BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pertumbuhan
dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh
proses pematangan dan prosesbelajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat
menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia
dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa
menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada
situasi-situasi tertentu. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang
nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam baru
menangis dan meronta.
Pada
umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan- perasaan tertentu,
yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak
senang yang selalu menyertai/perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu disebut
Warna Efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau
samar-samar saja.
Perbedaan
antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya
merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu
saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi
juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan
emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas
pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah
(dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam).
Dengan
begitu diperlukan pembahasan mengenai teori-teori emosi yang dapat mendukung
dalam pengkajian tentang konsep emosi itu sendiri dari berbagai sudut pandang
para tokoh dan ilmuwan, salah satunya teori emosi yang di kemukakan olehJames
-L ange pada makalah ini.
B. SASARAN DAN TUJUAN MASALAH
Penyusunan
makalah ini memiliki beberapa tujuan dan sasaran. Sasaran dari penyusunan
makalah ini adalah praktisi pendidikan khususnya bagi praktisi pendidikan luar
biasa.
Sedangkan tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain :
1. Mengetahui teori emosi yang
dikemukakan oleh James-Lange.
2. Berusaha mengupas dan membuka
wawasan mengenai konsep emosi yang
berkaitan dengan pendidikan.
3. Memenuhi salah satu tugas mata
kuliah hambatan Emosi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR EMOSI
1. Definisi emosi
Pada
umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan- perasaan tertentu,
yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak
senang yang selalu menyertai perbuatan- perbuatan kita sehari-hari itu disebut
warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau
samar-samar saja. Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex
feeling
state) dan getaran jiwa ( a strid up
state) yang menyertai atau munculnya
sebelum dan sesudah terjadinya
perilaku. (Syamsudin, 2005:114).
Sedangkan menurut Crow & crow
(1958) (dalam Sunarto, 2002:149)
emosiadalah “An emotion, is an
affective experience that accompanies
generalized inner adjustment and
mental physiological stirred up states in
the individual, and that shows it
self in his overt behavior.”
Perbedaan
antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya
merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu
saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi
juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan
emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas
pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri
seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah
(dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam).
Jadi
emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri–ciri sebagai
berikut :
4
a. Lebih bersifat subyektif daripada
peristiwa psikologis lainnya, seperti
pengamatan
dan berpikir.
b. Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
b. Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ).
c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
Mengenai ciri – ciri emosi ini dapat
dibedakan antara emosi anak dan
emosi pada orang dewasa sebagai
berikut :
EMOSI ANAK
EMOSI ORANG DEWASA
1. Berlangsung singkat dan
berakhir tiba-tiba
1. Berlangsung lebih lama dan
berakhir
dengan lambat
2. Terlihat lebih hebat dan kuat
2. Tidak terlihat hebat/kuat
3. Bersifat sementara/dangkal
3. Lebih
4. Lebih sering terjadi
4. Jarang terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas
dari tingkah lakunya
5. Sulit diketahui karena lebih
pandai
menyembunyikannya
2. Penggolongan Emosi
Membedakan
satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke
dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal
yang berikut ini:
a.
Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut)
menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan,
dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang
takut atau sedang marah.
b.
Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya,
kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin ia
memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
c.
Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan
pada sifat rangsangnya bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi,
"takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu
5
bahaya, "marah" dalah
emosi yang timbul terhadap sesuatu yang
menjengkelkan.
d. Pengenalan emosi secara subyektif
dan introspektif, juga sukar
dilakukan karena selalu saja akan
ada pengaruh dari lingkungan.
3. Pertumbuhan Emosi
Pertumbuhan
dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh
proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat
menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia
dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa
menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-
situasi tertentu.
Pada
bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang
nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta.
Pengaruh
kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap
kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam
kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti
oleh orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klineberg pada tahun 1938
menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi
emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi
itu antara lain :
a. Menjulurkan lidah kalau
keheranan.
b. Bertepuk tangan kalau kuatir.
c. Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
b. Bertepuk tangan kalau kuatir.
c. Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
Yang juga dipelajari dalam
perkembangan emosi adalah obyek -
obyek dan situasi-situasi yang
menjadi sumber emosi. Seorang anak yang
6
tidak pernah ditakut-takuti di
tempat gelap, tidak akan takut pada tempat
gelap.
Warna
efektif pada seseorang mempengaruhi pula pandangan orang tersebut terhadap
obyek atau situasi di sekelilingnya. Ia dapat suka atau tidak menyukai sesuatu,
misalnya ia suka kopi, tetapi tidak suka teh. Ini disebut preferensi dan
merupakan bentuk yang paling ringan daripada pengaruh emosi terhadap pandangan
seseorang mengenai situasi atau obyek di lingkungannya. Dalam bentuknya yang
lebih lanjut, preferensi dapat menjadi sikap, yaitu kecenderungan untuk
bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Sikap
pada seseorang, setelah beberapa waktu, dapat menetap dan sukar untuk diubah
lagi, dan menjadi prasangka. Prasangka ini sangat besar pengaruhnya terhadap
tingkah laku, karena ia akan mewarnai tiap- tiap perbuatan yang berhubungan
dengan sesuatu hal, sebelum hal itu sendiri muncul di hadapan orang yang
bersangkutan.
Sikap
yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya
kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri sendiri yang disertai
perasaan malu, takut, tidak berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya.
Ada beberapa contoh pengaruh emosi
terhadap perilaku individu
diantaranya :
a. Memperkuat semangat, apabila
orang merasa senang atau puas atas
hasil yang telah dicapai.
b.
Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai
puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar