama (kulit
berwarna biru/pucat).
b.
Tali pusat merah, bengkak, berbau busuk, keluar cairan
atau nanah
c.
Bayi kejang
d.
Menghisap lemah, banyak muntah, mengantuk belebihan
e.
Tidak BAK dan BAB 24 jam pertama
- Melakukan pemantauan bayi baru lahir
a.
Kemampuan menghisap
b.
Keaktifan bayi
c.
Keadaan umum bayi
VII. Evaluasi
- Keadaan bayi lebih baik, sklera masih tampak ikterik
- Tali pusat terawat baik
- Bayi dalam kondisi hangat
- Kemampuan menghisap bayi : baik, bayi tampak aktif, warna kulit mulai kemerah-merahan
- Hasil pengukuran antropometri
BB : 2900 gram PB : 50
cm LL : 13 cm
LK : 34 cm LD : 33 cm
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 10
Oktober 2007 pukul 10.00 WIB, hari ke 3
S : a. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusui
b. Ibu
mengatakan bayinyaa sudah sering BAK
c. Ibu
mengatakan bayinya sering menangis
O : Tanda-tanda
vital
RR :
45 x/menit BB : 2900 gram
Suhu :
37,60 C PB : 50 cm
Nadi :
128 x/menit
a. Tanda-tanda
ikterus sudah berkurang:
1. Warna kulit sudah tampak kemerahan
2. Sklera masih berwarna kuning
3. hasil
lab : Kadar bilirubin 60 umol/dl
b. Tali
pusat sudah layu dan terlihat terawat baik
c. Bayi
sudah mau menyusui
d. Perut
bayi tidak kembung
e. Eliminasi : BAK
7-8 x/hari
BAB
2-3 x/hari
f. Reflek : 1. Mencari (Rooting) : baik
2. Menghisap (sucking) : baik
3. Menelan (swallowing) : baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek moro : baik
A : Diagnosa
Bayi baru lahir dengan ikterus
derajat I
Dasar : bayi baru lahir 07 Oktober
2007 dengan apgar 8-9
Masalah, untuk sementara tidak ada
Kebutuhan : a. Perawatan tali pusat
b. Perawatan bayi sehari-hari
c. Penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
1. Personal hygiene bayi
2. Pemberian ASI eksklusif
3. Pertahankan suhu tubuh bayi
P : 1. Mandikan bayi dengan mandi lap 2 kali sehari
2. Merawat
tali pusat
3. Berikan
penyuluhan pada ibu dan keluarga tentang :
a. Personal hygiene bayi
b. Pemberian ASI eksklusif
c. pertahankan suhu tubuh
4. Tetap
anjurkan ibu untuk menghangatkan bayinya dibawah sinar matahari pagi untuk
menurunkan kadar bilirubin.
Tanggal 13 Oktober 2007, hari ke-7
S : a. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel, bayi
tidur ±
16 jam
b. Ibu
mengatakan bayinya BAK ± 7-8 kali sehari, BAB 2 x sehari
c. Ibu
mengatakan bayinya hanya minum ASI saja setiap jam.
O : a. Keadaan umum baik
Tanda-tanda vital :
RR : 50 x/menit BB : 3100 gram
Suhu : 37,20 C PB : 50 cm
Nadi : 130 x/menit
b. Eliminasi : BAK
7-8 x/hari
BAB 2 x/hari
c Reflek : 1. Mencari (Rooting) : baik
2. Menghisap (sucking) : baik
3. Menelan (swallowing) : baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek moro : baik
d. Warna kulit kemerahan, sklera masih tampak
ikterik, tanda-tanda ikterus sudah berkurang
e. Tali pusat sudah lepas.
A : Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 7 hari
Dasar : bayi baru lahir normal
spontan pervaginam tanggal 07-10-2007
Masalah, untuk sementara tidak ada
Kebutuhan : a. Perawatan bayi sehari-hari
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang imunisasi
P : a. Lakukan perawatan bayi sehari-hari :
Mandikan bayi dengan mandi
rendam 2 x sehari karena tali pusat sudah puput.
b. Sarankan
ibu untuk membawa anaknya secara rutin ke posyandu untuk memantau tumbuh
kembang bayi.
c. Anjurkan
ibu untuk memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan
Tanggal 20 Oktober 2007, hari ke 14
S : a.
Ibu mengatakan bayi minum ASI dengan
kuat
b. Ibu
mengatakan bayinya hanya minum ASI saja tiap jam
c. Ibu
mengatakan bayinya BAK ± 7-8 kali sehari, BAB 2 x sehari
O : a.
Keadaan umum baik
Tanda-tanda vital :
RR : 52 x/menit BB : 3100 gram
Suhu : 37,00 C PB : 50 cm
Nadi : 128 x/menit
b.
Eliminasi : BAK 7-8 x/hari
BAB 2
x/hari
c Reflek : 1. Mencari (Rooting) : baik
2. Menghisap (sucking) : baik
3. Menelan (swallowing) : baik
4. Reflek kaki (stapping) : baik
5. Menggenggam (graping) : baik
6. Reflek moro : baik
d. Warna
kulit kemerahan, sklera tidak ikterik
A : Diagnosa
Bayi baru lahir normal umur 14 hari
Dasar : bayi baru lahir spontan
pervaginam tanggal 07-10-2007
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : a. Perawatan bayi sehari-hari
b. Pemberian ASI eksklusif
c. Penyuluhan
tentang imunisasi
P : a. Ajarkan ibu untuk perawatan bayi sehari-hari
:
1. Mandikan bayi, dengan mandi rendam 2 x sehari
2. Anjurkan pada ibu jika terdapat tanda-tanda bahaya :
Suhu tinggi, kejang,
diare, dan lain-lain segera bawa ke pusat kesehatan
b. Anjurkan
pada ibu untuk memberikan ASI saja
c. Sarankan
pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu secara rutin untuk memantau tumbuh
kembang bayi
LANDASAN TEORI
BBL DENGAN IKTERUS
DEFINISI
Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat
perhatian sungguh-sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning
pada kulit konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. Gejala ini
seringkali ditemukan terutama pada bayi kurang bulan atau yang menderita suatu
penyakit yang bersifat sismetik.
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada
anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
METABOLISME
BILIRUBIN (Abdoerrachman, H,
dkk.1981 Kegawatan pada anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
1. Produksi :
Sumbernya ialah produk degradasi hemoglobin, sebagian lain dari sumber lain.
2. Tranportasi :
Bilirubin indirek dalam ikatannya dengan albumin diangkut ke hepar untuk diolah
oleh sel hepar. Pengolahan dipengaruhi oleh protein Y.
3. Konjugasi :
Dalam sel hepar bilirubin dikonjugasi menjadi bilirubin direk dengan pengaruh
enzim glukuronil transferase, bilirubin direk diekskresi ke usus melalui duktus
koledokus.
4. Sirkulasi Enterohepatik : Sebagian bilirubin direk diserap kembali kehepar dalam
bentuk bilirubin indirek yang bebas. Penyerapan ini bertambah pada pemberian
makanan yang lambat atau pada obstruksi usus.
BILIRUBIN
ADA DUA JENIS
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan
pada anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
:
1. Bilirubin Indirek
a. Yang belum dikonjugasi
b. Larut dalam lemak sehingga mudah melekat pada
sel otak dalam keadaan bebas
c. Ekstresi pada janin melalui plasenta. Pada
neonatus, dengan peoses konjugasi diubah menjadi bilirubin direk
2. Bilirubin direk
a. Larut dalam air
b. Ekstresi melalui usus dan pada keadaan
obstruksi melalui ginjal
Ikterus terjadi akibat penumpukan bilirubin
karena :
1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada proses
hernolisis
2. Gangguan tranportasi, misalnya hipoalbuminemia
pada bayi kurang bulan
3. Gangguan pengolahan oleh hepar
4. Gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar
5. Gangguan ekskresi atau obstruksi
HIPERBILIRUBINEMIA
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan
pada anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
a. Suatu penumpukan bilirubin indirek yang
mencapai suatu kadar tertentu yang mempunyai potensi
menyebabkan kerusakan otot.
b. Kadar yang paling rendah yang dapat menyebabkan
kerusakan otak belum diketahui dengan pasti. Kejadian kernikterus pada umumnya
terdapat pada kadar bilirubin lebih dari 20 mg %.
c. Kadar bilirubin yang dapat disebut
hiperbilirubinemia dapat berbeda-beda untuk setiap tempat. Harus diientifikasi
sendiri. Di RSCM jakarta
kadar itu ialah bilirubin indirek yang lebih dari 10
mg %.
Bahaya Hiperbilirubinemia :
a. Minimal :
Kelainan Kognitif
b. Berat
: Kernikterus kematian
Pendekatan Untuk
Mengetahui Penyebab
Ikterus Pada
Neonatus (Abdoerrachman, H, dkk.1981.Kegawatan pada anak. Jakarta Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia)
Etiologi ikterus pada neonatus kadang-kadang
sangat sulit untuk ditegakkan. Seringkali faktor etiologinya jarang berdiri
sendiri. Untuk memudahkan maka dapat dipakai pendekatan tertentu dan yang mudah
dipakai ialah menurut saat terjadinya ikterus :
I.
Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada
anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam
pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sebagai berikut :
1. Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan
lain
2. Infeksi intrauterin (oleh virus, toksoplasma,
sifilis, dan kadang-kadang bakteria)
3. Kadang-kadang oleh defisiensi enzim G6PD
Pemeriksaan yang perlu dilakukan
ialah :
- Kadar bilirubin serum berkala
- Darah tepi lengkap
- Golongan darah ibu dan bayi
- Tes coombs
- Pemeriksaan strining defiensi enzim G6PD, biarkan darah atau biopsi hepar bila perlu
II.
Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir. (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada
anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
1. Biasanya ikterus fisiologik
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah
ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau peningkatan kadar
bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg % per 24 jam
3. Defiensi enzim G6PD atau enzim eritrosit lain,
juga masih mungkin.
4. Polisitemia
5. Hemolisis perdarahan tertutup (perdarahan
subapeneurosis, perdarahan hepar, subkapsula dan lainnya).
6. Hipoksia
7. sfersitosis, eliptositosis dan lain-lain
8. dehidrasi-asidosis
Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus
tidak cepat :
a. Pemeriksaan darah tepi
b. Pemeriksaan darah bilirubin berkala
c. Pemeriksaan skrining enzim G6PD
d. Pemeriksaan lain-lain dilakukan bila perlu
III. Ikterus
yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama. (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada
anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
1. Biasanya karena infeksi (sepsis)
2. Dehidrasi dan asiolosis
3. Defisiensi enzim G6PD
4. pengaruh obat-obat
5. Sindroma Criggler-najjar
6. Sindroma Gilbert
IV. Ikterus
yang timbul pada akhir mingu pertama dan selanjutnya. (Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan pada
anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
1. Biasanya karena ikterus obstruktif
2. Hipotiroidisme
3. “ Breast milk jaundice”
4. Infeksi
5. Hepatitis neonatal
6. Galaktosemia
7. Lain-lain
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan :
- Pemeriksaan bilirubin berkala
- Pemeriksaan darah tepi
- Skrining enzim G6PD
- Biarkan darah, biopsi hepar bila ada indikasi
- Pemeriksaan lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab
PENATALAKSANAAN
(Abdoerrachman, H, dkk.1981 Kegawatan
pada anak. Jakarta.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia)
1. Ikterus yang kemungkinan besar menjadi
patologik ialah :
a. Ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama
b. Ikterus dengan kadar bilirubin melebihi 10 mg %
pada bayi cukup bulan dan 12,5 % pada bayi kurang bulan
c. Ikterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari
5 mg % per hari
d. Ikterus yang sudah menetap sesudah 1 minggu
pertama
e. Kadar bilirubin direk melebhi 1 mg %
f.
Ikterus
yang mempunyai hubungan dengan proses hemolitik, infeksi atau keadaan patalogik
lain yang telah diketahui
2. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah
dan dihentikan peningkatannya dengan :
a. pengawasan antenatal yang baik
b. Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan
ikterus pada bayi, pada masa kehamilan dan kelahiran misalnya : Sulfafurazol,
oksitosin dan lain-lain
c. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin
dan neonatus
d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari
sebelum partus
e. Iluminasi yang baik bangsal bayi baru lahir
f.
Pemberian
makanan yang dini
g. Pencegahan infeksi
3. Mengatasi Hiperbilirubinemia
- mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital. Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat. Pengobatan dengan cara ini tidak begitu efektif dan membutuhkan waktu 48 jam baru terjadi penurunan bilirubin yang berarti, mungkin lebih bermanfaat bila diberikan pada ibu ± 2 hari sebelum kelahiran bayi.
- Memberikan substrat yang kurang untuk tranportasi atau konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk meningkatkan bilirubin bebas. Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 30 ml/kg BB. Pemberian glukosa perlu untuk konjugasi hepar sebagai sumber energi.
- Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat menurunkan kadar bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan tranfusi tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca tranfusi tukar alat fototerapi dapat dibuat sendiri.
4. Pengobatan Umum
Pengobatan terhadap etiologi atau faktor-faktor penyebab
bagaimana mungkin dan perwatan yang baik. Hal-hal lain perlu diperhatikan ialah
: Pemberian makanan yang dini dengan cairan dan kalori cukup dan iluminasi
(penerangan) kamar dan bangsal bayi yang baik.
5. Tindak lanjut
Sebagai akibat hiperbilirubinemia perlu dilakukan tindak
lanjut sebagai berikut ini :
a. Evaluasi berkala pertumbuhan dan perkembangan
b. Evaluasi berkala pendengaran
c. Fisioterapi dan rehabilitas bila terdapat
gejala sisa
Alat yang digunakan
Lampu Fluoresensi
sebanyak 10 buah @20 watt dengan gelombang sekitar 425-475 nm. Jarak antara
sumber cahaya dan bayi sekitar 18 inci. Diantara sumber cahaya dan bayi
ditempatkan kaca pleksi 200-400 jam penyinaran, kemudian harus diganti.
Lampu Fluoresensi
yang dapat dipakai ialah :
a. “Cool White”
b. “day Light”
c. “Vita-Kite”
d. “Blue”
e. “Special Blue”
Derajat pada neonatus menurut KRAMER
Zona
|
Bagian tubuh yang kuning
|
Rata-rata serum indirek (umol / l)
|
1
2
3
4
5
|
Kepala dan leher
Pusat dan leher
Pusat dan paha
Lengan + tungkai
Tangan + kaki
|
100
150
200
250
>250
|
Tatalaksana ikterus pada neonatus sehat cukup
bulan berdasarkan bilirubin indirek (mg / dl)
Usia (jam)
|
Pertimbangkan terapi sinar
|
Terapi sinar
|
Tranfusi tukar bila terapi sinar intensif
gagal
|
Tranfusi tukar dan terapi sinar intesif
|
<24
25-48
49-72
>72
|
…
>11,8
>15,3
>17
|
…
>15,3
>18,2
>20
|
…
>20
>25,3
>25,3
|
…
>25,3
>30
>30
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar