Rabu, 01 Agustus 2012

MAKALAH PERSIAPAN DALAM PERSALINAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan dan persalinan adalah proses yang normal, tetapi tidak menutupkemungkinan akan timbul berbagai masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan pemantauankesejahteraan janin, serta persiapan persalinan dan kelahiran yang matang Orang-orangdi sekitarnya seperti bidan dan terutama keluarga harus turut serta menjagakesejahteraannya.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa lebih memahami tentang persiapan persalinan dan kelahiran
b.Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian persiapan persalinan dan kelahiran
 Untuk mengetahui dan memahami tentang komponen penting dalam rencana persalinan
 Untuk mengetahui dan memahami tentang Persiapan ibu akan bersalin

C.RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana menghadapi persiapan persalinan dan kelahiran bayi?
b. Apakah komponen penting dalam rencana persalinan?
c. Apakah yang harus dipersiapkan ibu akan bersalin?


BAB II
PEMBAHASAN


A. PERSIAPAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN BAYI
Agar persalinan Anda berjalan lancar dan tidak lagi perlu khawatir terhadap apa dan bagaimana persiapan selama persalinan berjalan, tidak ada salahnya jika jauh-jauh hari Anda mempersiapkan kebutuhan persalinan tersebut. Berikut beberapa hal yang wajib untuk Anda fikirkan dan Anda persiapkan ;
1. Membuat rencana persalinan, meliputi :
a. Tempat persalinan
b. Memilih tenaga kesehatan terlatih
c. Bagaimana cara menghubungi tenaga kesehatan terlatih tersebut
d. Bagaimana transportasi yang bisa digunakan untuk ke tempat persalinan tersebut
e. Siapa yang akan menemani persalinan
f. berapa biaya yang dibutuhkan, dan bagaimana cara megumpulkannya
g. siapa yang kan menjaga keluarganya jika ibu melahirkan
2. Membuat rencana pembuatan keputusan jika kegawat daruratan pada saat pembuat keputusan utama tidak ada
a. siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga
b. siapa yang akan membuat keputusan jika si pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawat daruratan
3. Mempersiapkan transportasi jika terjadi kegawat daruratan
a. dimana ibu akan melahirkan
b. bagaimana cara menjangkaunya
c. kemana ibu mau dirujuk
d. bagaimana cara mendapatkan dana
e. bagaimana cara mencari donor darah
4. Membuat rencana atau pola menabung
-Tabungan ibu bersalin
5. Mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk persalinan
a. kain panjang 4 buah
b. Pembalut wanita
c. Handuk, waslap, alat mandi, alat make up
d. pakaian terbuka depan, gurita ibu, BH
e. Pakaian bayi, minyak talon
f. Tas plastic
B. YANG HARUS DISIAPKAN
Setelah minggu-minggu terakhir kehamilan anda waktu persiapan akan terasa begitu sedikit. Dan kapan waktu persalinan akan terjadi kadang tak dapat dipastikan. Adalah lebih baik jika anda sudah mempersiapkan apa saja yang harus dibawa ke rumah sakit pada saat hari yang ditunggu tersebut tiba.
Setelah kehamilan anda mencapai sekitar 7 bulan atau akhir kehamilan 28 minggu persiapkanlah barang-barang untuk persalinan yang akan dibawa ke rumah sakit dan masukkan kedalam satu tas khusus. Dan anda tidak boleh lupa memberitahukan suami anda mengenai tas khusus yang telah anda persiapkan ini. Sehingga bila harinya tiba semuanya telah siap dan suami andapun tidak lupa untuk membawa serta tas besar yang telah anda persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya ini.
1. Beberapa barang yang diperlukan untuk IBU di rumah sakit:
a. Baju tidur. Bawalah baju tidur yang nyaman untuk anda pakai, sebaiknya yang mempunyai kancing di bagian depan sehingga mempermudah untuk menyusui bayi anda. Bawalah baju tidur dengan jumlah yang cukup anda dapat memperkirakan untuk persalinan normal atau alamiah biasanya 2 hari dan untuk persalinan operasi Caesar dibutuhkan 4-5 hari.
set baju untuk anda pulang dari rumah sakit. Anda mungkin masih tetap terlihat seperti hamil, karena butuh waktu untuk tubuh kembali ke bentuk semula. Untuk itu bawalah baju yang nyaman, dan tidak sempit.
b. Sandal. Untuk anda berjalan sepanjang koridor rumah sakit dan juga menjaga kaki anda untuk tetap hangat.
c. Pakaian dalam. Bawalah BH untuk menyusui dan celana dalam secukupnya.
d. Pembalut wanita khusus untuk ibu bersalin.
e. Gurita atau korset untuk ibu baru bersalin.
f. Perlengkapan anda. Bawalah juga bedak, sisir, lipstick, pengharum tubuh/deodoran anda untuk anda berdandan karena anda akan bertemu dengan teman atau keluarga yang mengunjungi anda setelah proses kelahiran.
g. Handuk, sabun. Pada beberapa rumah sakit menyediakannya, tapi tergantung bila anda ingin menggunakan milik anda sendiri maka anda lebih baik mempersiapkannya.
2. Keperluan untuk BAYI anda:
Biasanya keperluan bayi akan disediakan oleh rumah sakit. Anda cukup
menyediakan persiapan untuk pulang dari rumah sakit.
a. Popok, bawalah beberapa buah.
b. Baju bayi, bawalah 2 buah karena bayi kadang Gumo(memuntahkan sedikit susu ).
c. Selimut atau Bedong.
d. Kaos kaki dan tanggan.
e. Gendongan.
Persiapkanlah apa yang perlu anda bawa ke Rumah Sakit untuk persiapan persalinan dalam 1 tas dan letakkan ditempat yang mudah dijangkau dan jangan lupa memberitahu pasangan anda tentang tas itu.:)
C. PERSIAPAN DANA
Persalinan normal umumnya membutuhkan biaya yang relatif ringan. Namun, bila persalinan diperkirakan harus dilakukan dengan tindakan operatif, maka persiapan dana yang lumayan besar harus segera dilakukan. Untuk mengetahui apakah nanti akan dilakukan sesar, pasangan harus selalu berkonsultasi ke dokter. Lewat konsultasi ini diharapkan, segala kemungkinan yang bakal terjadi bisa lebih dicermati.
Bila diperkirakan lahir dengan sesar, pasangan tentunya sudah bisa berancang-ancang mempersiapkan dananya sejak jauh hari. Bila dana sudah terkumpul, otomatis beban mental suami juga bisa lebih teratasi

D. SUAMI SIAGA (Siap Antar Jaga)
Dr. Rudiyanti, Sp.OG. dari RS Internasional Bintaro, menegaskan, "Yang paling utama, mental harus dipersiapkan untuk menghadapi trimester pertama kehamilan dan menjelang persalinan." Persiapan mental suami, menurutnya, sangat diperlukan dalam menghadapi hal-hal berikut ini.
1. Perubahan Fisik & Mental Istri
Di trimester awal biasanya perubahan pada ibu terjadi secara menyolok. Meningkatnya produksi hormon progesteron membuat sikapnya sering berubah-ubah sesuai mood yang sedang dialaminya saat itu. Kadang gembira, sedih, marah-marah, ketus, dan sebagainya. Contoh kecil, sehabis sibuk bekerja, sesampainya di rumah suami bukannya disambut dengan senyuman. Istri malah menunjukkan wajah resah disertai keluhan pusing, mual, muntah, emosi yang meledak-ledak, dan sebagainya. Bila suami tidak siap mental, perselisihan dengan istri sangat mudah terjadi.
Perubahan emosi ini, selain karena perubahan hormon juga disebabkan oleh kondisi tubuh ibu yang tiba-tiba menjadi tidak nyaman.
Kalau begitu keadaannya, bagaimana tidak mempengaruhi kondisi emosionalnya. Ia jadi gampang marah, mudah kesal, cenderung malas, dan sebagainya. Bila suami sudah bersiap diri dengan mempelajari dan memahami berbagai perubahan yang bakal terjadi, menghadapinya akan lebih mudah. Paling tidak suami bisa membekali dirinya dengan sikap memaklumi dan sabar.
Dari segi fisik, mungkin saja perubahan keseluruhannya masih belum terlalu kentara, tapi di satu sisi mungkin saja perubahan itu sudah mencapai klimaksnya, seperti munculnya jerawat, keringat, dan bau badan. Pencapaian klimaks ini dipengaruhi oleh perubahan hormon kehamilan di awal kehamilan. Hal inilah yang kadangkala membuat istri yang tadinya berwajah cantik menjadi berbintik-bintik, yang tadinya berkulit mulus menjadi kusam, yang tadinya wangi menjadi agak bau, dan sebagainya.
Bila tidak diantisipasi dengan persiapan mental, bisa jadi suami akan terkaget-kaget dan sulit untuk menerima perubahan itu. Apalagi suami yang bersifat perfeksionis dalam menilai penampilan istri. Ia seringkali sangat sulit dan berat menerima perubahan ini.

2. Fase Ngidam
Bukan hanya mual-muntah, seringkali masih di trimester pertama, istri juga memiliki permintaan yang aneh-aneh. Tengah malam misalnya, tahu-tahu istri ingin minum air kelapa. Bayangkan, bila untuk mendapatkannya sang suami harus memanjat pohon kelapa di tengah malam buta atau harus pergi ke pasar? Bukankah ini merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan mental kuat. Bila suami siap dan ia sanggup mengusahakan keinginan istri, silakan saja diwujudkan.
Namun bila sulit, berikan pengertian kepada istri bahwa tidak mungkin mencari kelapa di tengah malam buta. Toh, ngidam memang tidak harus selalu dipenuhi. Jangan takut nanti anaknya ngeces, karena dipenuhi atau tidak ngidam itu, tidak ada hubungannya dengan ngeces.
Yang dibutuhkan adalah pemahaman suami terhadap latar belakang munculnya ngidam. Asal tahu saja, ngidam bukan keinginan janin yang harus dipenuhi melainkan keinginan yang timbul dari tekanan kondisi hamil yang dialami ibu. Di trimester pertama, mulutnya terasa sangat pahit karena asam lambung naik. Dengan kondisi ini ibu menginginkan makanan yang berbeda dari yang biasa dimakannya sehari-hari. Hal inilah sebenarnya yang menjadi pangkal munculnya ngidam. Karena mulut terasa pahit, ibu ingin makan makanan yang segar-segar, yang mungkin bisa diterima indra pengecapnya.
Meskipun tidak harus, tapi bila suami bisa memenuhinya, lebih baik segera penuhi karena bentuk perhatian seperti ini efektif meningkatkan psikis istri yang dibutuhkan bagi pertumbuhan janin yang sehat. Namun, seringkali, setelah dipenuhi keinginannya, istri hanya menyentuhnya sambil lewat. Kelapa yang susah-susah dibeli di pasar, airnya hanya diminum seteguk. Nah, jika kondisi seperti ini yang muncul, maka butuh ketabahan mental lagi.
Tak jarang bila mentalnya belum siap, sikap istri yang tampak seenaknya itu membuat marah suami. Suami harus memahami, sebenarnya istri tidak bermaksud bersikap seenaknya. Ia juga tidak mau hal itu terjadi, ia hanya berharap, air kelapa itu sangat lezat, sesuai bayangannya semula. Ternyata ketika dikecap, mulutnya malah merasa pahit dan makanan tidak bisa masuk ke dalam perutnya. Pada suami yang tidak siap mental, dia merasa bahwa usahanya tidak dihargai sama sekali. Namun, Sebaiknya suami tidak kapok, berikan alternatif lain untuk mengatasi mual muntahnya itu.
Sebenarnya, tak hanya suami yang harus selalu memahami, istri pun perlu memberikan pengertian ke suami, misalnya dengan menerangkan kondisinya saat itu agar suami betul-betul memahami apa yang sedang dirasakan. Meminta maaf kepada suami pada saat situasi seperti ini bisa dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman.

3. Mengantar Istri ke Dokter
Tak kalah penting, meskipun sibuk sebaiknya suami menyediakan waktunya untuk mengantar istri ke dokter karena ini merupakan salah satu hal yang dapat mengangkat psikis ibu dalam memelihara kehamilannya.
Jadi, baik suami maupun istri, keduanya harus saling berusaha menepati jadwal yang sebelumnya bisa disesuaikan bersama. Dengan menyaksikan dan terlibat dalam proses pemeriksaan, akan timbul empati suami terhadap istri dan anak yang tengah dikandungnya. Hal ini penting untuk kelanjutan pemeliharaan kandungannya. Selain itu, suami pun bisa bertanya ke dokter tentang hal-hal yang sering ditemukan dan dikeluhkan istri. Dari penjelasan yang diberikan dokter, otomatis kondisi mental suami bisa lebih terjaga.
Tak hanya ke dokter, bila ada waktu, suami pun sebaiknya menemani istri menjalani program senam hamil. Senam ini diyakini sangat membantu ibu menghadapi persalinan. Tidak hanya istri, suami pun perlu mengetahui berbagai tahapan dan kendala yang mungkin terjadi saat persalinan. Bila nanti istri panik, suami akan tahu cara menghadapinya. Suami juga bisa memantau perilaku istri ketika bersalin. Bila terjadi kesalahan, suami bisa langsung mengoreaksinya. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, tentu beban istri saat melahirkan bisa dikurangi dan kondisi mentalnya akan naik sehingga persalinan bisa berjalan lancar.
Bayangkan kalau istri tidak pernah ikut senam hamil dan suami tidak punya pengetahuan sedikit pun tentang persalinan. Ketika istri berteriak-teriak, misalnya, suami bisa-bisa bukannya membantu tapi malah ikut panik.
4. Beban Menghadapi Persalinan
Memasuki bulan-bulan terakhir, dimana istri sudah bersiap menghadapi persalinan, sang suami harus mempersiapkan mentalnya lebih kuat lagi. Pada periode trimester ke tiga akhir, selain beban tubuh istri semakin berat, dia juga sering mengalami perasaan takut karena membayangkan proses persalinan yang sulit dan kamar operasi. Oleh karena itu, suami harus hadir sebagai pendamping yang bisa menyamankan kondisi istri.
Selain itu, kesiapan mental suami pun sangat diperlukan ketika harus menghadapi persalinan yang berisiko. Pada banyak kasus, persalinan tidak bisa berjalan normal, ada perdarahan, persalinan panjang, bayi terlilit tali pusat, sungsang, dan sebagainya, yang bisa saja mengancam nyawa ibu.
Bila mengetahui bahwa persalinan nanti akan bermasalah, sebaiknya persiapan mental suami dilakukan jauh hari sebelum persalinan. Dengan begitu bila nantinya diperlukan berbagai tindakan darurat, suami sudah langsung bisa mengatasi kondisi mentalnya.
5. Menemani Istri Bersalin
Dukungan suami sangat diperlukan agar psikis istri bisa terangkat saat menjalani proses persalinan. Dengan begitu istri bisa lebih kuat, nyaman, percaya diri, dan ringan ketika bersalin. Saat itu, rasa empati suami pun dapat tumbuh lebih dalam, sehingga penghargaan terhadap perjuangan istri dan rasa sayang kepadanya bisa tumbuh lebih sempurna.
Walaupun begitu, tidak semua suami punya mental yang kuat menyaksikan istri bersalin. Ada yang baru melihat darah sedikit saja sudah mau pingsan. Sebaiknya sebelum mendampingi istri bersalin, suami menilai diri sendiri apakah ia cukup kuat atau tidak. Bila tidak, lebih baik suami tak memaksakan diri mendampingi istri di kamar bersalin. Tunggu saja di luar asalkan peduli dengan apa yang sedang dihadapi istri.
Jika ibu butuh waktu berjam-jam saat mengalami tahap-tahap pembukaan persalinan, maka dibutuhkan suami dengan ketabahan dan kekuatan mental ekstra. Ketika istri panik dan kesakitan hingga berteriak-teriak, suami amat dituntut kesabaran dan ketenangannya untuk tetap menenteramkan dan mendukung istri dalam menjalani proses persalinan. Persiapan mental suami untuk menemani istri bersalin bisa dilakukan dengan memperkuat tekad.


BAB III
PENUTUP


a. Kesimpulan
.Persiapan persalinan dan kelahiran merupakan suatu tahap dalam masa persalinan,dimana semua wanita akan menyadari keharusan untuk melahirkananaknya.
Rencana persalinanadalah rencana tindakan yang dibuat ibu,anggota keluarganyadan bidan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dankekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akanmenerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu.
b. Saran
Dari makalah yang kami susun ini, kami mengharapkan pembaca memahami secara jelas mengenai persiapan persalinan dan kelahiran
sebagai salah satu kebutuhan dasar ibu hamil. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi ibu hamil pada khususnya dan pembaca pada umunya


DAFTAR PUSTAKA


 Salmah, dkk.2006. Asuhan Kebidanan Antenatal .Jakarta:EGC.
 Manuaba, Ida Bagus Gde.1999 .Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.Jakarta:ARCAN.
 Departemen Kesehatan RI.1992. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
 Departemen Kesehatan RI.-Badan Penelitian dan Pengembangan PelayananKesehatan.1997.Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan masyarakat.
Surabaya:PusatPenelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan
http://Layla-innocent.blogspot.com

MAKALAH PSIKOLOGI KEBIDANAN ADAPTASI PSIKOLOGI KEHAMILAN TRIMESTER II

Adaptasi Psikologi Kehamilan Trimester II

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar, atau triplet).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0.
Dalam banyak masyarakat definisi medis dan legal kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada masa triwulan ke-2 perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa. Triwulan ke-3 menandakan awal 'viabilitas', yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
a. Bagaimana gambaran tentang proses kehamilan?
b. Bagaimana kondisi psikologis ibu hamil dan prosesnya?
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Memperoleh gambaran tentang proses kehamilan.
b. Mengetahui kondisi psikologis ibu hamil pertama.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyesuaian Psikologis pada Ibu dan Prosesnya
Kehamilan merupakan waktu transisi, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir. Perubahan status yang radikal ini dipertimbangkan sebagai suatu krisis disertai periode tertentu untuk menjalani proses persiapan psikologis yang secara normal sudah ada selama kehamilan dan mengalami puncaknya pada saat bayi lahir.
Secara umum, semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan susana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Ia menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Seorang wanita hamil akan lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman kepada orang lain. Ia merenungkan mimpi tidurnya, angan-angannya, fantasinya, dan arti kata-katanya, objek, peristiwa, konsep abstrak, seperti kematian, kehidupan, keberhasilan, dan kebahagiaan. Ia dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk fisik yang berhubungan erat dengan masa usia subur atau mencukupkan diri dengan kehidupan atau makanan.
Selama kehamilan berlangsung, terdapat rangkaian proses psikologis khusus yang jelas, yang terkadang tampak berkaitan erat dengan perubahan biologis yang sedang terjadi. Peristiwa dan proses psikologis ini dapat diidentifikasi pada trimester ketiga dan pembagian trimester ini akan digunakan pada diskusi berikut. Respons psikologis umum terhadap kehamilan yang baru saja dibahas dan proses manapun peristiwa psikologis khusus lain dapat lain dapat terulang lagi.
2.2 Masa Kehamilan
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masing-masing selama 13 minggu. Trimester membantu pengelompokan tahap perkembangan janin dan tubuh Anda. Kehamilan itu unik pada setiap wanita. Jadi tidak usah cemas jika Anda mengalami pengalaman sedikit berbeda dengan ibu hamil lainnya. 3
2.2.1 Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Sebagian besar wanita merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecamasan, defresi, dan kesedihan.
Fokus wanita adalah pada dirinya sendiri yang akan menimbulkan ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ia alami sebelumnya, efek kehamilan terhadap kehidupannya kelak (terutama jika ia memiliki karir), tanggung jawab yang baru atau tambahan yang akan ditanggungnya, kecemasan yang akan berhubungan dengan kemampuannya untuk menjadi seorang ibu, masalah-masalah keuangan dan rumah tangga, dan keberterimaan orang terdekat terhadap kehamilannya. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring ia menerima kehamilannya, sementara itu, beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama, seperti nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan defresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya.
Trimester pertama sering menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan terlihat jelas terutama pada wanita yang telah beberapa kali mengalami keguguran dan bagi para tenaga kesehatan profesional wanita yang cemas akan kemungkinan terjadi keguguran kembali atau teratoma.
Berat badan sangat bermakna bagi wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi salah satu uji realitas tentang keadaannya karena tubuhnya menjadi bukti nyata bahwa dirinya hamil.
Validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai memeriksa dengan cermat setiap perubahan tubuh, yang merupakan bukti adanya kehamilan. Bukti yang paling kuat adalah terhentinya menstruasi.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan 4
masing-masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah lain merupakan hal yang sangat normal terjadi pada trimester pertama.

2.2.2 Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan mengenali Anda sedang hamil. Pada akhir trimester kedua, rahim akan membesar sekira 7,6 cm di atas pusar. Pertambahan berat badan rata-rata 7,65-10,8 kg termasuk pertambahan berat dari trimester pertama. Janin mulai aktif bergerak pada periode ini.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang labih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahandari seorang yang mencari kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.

2.2.3 Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingatkan tentang keberadaan bayi. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi itu kelak.
Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti bayinya akan lhir abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat tendangan bayi.
Ia juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama kehamilan, perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindari, dan perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh secara tiba-tiba akan mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita dapat menjadi lebih bergantung pada orang lain lebih lanjut dan lebih menutup diri karena perasaan rentannya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan. Alternatif untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat 6
Menimbulkan perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi mereka dengan anda menjadi sangat penting.

2.3 Beberapa Kiat untuk Menyeimbangkan Kondisi Psikologis Ibu Hamil
Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya. Berikut beberapa kiat yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang mengandung:
1. Informasi
Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
Komunikasi dengan suami
Bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi pada diri Anda. Tidak jarang jika Anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
2. Rajin chek up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.


3. Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
4. Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan Anda yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
5. Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.
6. Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
7. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.
8. Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses kehamilan itu terjadi ketika sperma ( benih pria ) bertemu dengan sel telur ( benih wanita ), dan hal itu hanya bisa terjadi apabila hubungan kelamin dilakukan di sekitar masa subur. Masa subur itu terjadi semenjak ovulasi ( keluarnya sel telur ) dari ovarium ( indung telur ) hingga akhir masa hidupnya ( kira kira 12-24 jam ). Sementara itu sel sperma yang masuk hingga tuba fallopii bisa bertahan 1 hingga x 24 jam. Jadi hubungan seksual yang dilakukan 1- 2 hari sebelum masa subur masih mungkin bisa terjadi kehamilan. Dengan demikian meskipun hanya sekali saja melakukan hubungan seks, bisa saja terjadi kehamilan kalau waktunya di sekitar masa ovulasi.
Dari pembahasan di atas, jelas sekali bahwa keadaan dan perubahan psikologis ibu selama masa kehamilan dapat mempengaruhi keadaan dirinya serta janin yang dikandungnya.Keadaan janin, baik fisik maupun mental akan terganggu dan akan menyebabkan hal yang mengerikan nantinya.

3.2 Saran
Kehadiran anak biasanya dinantikan oleh pasangan muda, sebagai wujud buah cinta. Satu hal yang paling penting adalah kesiapan kedua orang tua, terutama calon ibu, yang meliputi kesiapan fisik, mental dan gizi. Generasi yang baik merupakan buah dari kesiapan orang tua, yang dimulai sejak janin belum terbentuk.
Ketika seorang ibu hamil tidak siap untuk menerima kehamilan, maka secara fisik ia semakin terasa berat. Ini akan menjadi suatu hal yang sangat tidak menyenangkan. Penolakan terhadap kehamilan akan tercetus dalam ketidakstabilan emosi yang berlebih, seperti perasaan dan suasana hati yang tidak menentu selama kehamilan.
Menurut penelitian di Amerika, 10% dari ibu hamil yang depresi akan menularkan secara biokimia kesedihannya pada janinnya, yang akan meningkatkan hormon stress dan aktivitas otak sang janin.
Untuk menghindarinya, ibu hamil harus mempersiapkan diri dalam hal berikut:
 Kesiapan menghadapi perubahan bentuk fisik
Ibu hamil pastinya akan mengalami perubahan luar biasa terhadap bentuk tubuhnya. Ia akan merasa tidak menarik dan tidak nyaman dengan bentuk tubuhnya yang baru. Ini akan mempengaruhi suasana hati ibu hamil. Yakini, perubahan ini sifatnya hanya sementara. Setiap ibu hamil pasti mengalaminya.
 Kesiapan menghadapi perubahan peran
Seorang ibu akan menyandang peran yang sangat berbeda daripada sebelumnya. Ini perlu dipersiapkan dengan baik, antara keinginan menggebu untuk segera menimang bayi dan ketakutan luar biasa terhadap peran yang awam bagi dirinya.
 Peninjauan kembali motivasi hamil
Sikap ibu hamil yang paling positif terhadap kehamilan adalah mereka yang memandang peran orang tua sebagai kesiapan untuk mengembangkan diri.
Dengan sikap positif dan dukungan dari suami, maka ibu hamil akan lebih siap menghadapi hari-hari sulit selama kehamilan.
 Berikut beberapa saran bagi ibu hamil agar kehamilan menjadi optimal :
Menjalani konseling prahamil
Menyembuhkan penyakit yang ada
Menghentikan minum pil KB
Hindari rokok dan alcohol
Menjaga berat badan, usahakan berat badan normal.
Perhatikan lingkungan kerja, apakah berdampak negative atau tidak.
Sering berolahraga
Terus merawat diri dan menjaga kesehatan dengan baik, terutama pada periode 3 bulan pertama.
Perbanyak membaca, mempelajari segala sesuatu sesuatu tentang kehamilan, melahirkan, bayi dan perawatan, serta proses pengasuhan anak.
Lakukan pemeriksaan secara berkala.
Hal lain yang perlu ibu hamil perhatikan adalah masalah gizi. Menurut penelitian, seorang wanita yang sejak masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan selama hamil keadaan gizinya selalu baik akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi yang sehat, tanpa komplikasi.
Sedangkan ibu hamil yang berat badannya sebelum hamil di bawah batas normal, maka akan melahirkan bayi yang berat badannya juga kurang, atau bahkan tidak berumur panjang.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/
http://kuliahbidan.wordpress.com/
http://ibuanak.co.cc/pregnancy/
http://www.ayahbunda.co.id/
http://digilib.gunadarma.ac.id/
http://id.answers.yahoo.com/
http://www.dechacare.com/
http://www.hypno-birthing.web.id/
http://www.anneahira.com/
Varney Helen, dkk. 2006. Buku Ajar – Asuhan Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

MAKALAH PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISME RENCANA PENGEMBANGAN EKSISTENSI BIDAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan peran dan posisi bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat membesarkan hati mendampingi serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bainya dengan baik.
Zaman prasejarah dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari mesir yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh Fir’aun untuk dibunuh, mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah yang pada zaman modern ini disebut peran advokasi.
Bidan sebagai pekerja professional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan Filosofis yang dianut keilmuan metode kerja, standar praktek pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang pengembangan profesi kebidanan
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1)      Pengertian Bidan
2)      Pengertian Profesi
3)      Ciri-ciri karakteristik profesi bidan
4)      Cirri-ciri bidan sebagai profesi
5)      Kewajiban bidan sebagai profesi
6)      Profesionalisme bidan
7)      Rencana pengembangan profesi bidan
8)      Eksistensi bidan dan rencananya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.        Pengertian Bidan
Dalam bahasa Inggris, kata Mid Wife (Bidan) berarti with women (bersama wanita, Mid = together, wife = a women dalam bahasa Prancis, sage femme (Bidan) berarti “Wanita bijaksana” sedangkan dalam bahasa latin Cum – mater (bidan) berarti “Berkaitan dengan wanita”  menurut Churchill bidan adalah “a health worker who may of may not formally trained and is a Physicial, that delivers babies and provides Associated material care” (Seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan maternal terkait).
Definisi bidan (ICM) : bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara tempat ia tinggal dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan-bidan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban uamt manusia.
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang terakreditasi, memiliki kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk praktek kebidanan yang diakui sebagai seorang professional yang bertanggung jawab, bermitra dengan perempuan dalam memberikan dukungan, Asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.
Kep Menkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 Bab I Pasal 1
-              Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.
Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan sebagai yang telah diakui skala Yuridis, dimana dia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.
Internbasional conferentation of Mid wife bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakn praktek bidan di Negara itu.
B.         Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta profesi sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut contohnya profesi adalah pada bidan hokum, kedokteran, keuangan militer dan tehnik.
Profesi dapat pula diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para anggotanya. Keahlian tadi diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (inservive training) (Djam’an Satori, dkk. 2008 ; 1,5)
C.        Ciri-Ciri Profesi
Mengenai ciri-ciri suatu jabatan disebut sebagai profesi, ada banyak pengertian yang menjelaskannya. Beberapa ciri-ciri yang diberikan adalah sebagaimana diuraikan oleh Atik Purwandari meliputi :
1.          Bersifat unik
2.          Dikembangkan dengan teliti
3.          Mempunyai wadah organisasi
4.          Pekerjaan yang mempunyai kode etik
5.          Pekerjaan yang mendapat imbalan jasa
6.          Pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang yang memiliki profesi tersebut
Menurut  Djama’an Satori, dkk ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut :
1.      Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
2.      Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku.
3.      Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya.
4.      Ada etika dan kode etik yang mengatur perilaku etik para anggotanya dalam memperlakukan kliennya.
5.      Ada system imbalan jasa pelayanan yang adil dan baku.
6.      Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai profesi.
Ciri-ciri profesi lainnya menurut Omstein dan Levine adalah :
1.      Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat.
2.      Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai.
3.      Menggunakan hasil, penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik.
4.      Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5.      Terkendali berdasarkan lisensi buku dan atau mempunyai persyaratan masuk (memerlukan izin tertentu)
6.      Otonomi dalam mengambil keptusan tentang ruang lingkup kerja tertentu.
7.      Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang ditambilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
8.      Mempunyai komitmen terhadap jabatan dank lien dengan penekanan terhadap layanan yang diberikan.
9.      Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya.
10.  Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri
11.  Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.
12.  Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13.  Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan dari setiap anggotanya.
14.  Mempunyai status social dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabtan lain)
D.        Profesi Bidan
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya sampai ibu  dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik, pelayanan dank ode etik profesi  yang dimiliki.
Bidan memiliki tugas-tugas yang sangat unik yaitu :
1.      Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2.      Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.
3.      Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.
4.      Anggotanya memiliki jasa atau pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan tetap diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional tentunya harus diimbangi dengan memperoleh pendidikan lanjutan pelatihan dan selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Sehubungan dengan profesionalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong jabatan profesional, jabatan dapat ditinjau dari dua aspek yaitu jabatan structural dan jabatan fungsional.  Jabatan structural adalah jabatan yang secara tegas ada dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam dalam kehidupan masyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat jabtan fungsional juga berorientasi kwailitatif. Dalam konteks inilah jabatan bidan adalah jabatan fungsional  profesional dan wajarlah apabila bidan tersebut mendapat tunjangan fungsional.
E.         Peraturan dan Perundangan Yang Mendukung Keberadaan Profesi Bidang
-            Kepmenkes No. 491/1968 tentang Peraturan Penyelenggaraan Sekolah Bidang
-            No. 363/Menkes/Per /IX/1980 tentang Wewenang Bidan
-             No. 386/Menkes/SK/VII/1985 tentang Penyelenggaraan Program Pendidikan Bidan.
-            No. 329/Menkes/VII/Per/ 1999 tentang Masa Bhakti Bidan
-            Instruksi Presiden Soeharto pada Sidang Kabinet  Paripurna tentang  Perlunya Penempatan Bidan  di Desa.
-            Peraturan Menteri Kesehatan No. 572 tahun 1994 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
-            Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 Lembaran Negara  No. 49 tentang Tenaga Kesehatan.
-            Kepmenkes No. 077a/Menkes/SK/IV/97 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Masa Bakti PTT dan pengembangan karir melalui praktek bidan perorangan di desa.
-            Surat Keputusan Presiden RI No. 77 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden No. 23
-            Tahun 1994 tentang Pengangkatan Bidan sebagai PTT.
F.         Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu yaitu :
1.      Bidan disiapakan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional.
2.      Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik dan etika kebidanan.
3.      Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya.
4.      Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
5.      Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.      Bidan memiliki organisasi profesi
7.      Bidan memiliki Karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat.
8.      Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan.
G.        Pengertian Profesional
Pengertian profesional menunjuk pada dua hal, yaitu orang yang menyandang suatu profesi dan penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah profesional dikontraskan dengan “nonprofessional” atau “amatiran”. Dalam kegiatan sehari-hari seorang profesional melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang telah dimilikinya, jadi tidak asal tahu saja.
Selanjutnya, Walter Johnson (1956) mengartikan petugas profesional sebagai “…seseorang yang menampilkan suatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan lebih dari biasa dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukup lama untuk menghasilkan pencapaian kemapuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi” (Djam’an  Satori ; 2008).
Profesional juga dapat diartikan sebagai memberi pelayanan sesuai dengan ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara utuh/ penuh tanpa mementingkan kepentingan pribadi melainkan mementingkan kepentingan klien serta menghargai klien sebagaimana menghargai diri sendiri.
Seorang anggota profesi dalam melakukan pekerjaannya haruslah profesional. Setiap anggota profesi baik secara sendiri-sendiri atau dengan cara bersama melalui wadah organisasi profesi dapat belajar, yaitu  belajar untuk mendalami pekerjaan yang sedang disandangnya dan belajar dari masyarakat apa yang menjadi kebutuhan mereka saat ini dan saat yang akan datang sehingga pelayanan kepada pemakai (klien) akan semakin meningkat.
H.        Ciri-Ciri Jabatan Profesional
1.      Pelakunya secara nyata dituntut cakap dalam bekerja, memiliki keahlian sesuai tugas-tugas khusus serta tuntutan jenis jabatannya (cenderung spesialis)
2.      Kecakapan atau keahlian seorang pekerja profesional bukan hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu memiliki wawasan keilmuan yang mantap. Jabatan Profesional menuntut pendidikan.
3.      Pekerja profesional dituntut berwawasan luas sehingga pilihan jabatan serta kerjanya harus disadari oleh nilai-nilai tertentu sesuai jabatan profesinya. Pekerja profesional bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, bermotivasi dan berusaha berkarya sebaik-baiknya.
4.      Jabatan profesional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat atau negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya. Ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab profesional.
I.           Bidan Profesional
Bidan sebagai tenaga profesional termasuk rumpun kesehatan untuk menjadi jabatan profesional bidan harus menunjukkan ciri-ciri jabatan profesional.
J.          Syarat Bidan Profesional
1.      Memberi pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
2.      Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan.
3.      Keberadaannya diakui dan diperlukan masyarakat.
4.      Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
5.      Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
6.      Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
7.      Memiliki kode etik bidan
8.      Memiliki etika bidan
9.      Memiliki standar pelayanan
10.  Memiliki standar praktik
11.  Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai kebutuhan masyarakat.
12.  Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
K.        Tanggung Jawab Bidan Profesional
Sebagai bidan profesional, selain memiliki syarat-syarat jabatan profesional bidan juga dituntut memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
1.      Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date terus menembangkan keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek peran seorang bidan.
2.      Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui wewenangnya dalam praktik klinik.
3.      Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dalam keputusan tersebut.
4.      Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (Bidan, dokter dan perawat) dengan rasa hormat dan martabat.
5.      Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal.
6.      Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat, pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal/perinatal.
7.      Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidang praktek, meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan.
8.      Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita.
L.         Profesionalisme
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional / ahli secara popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional, seorang profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan.
M.       Rencana Pengembangan Bidan
Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri pada suatu organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasinya.
Pengembangan karir bidan meliputi :
1.      Pendidikan lanjutan
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu untuk meningkatkan kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal.
2.      Job Fungsionl
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan kedudukan yang menunjukkan tugas, kewajiban hak dan wewenang pegawai negeri sipil yang dalam melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit.
3.      Pengembangan karir bidan dikaitkan dengan peran, fungsi dan tanggung jawab bidan
Peran fungsi bidan dalam pelayanan kebidanan adalah sebagai :
-          Pelaksana
-          Pengelola
-          Pendidik
-          Peneliti
      Tanggung jawab bidan
-          Konsling
-          Pelayanan kebidanan normal
-          Pelayanan kebidanan abnormal
-          Pelayanan kebidanan pada anak
-          Pelayanan KB
-          Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
N.        Eksistensi Bidan
1.      Dosen – Praktisi
Bidan bisa menjadi dosen, walaupun sebagian besar dosen kebidanan saat ini bekerja di universitas, mereka juga cenderung memegang kontrak honorer untuk melanjutkan praktek bidan. Walaupun beberapa dosen kebidanan menangani suatu beban kasus Chesney (1995) telah mengembangkan hal ini lebih jauh dan melibatkan mahasiswa sebagai asisten profesionalnya.
2.      Peneliti ahli klinis
Bidan dapat menjadi peneliti oleh karena itu agar beberapa bidan menghabiskan bagian penting dari waktu mereka dalam menjalankan riset dan membantu rekan kerja mereka untuk mengembangkan keterampilan meneliti.
3.      Pendidikan kebidanan
Untuk mengejar karir dalam pendidikan bidan harus menjadi praktisi yang berpengalaman (setidaknya selama 3 tahun penuh) dan telah terlibat dalam pengajaran dan pembimbing mahasiswa dalam area praktek kebidanan untuk diterima ke dalam suatu perkuliahan yang kompeten diakui untuk persiapan menjadi dosen kebidanan. Para pelamar harus sudah lulus sarjana dan telah melewati pendidikan kebidanan yang lebih tinggi.
4.      Supervisi  Kebidanan
Bidan sebagai seorang supervisor memiliki tanggung jawab hukum yang penting untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan serta kesejahteraan ibu dan bagi persiapan program supervisor merupakan program belajar jarak jauh dengan dosen dan atau konselor serta supervisor dan atau mentor  pendukung setiap supervisor berwenang memberikan pedoman untuk supervisi yang efektif dalam areo geografik mereka – bidan umumnya dinominasikan untuk memegang peranan ini oleh supervisor kebidanan mereka sendiri.
5.      Manager Kebidanan
Para bidan yang menunjukkan keahlian dalam managemen dapat menjadi manager kebidana atau manager dalam pelayanan maternitas namun sangat penting agar beberapa bidan mengikuti jenjang karir management yang umum sehingga kebutuhan khusus ibu dan bayi tidak terlupakan ketika dewan (Trust board) terlibat dalam membuat strategi perencanaan.
BAB III
PENUTUP
Beberapa saran MDGS telah di bahas secara mendalam tentang sasaran kelima untuk meniungkatkan kesehatan ibu. Oleh karena itu mutu pelayanan bidan adalah factor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Untuk itu diperlukan upaya-upaya yang sistematis agar penyediaan, didistribusi dan mutu tenaga bidan dapat dijamin pelaksanaannya.
Secara garis besar di rekomendasikan untuk melaksanakan peningkatan peran bidan dalam mensukseskan MDGS mengikuti sistem dan strategi nasional dan global yang telah disepakati bersama.
DAFTAR PUSTAKA
-          Bryar, R. 1995. Theory For Midwifery Practie. Edisi I Mac Milian = Houn d’millo
-          Cahyani, A, 2003. Dasar-dasar Organisasi dan Managemen. PT. Grasindo, Jakarta
-          Depkes RI. 1995. Pusdiknakes, Konsep Kebidanan, Jakarta
-          www profesi bidan di masa depan.com
-          Makalah Pelatihan Managemen Asuhan Kebidanan (2002)
-          Tim Pusat Pengembangan Keperawatan Corolus (PPK.C), Yogyakarta
-          Prawiroharjo, Suryono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawiroharjo.
-          Henderson, Christine, dkk. 2006. Konsep Kebidanan EGC. Jakarta.