BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah
kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu
pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus
publis. Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan
(anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan
putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada
posisi anterior posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis.
Distosia
bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase
aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala
yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui
jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk
kedalam panggul.
Janin
besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi
yang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih
dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir
pervaginam 10,8 – 11,3 Kg (Lewellpyn, 2001).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar
pembaca dapat mengetahui tentang persalinan yang patologis khususnya
persalinan dengan distosia bahu dan dapat mengetahui cara menangani bila
mendapatkan kasus distosia bahu.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang distosia bahu
b. Agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis suatu tindakan
c. Agar dapat melakukan segera dalam penanganannya.
1.3 Manfaat Penulisan
- Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek
- Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan
- Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal
- Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan
- Meningkatkan
kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada
waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan
janinnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Distosia
ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan
Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu :
- Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power).
- Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
- Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
- Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
- Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
Dalam
kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara pervaginam
tetapi meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss). Dan
janin yang lahir dan hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak
ini hanya hidup kira-kira 11 jam (Rustam, 1998).
2.2 Klasifikasi
1. Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).
2.3 Etiologi
Faktor-faktor
penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain : kehamilan
postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan
antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih
diragukan.
Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu :
Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu :
- Kehamilan postern
- Wanita-wanita yang habitus indolen
- Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
- Orang tua yang besar
- Eritroblastosis
- Diabeter Melitus
2.4 Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara :
- Keterunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkan dan adanya diabetes melitus
- Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (eodem dan sebagainya)
- Pemeriksaan teliti tentang disproporsi Sefalo atau Feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi
- Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva
- Tarikan kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang simfisi pubis.
2.5 Prognosis
Pada
panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada
umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi
karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post
maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang
lebar sulit melalui rongga panggul.
Bahu
yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada
anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran
bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal
akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan
melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus
brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.
2.6 Komplikasi
1. Pada Ibu :
a.
Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil, dapat menimbulkan dehirasi serta asidosis dan infeksi
intrapartum.
b.
Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
menimbulkan regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran
retraksi patologis (Bandl).
c.
Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik,
jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala
janin dan tulang panggul.
2. Pada Bayi :
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum.
b. Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat
besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segala apabila ia
masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulge.
d. Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh
simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas
tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os
parietalis (Hanifah, 2002).
2.7 Penanganan
1.
Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi
yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan
melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral.
2.
Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua
tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lututnya
ibu ke arah dada.
3.
Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat
tinggi. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah pada
kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisi pubis.
Catatan : Hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibat trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara srimultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura uteri.
Catatan : Hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibat trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara srimultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura uteri.
4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tingkat tinggi, masukkan tangan kedalam vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, dilakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas
- Masukkan tangan kedalam vagina
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan ke arah dada.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain adalah :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang (Ida Bagus, 2001)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia
bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk
“melipat” kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase
aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala
yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui
jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk
kedalam panggul.
3.2 Saran
Setiap
ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar
dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar