Jumat, 16 Desember 2011

SUPPORT SISTIM DALAM ASUHAN POSTNATAL


1.1. Latar Belakang
Periode pascanatal didefenisikan sebagai “suatu periode yang tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 28 hari setelah akhir masa persalinan, selama masa ini ibu dan bayi membutuhkan kehadiran bidan yang kontinu” (UKCC,1993)
.

Asuhan kebidanan selama priode pascanatal secara tradisional ditentukan oleh kesehatan wanita pascaparum. Pada permulaan abad kedua puluh, angka kmatian ibu adalah 4/1000, yang sbagian besar disebabkan oleh infeksi puerperium ( Towler dan Brammal, 1986 ). Bidan memberi kontribusi unik dalam pemulihan pascanatal bagi setiap wanita. Agar kontribusi menjadi efektif maka bidan harus memiliki peran yang bermacam-macam, dan bahkan spesifik, bergantung dari kebutuhan ibu dan keluarganya. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif dengan orang tua untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan mengadopsi pola kerja yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Bidan mempunyai peranan penting untuk mempermudah masa transisi wanita menjadi ibu. Kualitas asuhan pascanatal yang diberikan disekitar waktu kelahiran mempengaruhi pengalaman awal menjadi orang tua dan keyakinan atas kemampuan mengasuh yang telah dipelajarinya. Bantuan utama dari bidan adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan melibatkan keluarga dalam setiap asuhan postnatal misalnya suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Suami dapat menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah. Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Bidan juga dapat mendukung dan mengajarkan hal-hal yag terkait dengan menjadi orang tua. Menjadi orang tua adalah lebih dari sebuah kumpulan perilaku yang membutuhkan suatu komitmen untuk mengasuh dan memelihara.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi para bidan dalam hal memberikan asuhan yang tepat pada ibu post partum.

1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dukungan atau motivasi yang dibutuhkan ibu post partum.
2. Untuk mengetahui dukungan yang dibutuhkan pada ibu saat menyusui (breastfeeding).
3. Untuk membahas tentang bagaimana peran menjadi orangtua bagi ibu dalam asuhan yang diberikan.
4. Untuk membahas dan mengetahui asuhan yang diberikan pada kelompok ibu post partum.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Support System Dalam Asuhan Postnatal
Support adalah dukungan atau bantuan, system adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Asuhan postnatal adalah manajemen atau pelayanan kesehatan yang diberikan dan dilakukan pada ibu pasca melahirkan. Support system dalam asuhan postnatal adalah pemberian pelayanan asuhan secara menyeluruh kepada ibu pasca melahirkan yang melibatkan peran dan dukungan seluruh keluarga atau sistem yang terkait sehingga tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal. Bidan memberi kontribusi unik dalam pemulihan postnatal bagi setiap wanita. Pengguna layanan kebidanan akan menghargai bidan yang baik, yang memberi dukungan dan memiliki pengetahuan. Bidan mempunyai peranan penting untuk mempermudah masa transisi wanita menjadi ibu. Kualitas asuhan pascanatal yang diberikan di sekitar waktu kelahiran mempengaruhi pengalaman awal menjadi orang tua dan keyakinan atas kemampuan mengasuh yang telah dipelajarinya.

Penyediaan asuhan postnatal adalah berdasarkan pada sejumlah prinsip yang bertujuan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan.
2. Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan penuh percaya diri.
3. Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi.
4. Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuannya sebagai orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua.
5. Membantu keluarga mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka dan mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Aktivitas asuhan kebidanan dalam periode pascanatal/postnatal dapat dikategorikan sebagai pemulihan dan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan emosional dan pemberian informasi, pendidikan serta saran praktis dari ahli yang berpengalaman. Periode di sekitar kelahiran anak merupakan “kesempatan terbuka” yang penting bagi bidan untuk mendukung pria dan wanita dalam rangka meningkatkan kesehatan keluarga dan hubungan orang tua-anak.

Support system dalam asuhan postnatal meliputi :
1. Breastfidding
2. Peran menjadi orang tua
3. Kelompok ibu post partum (Post partum group)

2.2 BREAST FEEDING
2.2.1 Pengertian
Pengertian breastfeeding adalah menyusui. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.

Breastfeeding atau menyusui yaitu proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks hisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari keluarga terutama suami. Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit dan kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.

Keberhasilan dalam menyusui dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan. Menyusui memerlukan dukungan dari berbagai macam faktor, antara lain payudara sebagai perangkat pemberian ASI, perlu diperhatikan apakah cukup mampu menghasilkan ASI dan kondisi putingnya memadai bagi bayi untuk bisa menyusui dengan mudah. Bayi dibiasakan menyusui sejak dini, yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental untuk menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah.

Hal senada telah diungkapkan oleh Soeharyono (1992), yang mennyebutkan bahwa keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor ibu melalui mekanisme fisiologi yang dapat menyebabkan payudara membentuk air susu, faktor bayi melalui refleks yang secara alami dibawa sejak masih dalam kandungan yang memungkinkan bayi mendapatkan air susu. Faktor eksternal yaitu petugas kesehatan yang berperan selaku katalisator proses fisiologi yang dapat membantu ibu dan bayi sukses dalam proses menyusui. Bantuan utama dari petugas kesehatan adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan.

“Peran Ayah Dalam Menyusui”
Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok atau menyendawakan bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eklusif. Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka ayah perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui.

Beberapa cara “Ayah Menyusui” membesarkan bayinya :
• Setiap saat, siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan gendong ke ibunya untuk disusui.
• Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.
• Ganti popoknya sebelum atau sesudah bayi menyusu.
• Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan ayahnya.
• Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.
• Sekali-kali mandikan bayi atau bila sudah sedikit lebih besar mandilah bersama-sama
• Biarkan bayi berbaring didada ayahnya agar ia dapat mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.
• Biasakan memijat bayi Anda sejak baru lahir, bila mungkin sehari dua kali.

1. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk keberhasilannya menyusui seperti :

a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

b. Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara dibelakang putting susu, tidak dibenarkan bila bayi hanya menekan putting susunya. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu bayi mendapatkan jumlah air susu yang maksimal dan tidak akan menimbulkan luka pada putting susu ibu.

c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap ( tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk lambung. Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan botol. Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat mengalir dengan mudah dari lubang dot.

2. Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif. Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik kualitas maupun kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih sayang (bonding), dan meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi pendarahan post partum (paska melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan penderita kanker payudara dan kanker indung telur, menjarangkan kelahiran, dapat mengembalikan lebih cepat berat badan dan besarnya rahim ke ukuran normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan terutama saat menyusui dimalam hari, juga dapat memberikan kepuasan dan rasa bahagia bagi ibu.

a. ASI sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi air susu untuk setiap mamalia berbeda satu sama lainnya. Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke 10 atau ke-14setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 ( ASI matang). ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk.

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin ( zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri membuatzat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang bila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang ( mature). Zat kekebalan yang terdapat di ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian di Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkinkan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.

c. ASI meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak.

Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali pada susu sapi, antara lain :
1. Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI
2. Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi.
3. Asam lemak ( DHA, omega-3, omega-6) : merupakan asam lemak utama dalam ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian Dr. Lucas (1993) secara crossectional terhadap 300 bayi premature membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (RP = 8,3) dibanding dengan bayi prematur yang tidak diberi ASI.

1. CARA MENYUSUI YANG BENAR
1. Tetekkan bayi segera atau selambatnya setengah janin setelah bayi lahir. Mintalah kepada bidan untuk membantu melakukan hal ini.
2. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum menetekkan
3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan sekitarnya.
4. Ibu duduk atau tiduran / berbaring dengan santai.
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
a. Perut bayi menempel keperut ibu.
b. Dagu bayi menempel ke payudara.
c. Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus.
d. Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar putting susu.
6. Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi.
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian besar lingkaran/daerah gelap sekitar puting susu ke dalam mulut bayi.
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.
Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang belum kosong tadi.

2. CARA MELEPASKAN PUTING SUSU DARI MULUT BAYI
Dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.

3. CARA MEMERAS ASI DENGAN TANGAN
Bidan menganjurkan pada Ibu untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Setelah itu :
1. Duduklah Ibu seenak/senyaman mungkin.
2. Pegang/letakkan cangkir dekat dengan payudara Ibu.
3. Letakkan ibu jari pada payudara diatas puting susu dan areola (bagian lingkaran hitam berwarna gelap pada payudara) dan jari telunjuk dibawah payudara, juga dibawah puting susu dan areola.
4. Tekan ibu jari dan telunjuk kedalam, kearah dada. Ibu tidak perlu menekan terlalu keras, karena dapat menghambat aliran air susu.
5. Kemudian tekanlah payudara Ibu kebelakang puting dan areola antara jari telunjuk dan ibu jari.
6. Selanjutnya tekan dan lepaskan, tekan dan lepaskan. Kegiatan ini tidak boleh menyakiti atau Ibu sampai merasa nyeri. Pada awalnya, mungkin tidak ada susu yang keluar, tetapi setelah dilakukan penekanan beberapa kali, ASI akan mulai menetes keluar.
7. Tekan areola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk meyakinkan bahwa ASI di tekan dari seluruh bagian payudara.
8. Hindari menggosok-gosok payudara atau memelintir puting susu.
9. Peras satu payudara sekurang-kurangnya 3-5 menit hingga aliran menjadi pelan; kemudian lakukan pada payudara yang satu lagi dengan cara yang sama. Kemudian ulangi keduanya. Ibu dapat menggunakan satu tangan untuk satu payudara dan gantilah bila merasa lelah. Memeras ASI membutuhkan waktu 20-30 menit. Terutama pada hari-hari pertama, ketika masih sedikit ASI yang diproduksi.
10. Simpan.

4. PENGERTIAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.

5. PEMBENTUKAN DAN PERSIAPAN ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

6. CARA PENGAMATAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

7. LAMA DAN FREKUENSI MENYUSUI
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

8. Cara Meningkatkan ASI
1. Adalah dengan memberikan lebih sering, siang dan malam, setiap waktu sampai bayi tidak mau.
2. Bagi ibu memakan makanan dengan gizi seimbang dan dengan pola makan yang benar dan teratur.

2.3 Peran Menjadi Orang Tua
2.3.1 Pengertian
Proses pencapaian peran dan perubahan peran yang dimulai selama masa kehamilan ( Sank,1991). Mungkin anda membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dengan tanggung jawab menjadi orang tua, terutama jika ini berarti perubahan besar bagi gaya hidup anda. Tetapi melihat sikecil tumbuh dan berkembang akan memberikan kebahagiaan yang luar biasa , seiring semakin eratnya ikatan batin diantara anggota keluarga.

2.3.2 Peran Menjadi Orang tua :
A. Menciptakan suatu perubahan periode dan ketidak stabilan bagi laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk memiliki anak
B. Perempuan lebih banyak pengalaman memberikan kontribusi yang besar pembentukan image diri sebagai seorang ibu yaitu kehamilan ,melahirkan, masa nifas/masa menyusui

2.3.3 Ketrampilan dan pengetahuan
Meliputi asuhan pada bayi, misalnya menyusui, menggendong, memandikan, mengganti pakaian, melindungi bahaya dan asuhan pada diri sendiri

2.3.4 Nilai/Sikap dan Kenyamanan
Pengalaman awal menjadi orang tua dengan cinta kasih penerimaan figur sebagai orang tua selama dan memiliki rasa kepercayaan diri serta perhatian terhadap perkembangan untuk anak dengan kelembutan dan penuh perhatian dalam asuhan bayi.
Solusinya adalah untuk memberikan diri sendiri waktu dan ruang untuk mengenal dan merasa nyaman dengan si kecil. Minggu-minggu pertama juga sangat sangat penting untuk memulai menyusui, jadi paling baik jika anda istirahat dan merasa santai sebanyak mungkin dan terus makan dengan baik.

2.3.5 Kegiatan Orang Tua
A. Perlengkapan Bayi
Sebelum kelahiran, siapkan persediaan barang yang anda butuhkan sebanyak mungkin, seperti makanan bergizi favorit , minuman (anda membutuhkan banyak cairan jika anda menyusui), baju, pembalut, kapas dan popok
.
B. Menyambut si Kecil
Semua ibu berkhayal tentang anak yang belum dilahirkannya. Tetapi mencocokan ”anak impian” dengan realitas dari bayi yang sedang anda gendong tidak selalu mudah terutama jika sang bayi memiliki kelamin yang berbeda dengan dugaan anda, atau tidak terlalu sempurna, atau hanya berbeda dari yang anda perkirakan. Dibutuhkan waktu untuk jatuh cinta pada si kecil dan untuk memepelajari bagaimana caranya menjadi ibu atau ayah. Waktu yang dihabiskan bersama akan memberikan anda kesempatan untuk menyesuaikan dan membiasakan diri menjadi orang tua. Anda mungkin lebih memilih meletakkan si bayi bersama anda dikamar tidur awalnya. Jika ia dekat dengan jangkauan, menyusui akan lebih mudah dan anda akan dapat beristirahat di malam hari.

2.3.6 Kontak Orang Tua dengan Bayi ( Klauss dan Kennel)
A. Menggunakan batasan (Bonding Attachment)
Bonding Attachment adalah Kontak ibu dan bayi segera setelah lahir secara fisik dan psikologis dan merupakan modal awal untuk terbinanya hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
Bonding : Masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal.

Attachment : Proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya
Komunikasi antara Orang Tua dan Bayi, antara lain:
• Menyentuh bayi dengan menyusui, memeluk, membuai, mengusap tubuh dengan lembut
• Kontak mata Dilakukan terus menerus face to face posisi wajah ibu dan bayi sejajar± 8 inci, di Amerika kontak mata memilki efek dalam perkembangan dari hubungan kepercayaan dan faktor penting dalam hubungan manusia dengan segala usia
• Suara : respon bayi terhadap suara yang didengarnya
• Bau : ciri khas bau antar ibu dan bayi
• Penyerapan : Umpan balik yang positif antara orang tua dan bayi untuk komunikasi

B. Komunikasi antara Orang Tua dan Bayi
Menyentuh dengan cara menyusui, memeluk, membuai, mengusap tubuh dengan lembut Kontak mata dapat dilakukan terus menerus face to face posisi wajah ibu dan bayi sejajar ± 8 inci. Di Amerika kontak mata memilki efek dalam perkembangan dari hubungan kepercayaan dan faktor penting dalam hubungan manusia dengan segala usia.

C. Tanggung jawab dan Tugas orang tua pada anak
a. Merawat anak
b. Memberikan perhatian
c. Menjadi rekan pada anak

Penyesuaian Diri menjadi orangtua dengan 3 tahapan :
Tahap I : Harapan
Tahap II : Kenyataan
Tahap III: Peralihan menjadi Kepala Keluarga

2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Orang Tua
• Umur : Ibu.Ayah yang terlalu muda
• Kesiapan berumah tangga kurang
• Dukungan sosial suami, keluarga kurang
• Ekonomi rendah
• Pengetahuan rendah
• Kurang informasi kesehatan
• Budaya yang bertentangan dengan kesehatan kuat

2.3.8 Istirahat dan Rileks
Beberapa minggu pertama dapat terasa seperti lingkaran menyusui dan mengganti popok yang tidak ada habisnya denga waktu-waktu pendek untuk melakukan hal lain atau istirahat ketika si kecil tidur. Banyak orang yang akan meneelpon dan ingin datang mengunjungi anda dan bayi. Bicarakan dengan suami bagaimana cara terbaik menyikapi pengunjung. Jangan merasa harus menghibur karena anda perlu menghemat kekuatan untuk bayi menyusui. Sebagai alternative beritahulah keluarga dan teman bahwa anda ingin sendirian untuk 2 minggu pertama dan meminta pengertian mereka. Kadangkala disebut sebagai “ babymoon”, dalam kata lain bulan madu dengan bayi. Memulai dengan cara ini akan memberikan semangat untuk kehidupan baru anda, dan saling berbagi merawat sibayi bersama pasangan. Keuntungannya adalah sang ayah bisa ada setiap saat untuk mempelajari perawatan bayi secara langsung, dan mengenali secara dekat anaknya, yang berarti ia akan menjalin ikatan yang kuat dengan bayinya.

2.3.9 Dukungan dari keluarga terdekat
Teman dekat dan saudara selalu ingin menolong, jadi mungkin dari mereka dapat membantu beberapa pekerjaan rumah, menyiapkan makanan dan lain-lain. Bantuan ini, juga dapat menjadi sis pada sumber dukungan yang berharga terutama jika mereka telah mempunyai anak. Di pihak lain, beberapa orang tua baru merasa bahwa semua orang ingin memberikan nasehat, yang dapat membingungkan atau berbeda dari pikiran anda sendiri. Jika ini terjadi, coba bicarakan dengan bidan atau petugas kesehatan yang bisa menjelaskan semua kebingungan.
Dukungan psikologis pada masa transisi untuk menjadi ornag tua telah terbukti membantu penyesuian diri wanita dan pria untuk menjadi orang tua baru dan meningkatkan proporsi hubungan orang tua-anak yang bebas dari rasa takut atau cemas. Perilaku orang tua juga terjadi dalam konteks masa kanak-kanak dan riwayat keluarga, hubungan pasangan dan keluarga, serta dunia social yang lebih luas, termasuk dunia kerja.

Maka dari itu bidan perlu memahami hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa kehamilan, kelahiran dan periode awal pascanatal merupakan pengalaman formatif bagi orang tua dan bayi mereka
2. Mengklarfikasi hubungan antara makna kejadian-kejadian bagi wanita dan pasangannya secara lebih tepat selama masa transisi untuk menjadi orang tua
3. Bahwa perubahan psikologis yang terjadi selama masa ini merupakan suatu proses
4. Memahami bagaimana kuatnya pengaruh hubungan orang tua-bayi dan ehidupan keluarga secara umum
5. Mengklarifikasi tipe dukungan yang sesuai yang ditawarkan ornag tua pada masa ini

2.4 Kelompok Ibu Postpartum
Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa menjadi seorang ibu yang ingin mencari kelompok khusus dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadangkala ibu postpartum yang sudah pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung untuk membentuk kelompok pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut, ternyata kelompok pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam membantu seorang wanita yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan. Kelompok pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden.
Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari kelompok dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.

Para ahli obstetrik memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinan terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konsseling bila memang diperlukan. Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan,, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbuldalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan penanganan menyeluruh dan dukungan dari kelompok pendukung dari penanganan paraibu yang mengalami post partum. Pengobatan medis, konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat prilaku, emosional,intelektual, social dan psicologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.

Cara dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dan jugapasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b) Dapat memahami dirinya
c) Dapat mendukung tindakan konstruktif.

2. Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
a) Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll.
b) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayinya.
c) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.
d) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertam yang akan lahir.
e) Memperbanyak dukungan dari suami.
f) Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
g) Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan.
h) Bayi memakai pammpers untuk meringankan kerja ibu.
i) Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j) Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
3. Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
a) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.¬
b) Tidurlah ketika bayi tidur.
c) Barolahraga ringan.
d) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.
e) Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi.
f) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
g) Bersikap fleksibel.
h) Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
i) Bergabung dengan kelompok ibu postpartum.


DAFTAR PUSTAKA
Arcan. 2006. Menyusui Moody Jane, Jakarta : EGC.
Handerson, Christine. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC.
http://scribd.com/doc/40735271.
Riordan, Jan. 2000. Buku Saku Menyusui dan Laktasi, Jakarta: EGC.
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Ekslusif, Jakarta: Trubus Agriwidya.

MAKALAH IKTERUS PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap factor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan, dan buruknya hygine. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal, yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurangbaiknya penanganan bayi yang baru lahir sehat akan mengalami kelainan yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur hidup, bahkan kematian. Salah satu gangguan pada bayi baru lahir adalah seperi contohnya ikterus

Ikterus pada bayi baru lahir merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tenaga kesehatan. Kurang lebih 50% bayi cukup bulan akan mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupannya. Wama kuning pada kulit dan sklera terjadi akibat akumulasi bilirubin dalam darah.2-3.4P Peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir merupakan fase transisi yang normal, tetapi peningkatan kadamya dalam darah yang berlebih dapat menyebabkan kern ikterus, yang memerlukan penanganan khusus. Penentuan kadar bilirubin pada bayi baru lahir dapat dilakukan secara invasif yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, atau secara non invasif. Pemeriksaan non invasif merupakan pemeriksaan yang mudah dan tidak menyakitkan. Ada 4 cara non invasif untuk memperkirakan kadar bilirubin yaitu dengan menggunakan ikterometer, bilirubinometer transkutaneus, pemeriksaan gas karbon monoksida dan secara visual. Penilaian ikterus secara visual merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menilai ikterus pada bayi baru lahir dan sampai kini masih digunakan secara luas.


1.2  Tujuan
û  Untuk mengetahui lebih jauh tentang ikterus pada bayi
û  Untuk mengetahui tentang sebab terjadinya ikterus
û  Untuk mengetahui penatalaksanaan pada bayi yang mengalami ikterus

BAB II
ISI



II.1 Definisi
Ikterus berarti gejala kuning karena penumpukan bilirubin dalam aliran darah yang menyebabkan pigmentasi kuning pada plasma darah yang menimbulkan perubahan warna pada jaringan yang memperoleh banyak aliran darah tersebut. Jaringan permukaan yang kaya elastin seperti sklera dan permukaan bawah lidah biasanya pertama kali menjadi kuning.Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2 - 3 mg/dl. Kadar bilirubin serum normal 0,3 – 1 mg/dl.

Berbagai Jenis Ikterus Neonatorum
a.   Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
û  Timbul pada hari kedua – ketiga
û  Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan
û  Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
û  Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %
û  Ikterus hilang pada 10 hari pertama
û  Tidak mempunyai dasar patologis
Sebagai neonatus , terutama bayi prematur, menunjukkan gejala  ikterus pada hari pertama. Ikterus ini biasanya timbul pada hari ke  dua, kemudian menghilang pada hari ke sepuluh, atau pada akhir minggu ke dua. Bayi dengan gejala ikterus ini tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan,kecuali dalam pengertian mencegah terjadinya penumpukan bilirubin tidak langsung yang berlebihan Ikterus dengan kemungkinan besar menjadi patologik dan memerlukan pemeriksaan yang mendalam antara lain :
·        Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
·        Bilirubin serum meningkat lebih dari 5 mg % per hari
·        Bilirubin melebihi 10mg% pada bayi cukup bulan
·        Bilirubin melebihi 15mg% pada bayi prenatur
·        Ikterus yang menetap sesudah minggu pertama
·        Ikterus dengan bilirubin langsung melebihi 1mg%pada setiap waktu.
Ikterus yang mempunyai hubungan dengan penyakit hemoglobin, infeksi,atau suatu keadaan patologik lain yang telah diketahui.

b.  Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia
Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut :
C  Menurut Surasmi (2003) bila :
1.      Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
2.      Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam
3.      Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan
4.      Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis)
5.      Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
C  Menurut tarigan (2003), adalah :
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.

Ikterus patologik dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu  :
Ø  Meningkatnya produksi bilirubin, sehingga melampaui batas kemampuan hepar untuk dikeluarkan.
Ø  Faktor-faktor yang menghalangi itu mengadakan obstruksi pengeluaran bilirubin.
Ø  Faktor yang mengurangi atau menghalangi kemampuan hepar untuk mengadakan konjugasi bilirubin.

c.   Ikterus Hemolitik
      Pada umumnya merupakan suatu golongan penyakit yang disebut Erythroblastosis foetalis atau Morbus Haemolitik Neonatorum ( Hemolytic disease of the new born ).  Penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan oleh Inkompatibilitas golongan darah itu dan bayi.
1.      Inkompatibilitas Rhesus
Penyakit ini sangat jarang terdapat di Indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di negeri barat karena 15 % Penduduknya mempunyai golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana penduduknya hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian, kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi dengan ikterus karena antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah denagan orang asing pada susunan keluarga orang tuanya.

Bayi Rhesus positif dari Rhesus negatif tidak selamanya menunjukkan gejala klinik pada waktu lahir, tetapi dapat terlihat ikterus pada hari pertama kemudian makin lama makin berat ikterusnya, aisertai dengan anemia yang makin lama makin berat pula. Bila mana sebelum kelahiran terdapat hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema umum disertai ikterus dan pembesaran hepar dan lien ( hydropsfoetalis ).
Terapi ditujukan untuk memperbaiki anemia dan mengeluarkan bilirubin yang berlebihan dalam serum, agar tidak terjadi Kern Ikterus.
2.      Inkompatibilitas ABO
Penderita Ikterus akibat hemolisis karena inkom patibilitas golongan darah ABO lebih sering ditemukan di Indonesia daripada inkom patibilitas Rh. Transfusi tukar darah pada neonatus ditujukan untuk mengatasi hiperbilirubinemia karena defisiensi G – 6 – PD dan Inkompatibilitas ABO. Ikteru dapat terjadi pada hari pertama dan ke dua yang sifatnya biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit, anemianya ringan, hepar dan lien tidak membesar, ikterus dapat menghilang dalam beberapa hari. Kalau hemolisiinya berat, sering kali diperlukan juga transfusi tukar darah untuk mencegah terjadinya Kern Ikterus. Pemeriksaan yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-waktu.
3.      Ikterus hemolitik karena incompatibilitas golongan darah lain.
Selain inkompatibilitas darah golongan Rh dan ABO, hemolisis dapat pula terjadi bila terdapat inkompatibilitas darah golongan Kell, Duffy, MN, dan lain-lain. Hemolisis dan ikterus biasanya ringan pada neonatus dengan ikterus hemolitik, dimana pemeriksaan kearah inkimpatibilitas Rh dan ABO hasilnya negatif, sedang coombs test positif, kemungkinan ikterus akibat hemolisis inkompatibilitas golongan darah lain.
4.      Penyakit hemolitik karena kelainan eritrosit kongenital.
Golongan penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik yang menyerupai erytrhoblasthosis foetalis akibat isoimunisasi. Pada penyakit ini coombs test biasanya negatif. Beberapa penyakit lain yang dapat disebut ialah sperositosis kongenital, anemia sel sabit ( sichle – cell anemia ), dan elyptocytosis herediter.
5.      Hemolisis karena diferensi enzyma glukosa-6-phosphat dehydrogenase ( G-6-PD defeciency ).
Penyakit ini mungkin banyak terdapat di indonesia tetapi angka kejadiannya belum di ketahui dengan pasti defisiensi G-6-PD ini merupakan salah satu sebab utama icterus neonatorum yang memerlukan transfusi tukar darah. Icterus walaupun tidak terdapat faktor oksigen, misalnya obat-obat sebagai faktor pencetusnya walaupun hemolisis merupakan sebab icterus pada defesiensi G-6-PD, kemungkinan besar ada faktor lain yang ikut berperan, misalnya faktor kematangan hepar.

d.   Ikterus Obstruktiva
Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi di dalam hepar dan di luar hepar. Akibat obstruksi itu terjadi penumpukan bilirubin tidak langsung dan bilirubin langsung. Bila kadar bilirubin langsung melebihi 1mg%, maka harus curiga akan terjadi hal-hal yang menyebabkan obstruksi, misalnya hepatitis, sepsis, pyelonephritis, atau obstruksi saluran empedu peningkatan kadar bilirubin langsung dalam serum, walaupun kadar bilirubin total masih dalam batas normal, selamanya berhubungan dengan keadaan patologik. Bisa terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk maupun indirek meningkat.Bila sampai dengan terjadi obstruksi ( penyumbatan ) penyaluran empedu maka pengaruhnya adalah tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizink

e.   Kern Ikterus
Encephalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat di akui sebagai komplikasi hiperbirubinemia. Bayi-bayi yang mati dengan icterus berupa icterus yang berat, lethargia tidak mau minum, muntah-muntah, sianosis, opisthotonus dan kejang. Kadang gejala klinik ini tidak di temukan dan bayi biasanya meninggal karena serangan apnoea. Kernicterus biasanya di sertai dengan meningkatnya kadar bilirubintidak langsung dalam serum. Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg% sering keadaan berkembang menjadi kernicterus.

Pada bayi primatur batas yang dapat di katakan cuman ialah 18 mg%, kecuali bila kadar albumin serum lebih dari 3gram%. Pada neomatus yang menderita hyipolia, asidosis, dan hypoglycaemia kernicterus dapat terjadi walaupun kadar bilirubin <16mg%. Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar darah bila kadar bilirubin tidak langsung mencapai 20mg%

II. 2 Birilubin
Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan Hemoglobin (zat merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke usus.

Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.

Penelitian menunjukkan bahwa dianggap hiperbilirubinemia bila:
a.       Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
b.      Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
c.       Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
d.      Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim G-6-PD, dan sepsis)
e.       Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai berikut:
C  Berat lahir kurang dari 2 kg
C  Masa kehamilan kurang dari 36 minggu
C  Asfiksia, hipoksia (kekurangan oksigen), sindrom gangguan pernafasan
C  Infeksi
C  Trauma lahir pada kepala
C  Hipoglikemi (kadar gula terlalu rendah), hipercarbia (kelebihan carbondioksida)

Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut “Kernikterus”. Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap, ketegangan otot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut, bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan keterbelakangan mental.

Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:
û  Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.
û  bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak.

.Bilirubin melekat pada membran dan mitokodria sel otot
C  Derajat I : Malas minum, hipotoni, lethargia, muntah, reflex moro
C  Derajat II : Kejang, Hipertermi, Irritable, rigedity.
C  Derajat III : Tuli, retardasi mental, gangguan pendengaran

Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh (menurut KRAMER) yaitu:
1.      Kramer I. Daerah kepala, (Bilirubin total ± 5 – 7 mg).
2.      Kramer II daerah dada – pusat, (Bilirubin total ± 7 – 10 mg%).
3.      Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut, (Bilimbin total ± 10 – 13 mg).
4.      Kramer IV lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan kaki, (Bilirubin total ± 13 – 17 mg%).
5.      Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki, (Bilirubin total >17 mg%).

II. 3 Etiologi
Etiologi hiperbilirubin antara lain :
1. Peningkatan produksi
&   Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.
&   Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
&   Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis
&   Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)
&   Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol (steroid)
&   Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat misalnya pada BBLR
&   Kelainan congenital      
2.   Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.
3.   Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasiss, syphilis.
4.   Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.
5.   Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.

II. 4 Patofisiologi
Kurang lebih 80 - 85 % bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit tua. Sisanya 15 - 20 % bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit muda karena proses eritropoesis yang inefektif di sumsum tulang, hasil metabolisme proein yang mengandung heme lain seperti sitokrom P-450 hepatik, katalase, peroksidase, mioglobin otot dan enzim yang mengandung heme dengan distribusi luas

Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat mekanisme ini :
Over produksi, Penurunan ambilan hepatic, Penurunan konjugasi hepatic, Penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik)
1.   Over produksi
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.
Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin tak terkonjugasi meningkat dalam darah. Karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi bilirubinuria. Tetapi pembentukkan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam urine feces (warna gelap).
Beberapa penyebab ikterus hemolitik : Hemoglobin abnormal (cickle sel anemia  hemoglobin), Kelainan eritrosit (sferositosis heriditer), Antibodi serum (Rh. Inkompatibilitas transfusi),  Obat-obatan.
2.   Penurunan ambilan hepatik
Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti asam flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini.


3.   Penurunan konjugasi hepatik
Terjadi gangguan konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase. Terjadi pada : Sindroma Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar II
4.   Penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik)
Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelainan hepatoseluler dapat berkaitan dengan  : reaksi obat, hepatitis alkoholik serta perlemakan hati oleh alkohol. ikterus pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan Rotor, Ikterus pasca bedah.

Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi.

II. 5 Tanda dan Gejala                                                                   
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
a.       Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b.      Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).

Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.
Secara unum, tanda dan gejala ikterus meliputi kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
        Dehidrasi
Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
        Pucat
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
        Trauma lahir
Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya.
        Pletorik (penumpukan darah)
Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK
Letargik dan gejala sepsis lainnya
    Petekiae (bintik merah di kulit)
Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis
    Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal)
Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
    Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
    Omfalitis (peradangan umbilikus)
    Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
    Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
    Feses dempul disertai urin warna coklat

II. 6 Komplikasi                                   
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.

II.7  Diagnosis Banding Ikterus
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang atau diagnosis lain yang sudah diketahui Kemungkinan diagnosis
C  Timbul saat lahir hari ke-2
C  Riwayat ikterus pada bayi sebelumnya
C  Riwayat penyakit keluarga: ikterus, anemia, pembesaran hati, pengangkatan limfa, defisiensi G6PD Sangat ikterus
Sangat pucat
Hb<13 g/dl, Ht<39% Bilirubin>8 mg/dl pada hari ke-1 atau kadar Bilirubin>13 mg/dl pada hari ke-2 ikterus/kadar bilirubin cepat
Bila ada fasilitas: Coombs tes positif
Defisiensi G6PD
Inkompatibilitas golongan darah ABO atau Rh Ikterus hemolitik akibat inkompatibilitas darah
û  Timbul saat lahir sampai dengan hari ke2 atau lebih
û  Riwayat infeksi maternal Sangat ikterus

Tanda infeksi/sepsis: malas minum, kurang aktif, tangis lemah, suhu tubuh abnormal Lekositosis, leukopeni, trombositopenia Ikterus diduga karena infeksi berat/sepsis
• Timbul pada hari 1
• Riwayat ibu hamil pengguna obat
• Ikterus hebat timbul pada hari ke2
• Ensefalopati timbul pada hari ke 3-7
• Ikterus hebat yang tidak atau terlambat diobati
• Ikterus menetap setelah usia 2 minggu
• Timbul hari ke2 arau lebih
• Bayi berat lahir rendah Ikterus

II. 8 Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan anemia
2. Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan badan serum albumin
4. Menurunkan serum bilirubin
Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan therapi obat.
a.      Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.

Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia. Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.

b. Transfusi Pengganti
Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl
7. Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus

Transfusi pengganti digunkan untuk:
&   Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal
&   Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
&   Menghilangkan serum ilirubin
&   Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil

c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.

Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
1.   Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun sbb:
     Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
     Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)
     Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
C  Kadar Bilirubin Serum berkala.
C  Darah tepi lengkap.
C  Golongan darah ibu dan bayi.
C  Test Coombs.
C  Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi Hepar bila perlu.

2.   Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
·         Biasanya Ikterus fisiologis.
·         Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
·         Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
·         Polisetimia.
·         Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar, sub kapsula dll).

Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan yang perlu dilakukan:
©  Pemeriksaan darah tepi.
©  Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
©  Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
©  Pemeriksaan lain bila perlu.

3.   Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
û  Sepsis.
û  Dehidrasi dan Asidosis.
û  Defisiensi Enzim G6PD.
û  Pengaruh obat-obat.
û  Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4.   Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
C  Karena ikterus obstruktif.
C  Hipotiroidisme
C  Breast milk Jaundice.
C  Infeksi.
C  Hepatitis Neonatal.
C  Galaktosemia.
      Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
• Pemeriksaan Bilirubin berkala.
• Pemeriksaan darah tepi.
• Skrining Enzim G6PD.
• Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.
II.9 Pencegahan Ikterus
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
û  Pengawasan antenatal yang baik.
û  Menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehaniilan dan kelahiran misalnya : Sulfafurazal, novobiosin, oksitosin dll.
û  Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
û  Iluminasi yang baik, bangsal bayi baru lahir.
û  Pencegahan infeksi.
û  Ada yang menganjurkan penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
û  Cari sebab-sebabnya. Jika kuning karena fisiologis, tak perlu tindakan karena akan hilang sendiri. Jika terjadi karena patologis, harus diteliti oleh dokter lebih lanjut.
û  Ibu dianjurkan menyusui ASI sedini mungkin karena kolostrum yang ada dalam ASI mengandung antibodi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi, "Dengan early feeding berupa ASI ini, bayi akan cepat BAK dan BAB, hingga mekonium yang mengandung banyak billirubin penghancur butir darah merah pun akan segera terbuang. Pengalaman telah membuktikan, bayi-bayi yang terlambat mendapat ASI atau intake PASI/Pengganti ASI terlalu cepat, berpeluang besar menjadi bayi kuning."
û  Perhatikan dan tandai kapan munculnya kuning, kecepatan peningkatan kuningnya, serta lamanya. Jika sudah menjumpai hal-hal mencurigakan seperti ini, "Segera bawa ke dokter"!
û  Jangan memberi sembarang obat-obatan pada bayi
û  Hindarkan bayi dari infeksi. Bayi juga sangat rentan, sebab itu usahakan selalu bersih dan tidak tercemar sesuatu dari luar.
û  Jangan biarkan bayi "puasa" terlalu lama. Berikan cairan tiap 3-4 jam.
û  Sebaiknya hindari pemakaian kamper/kapur barus saat menyimpan baju-baju bayi.

Kalau biasanya para ibu yang baru punya bayi senang menaruh kamper/kapur barusdi lemari pakaian anaknya agar tetap wangi, sebaiknya hentikan kebiasaan itu. Karena ada senyawa dalam kapur barus tersebut yang jika bayi menderita kekurangan enzim G-6-PD menghirup udara kamper, sel darah merahnya rentan dan dapat memicu pecahnya sel darah merah tersebut.


BAB III
PENUTUP


III.1 Kesimpulan
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain.

Berbagai Jenis Ikterus Neonatorum:
a.   Ikterus Fisiologis
b.  Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia
c.   Ikterus Hemolitik
d.   Ikterus Obstruktiva
e.   Kern Ikterus


III.2 Saran
Makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya agar makalah ini selalu dapat digunakan. Bagi mahasiswa dapat membaca makalah ini sebagai referensi dalam proses kegiatan belajar mengajar.



DAFTAR PUSTAKA


Prawiroharjo Sarwono, l976, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Saifudin, AB, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPSP, Jakarta.