BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
tahun 1999, pemerintah menetapkan visi pembangunan kesehatan ”Indonesia Sehat
2010” dengan harapan pada 2010 masyarakat Indonesia telah hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, serta dapat
menyediakan, memanfaatkan, dan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan berkeadilan sehingga masyarakat memiliki derajat kesehatan yang
optimal. Indikator keberhasilan Indonesia sehat 2010 dinilai dari beberapa hal,
antara lain jumlah bayi yang memperoleh imunisasi dasar lengkap, terbentuknya
lingkungan hidup yang sehat, akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,
meningkatnya umur harapan hidup, serta menurunnya angka kematian bayi dan ibu.
Selain
itu, pada tahun 2000, negara-negara di seluruh dunia berkomitmen untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut
dikenal dengan Millennium Development Goals (MDGs)
yang terdiri dari delapan target dan diharapkan tercapai pada tahun 2015.
Delapan sasaran harus dicapai pada tahun 2015, yaitu menghapuskan kemiskinan,
menyediakan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender,
menurunkan kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memberantas HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lainnya, melestarikan lingkungan, dan membangun
kemitraan global.
Upaya
yang telah dilakukan selama ini untuk menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA)
berhasil menunjukkan perbaikan yang sangat berarti antara tahun 1960 dan 1990.
Pada tahun 1960, AKBA masih sangat tinggi, yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan
hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998–2002. Rata-rata
penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi
dari dekade sebelumnya, yaitu empat persen per tahun. Pada tahun 2000,
Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per
1.000 kelahiran hidup.
Angka
kematian bayi. Indonesia juga telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam
upaya penurunan kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 1960,
Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
ini turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46
pada 1995. Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan lima persen per tahun,
sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar empat persen per tahun.
Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia
masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN,
yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina,
dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.
Angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di
Asia. Tahun 2002 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran.
Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5
kali lipat dari indeks Filipina. Angka kematian ibu merupakan indikator utama
yang membedakan suatu negara digolongkan sebagai negara maju atau negara
berkembang. Rata-rata AKI di dunia dari 100.000 kelahiran tingkat kematian ibu
mencapai 400. Di negara maju indeks AKI mencapai 20 kematian per 100.000
kalahiran. Sedangkan rata-rata di negara berkembang 440 kematian ibu per
100.000 kelahiran, Target pemerintah adalah untuk menurunkan AKI dari 390 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI 1994) menjadi 225 per 100.000 pada tahun 1999,
dan menurunkannya lagi menjadi 125 per 100.000 pada tahun 2010.
Berbagai usaha untuk menurunkan AKI
telah dilakukan, di antaranya programSafe Motherhood pada
tahun 1988, Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, Gerakan Nasional Kehamilan yang
Aman atau Making Pregnancy Saver (PMS).
Selain itu, atas kerjasama POGI, IDAI, IDI, Ikatan Bidan Indonesia, dan
Departemen Kesehatan pada tahun 2002, oleh Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo telah diterbitkan buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.
B. Rumusan Masalah
1.
Kurangnya pengetahuan ibu
dalam mengatasi kesehatan dirinya sendiri.
2.
Kurangnya program layanan
terhadap kesehatan ibu.
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan
program kesehatan ibu adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia yaitu
Indonesia Sehat 2010, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.
2.
Tujuan Khusus
a.
Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga, penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
c.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan
ibu.
d.
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu.
e.
Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, terutama melalui peningkatan
peran ibu dalam keluarganya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kaum ibu
diyakini tidak memiliki waktu untuk merawat diri mereka sendiri. Setelah
melakukan semua hal, ibu masih memiliki banyak tugas lain. Mulai dari mengantar
anak ke sekolah, memasak makan malam, pergi ke pertemuan orang tua dan menjadi
seorang istri yang mencintai dan menyayangi suaminya. Tidak heran jika ada hari
yang didedikasikan khusus hanya untuk ibu.
A. Berikut
ada beberapa tips untuk meningkatkan kesehatan ibu, yaitu :
1. Makan Makanan Kaya Serat
1. Makan Makanan Kaya Serat
Seorang ibu membutuhkan banyak energi untuk
menjalani rutinitas mereka setiap hari. Maka menjadi penting mendapatkan asupan
nutrisi yang tepat, diet serat tinggi, menyantap buah dan sayuran untuk
membantu menghilangkan racun dari dalam tubuh dan menjaga energy tetap penuh
sepanjang hari.
2. Berolahraga dengan Gembira
Lupakan gym dan mengangkat beban yang berat.
Saat berbicara masalah olahraga, Anda harus menemukan sesuatu yang menyenangkan
dan bisa membuat Anda gembira. Lakukan latihan menari (salsa, tango atau waltz)
di studio tari di kompleks rumah Anda atau bahkan di mal, jika ada waktu Anda
bisa hiking atau bergabung bersama komunitas sepeda di kompleks. Kuncinya
adalah: berolahraga karena Anda menginginkannya bukan karena sebuah keharusan.
3. Hentikan Menyabotase Diri Anda Sendiri
Kadang-kadang, kita bisa mendapatkan gangguan
dan terjebak dalam tuntutan sehari-hari. Kapanpun Anda merasa cukup, ingatlah
bahwa Anda adalah orang yang hebat. Gunakan 5 menit dari seluruh waktu Anda
dalam sehari untuk menulis semua hal yang Anda syukuri. Setelah melakukan
inventaris pribadi, Anda akan menyadari bahwa ada begitu banyak orang dalam
hidup Anda yang menghargai Anda.
4. Kelola Stres
Stres dapat merayap dan meresap ke dalam seisi tubuh Anda dengan diam-diam seperti pencuri di malam hari. Jadi, mengelola stress menjadi sebuah hal yang sangat penting. Anda dapat melakukan ini dengan berlatih meditasi setiap hari, memanjakan diri di spa atau menonton film lucu agar Anda bisa tertawa.
5. Berjemur Matahari
Kendati banyak yang berdebat tentang apakah matahari buruk untuk Anda, namun sedikit berjemur di pagi hari bukanlah sebuah hal yang menyakitkan (jangan lupa untuk menggunakan tabir surya). Gunakan beberapa menit dari waktu luang Anda untuk berjemur dan mendapatkan Vitamin D yang akan membantu mengatur metabolism dan membangun kalsium.
6. Lakukan Bersih-Bersih
Anda tidak harus keluar uang banyak untuk membersihkan tubuh Anda. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan. Anda bisa minum banyak air putih untuk melakukan detoksifikasi, meminum jus buah dan sayur sederhana agar mendapatkan nutrisi yang tepat untuk tubuh Anda, atau bahkan mandi agar Anda merasa bersih dan segar.
4. Kelola Stres
Stres dapat merayap dan meresap ke dalam seisi tubuh Anda dengan diam-diam seperti pencuri di malam hari. Jadi, mengelola stress menjadi sebuah hal yang sangat penting. Anda dapat melakukan ini dengan berlatih meditasi setiap hari, memanjakan diri di spa atau menonton film lucu agar Anda bisa tertawa.
5. Berjemur Matahari
Kendati banyak yang berdebat tentang apakah matahari buruk untuk Anda, namun sedikit berjemur di pagi hari bukanlah sebuah hal yang menyakitkan (jangan lupa untuk menggunakan tabir surya). Gunakan beberapa menit dari waktu luang Anda untuk berjemur dan mendapatkan Vitamin D yang akan membantu mengatur metabolism dan membangun kalsium.
6. Lakukan Bersih-Bersih
Anda tidak harus keluar uang banyak untuk membersihkan tubuh Anda. Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan. Anda bisa minum banyak air putih untuk melakukan detoksifikasi, meminum jus buah dan sayur sederhana agar mendapatkan nutrisi yang tepat untuk tubuh Anda, atau bahkan mandi agar Anda merasa bersih dan segar.
Tidak peduli apa yang Anda lakukan, ingatlah!
Untuk menjadi ibu yang gembira dan menyenangkan, Anda harus memiliki kesehatan
yang baik. Ikuti tips sederhana ini dan rasakan perbedaannya. Jika Anda siap
untuk melepaskan racun, mengembalikan energi dan mengisi ulang hidup Anda,
sudah waktunya Anda melakukan perubahan.
B. Program Pelayanan Kesehatan untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu
a) KMS Ibu Hamil (dari WHO)
KMS dirancang untuk
mencatat data tempat kehamilan dan waktu antara kehamilan tersebut dan
didalamnya terdapat keterangan keluarga berencana dan berat badan Ibu dalam
grafik untuk memonitor keadaan gizi.
Tujuan KMS :
·
Membantu deteksi dini keadaan beresiko
·
Mempromosikan waktu tepat merujuk kasus “dengan
resiko” yang terdeteksi ke pusat pelayanan kesehatan dan rumah sakit
·
Meningkatkan
pemantauan status kesehatan selama hamil, kelahiran, nifas dan masa antara
kehamilan sampai 8-10 tahun
·
Meningkatkan
partisipasi Ibu, keluarganya dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan mereka
sendiri.
b) Bidan
Desa
Bidan menurut peraturan menteri kesehatan adalah
seseorang yang telah mengikuti dan telah menyelesaikan program pendidikan bidan
yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku.
Penempatan bidan didesa ditujukan untuk meningkatkan mutu
dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan posyandu.
c) Posyandu
Posyandu Adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi
dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai
nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.
Tujuan posyandu :
·
Mempercepat penurunan angka kematian Ibu dan
Anak
·
Meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu
·
Meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan
kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat
·
Pendekatan
dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi
·
Meningkatkan
pembinaan dan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk
swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
d) Polindes
(Pondok Persalinan Desa)
Polindes merupakan bentuk sarana pelayanan kesehatan
ditingkat desa sebagai upaya
melengkapi sarana bagi bidan didesa dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
C. Faktor
yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Pelayanan
1.
Kesehatan
Ibu
a) Internal
·
Kurangnya
kepercayaan Ibu terhadap pelayanan kesehatan
Pada era modern ini sistem pelayanan kesehatan dan pengobatan
sudah semakin maju. Akan tetapi, masih saja ada masyarakat yang tidak sepenuh
hati percaya terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Kurangnya kepercayaan ini
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan Ibu tentang kesehatan, terutama kesehatan
itu Ibu dan anak. Selain itu, ada juga faktor tradisi yang sudah mendarah
daging oleh masyarakat setempat,
sehingga masyarakat berpaling dari pelayanan kesehatan tersebut. Contoh : Ibu
kurang percaya terhadap bidan desa karena notabene meraka masih muda (rata-rata
17-19 tahun), dibandingkan dukun beranak yang sudah tua.
·
Ekonomi
Faktor ekonomi tidak luput dari permasalahan ini, yaitu
ketidakcukupan finansial menimbulkan menimbulkan kecemasan Ibu mengenai biaya
untuk pelayanan kesehatan tersebut, sehingga Ibu lebih memprioritaskan
kebutuhan yang lain daripada kesehatan Ibu sendiri.
·
Kesibukan
Ibu
Setiap orang memiliki kesibukan tidak terkecuali seorang
Ibu, baik seorang Ibu rumah tangga maupun seorang Ibu yang berkarir memiliki
kesibukannya masing-masing. Misalnya mencuci, memasak, melayani suami, sampai
menjaga anak-anak adalah tugas seorang Ibu rumah tangga yang sangat tidak
mudah. Sedangkan seorang wanita karir, memiliki kesibukan diluar rumah dan
biasanya menyerahkan pekerjaan rumah kepada pada pembantu rumah tangga ataupun
baby sitter. Kesibukan-kesibukan diatas membuat seorang Ibu menjadi kurang
peduli terhadap kesehatan pribadi, sehingga pelayanan kesehatan kurang
dimanfaatkan karena terhambat oleh kesibukan Ibu.
b) Eksternal
· Longgarnya hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien
Zaman yang maju memerlukan penafsiran baru dalam segala
bidang. Penafsiran baru itu timbul karena yang dulu dipandang maju, sekarang
sudah kuno; yang dulu benar, sekarang salah; yang dulu sosial, sekarang
ekonomis; dan lain sebagainya. Kemajuan bidang sosial-ekonomi akibat iptek yang
terus berkembang, membawa dampak meningkatnya pengetahuan, informasi, dan
wawasan masyarakat/individu.oleh karena itu, Ia memiliki alternatif dalam
mengupayakan pelayanan kesehatannya yang makin bermutu.
Perkembangan yang terus-menerus mengakibatkan palayanan
kesehatan menjadi canggih dan kompherensif, dilengkapi petugas profesional yang
tentu saja membutuhkan biaya yang tinggi. Jika menilik riwayat panjang di zaman
Yunani purba, maka menjadi dampak bahwa praktik pelayanan kesehatan yang kini
berkembang nyaris putus hubungan dengan landasan semangat yang dulu
mendorongnya. Bidang kedokteran adalah bidang di mana nilai-nilai teknis dan
humanistis bertautan erat sekali dengan rajutan psikologis petugas.
Pelayanan kesehatan yang humanistis bergeser ke arah yang
berlawanan, dari bersifat sosial menjadi ekonomis. Bentrokan psikologis dalam
hubungan antara petugas dengan pasien merupakan risiko awal yang tidak bisa
dipandang enteng.
Hubungan antara pasien dan dokter yang pada sejarahnya
sangat personal, menjadi longgar dan berjarak akibat diterapkannya teknologi
medis dan berfungsinya tatanan baru bidang pelayanan medis-birokratis. Hal ini
bukan saja akibat pemanfaatan teknologi maju yang menuntut syarat-syarat empersonal
saja. Akan tetapi, juga terjadinya pergeseran pola pikir dalam masyarakat yang
menghargai efisiensi, produktivitas, serta kualitas, termasuk pelayanan
kesehatan. Hanya saja, semangat baru ini akan menemui kendala serius bila
digeneralisasikan bagi masyarakat di pedesaan. Hal itu terjadi karena kondisi
ekonomi yang sangat rendah, sehingga sulit memperoleh akses pelayanan bermutu
yang berbicara atas nama biaya.
·
Kurangnya
sarana dan prasarana kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya pemanfaatan
pelayanan kesehatan adalah kurangnya sarana dari pelayanan kesehatan. Sarana
pelayanan kesehatan itu meliputi perlengkapan-perlengkapan yang ada di tempat
pelayanan kesehatan. Kurangnya perlengkapan-perlengkapan pelayanan kesehatan
tersebut kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya biaya untuk membeli
perlengkapan tersebut. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat, terutama Ibu
enggan untuk menggunakan pelayanan kesehatan.
·
Mutu
pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Masyarakat merasa kurang puas dengan mutu pelayanan,
kesulitan administrasi, dan lamanya waktu tunggu. Indonesia mengalami
kekurangan pada hampir semua jenis kesehatan yang diperlukan. Banyak puskesmas
belum memiliki dokter dan tenaga kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini
diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata. Misalnya lebih
dari dua per tiga dokter spesialis berada di Jawa dan Bali.
·
Lokasi
yang kurang strategis dan transportasi yang kurang memadai.
Pada daerah pedesaan, terutama pada daerah terpencil,
masyarakat didaerah tersebut sering kali sulit untuk menjangkau sarana-sarana
kebutuhan hidup mereka. Untuk menjangkau sarana-sarana tersebut, mereka
terkadang menggunakan cara yang seadanya karena tidak ada transportasi yang
layak untuk digantikan, seperti berjalan kaki. Hal ini menyebabkan mereka
berada dalam kondisi yang serba kekurangan. Begitu juga dalam hal sarana
pelayanan kesehatan yang lokasinya jauh dari tempat tinggal mereka dan tidak
adanya sarana transportasi yang dapat digunakan. Kondisi ini mengakibatkan
mereka malas untuk memeriksa kesehatannya. Jika mereka sakit, mereka lebih
cenderung untuk berobat ke dukun.
D.Solusi
a) Diadakan
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan keluarga dan masyarakat yang
diberikan kepada masyarakat dan keluarga yang datang berobat, diselenggarakan
secara rutin setiap hari Sabtu. Penyuluhan ini dipusatkan di puskesmas induk
dengan metode Radio Spot atau Ceramah dan tanya jawab. Penyuluhan ini
dipresentasikan secara bergiliran oleh Pimpinan dan Staf Puskesmas Induk hingga
Polindes, dengan materi ceramah sesuai dengan penanggung jawab program
masing-masing.
b) Program ”Paket Mitra Sehat”
Program ini merupakan program kemitraan dalam rangka
peduli terhadap masalah kesehatan masyarakat yang berpenghasilan rendah,
masyarakat didaerah terpencil seperti desa-desa IDT, dan tenaga kerja
lepas/harian. Dana pemeliharaan kesehatan keluarga/masyarakat lapisan kurang
mampu ini, disubsidi oleh mitra yang lebih mampu, yaitu para penyantun program.
Puskesmas sebagai penyelenggara dan pelaksana program mengajak dan merangkul
kalangan dunia usaha dan sekitarnya, baik perusahaan maupun perorangan yang
berkenan menjadi penyantun program ini.
Program ini merupakan upaya pemerataan jangkauan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat lapisan kurang mampu, sehingga mereka dapat
lebih cepat dan mudah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat
dan telah tersedian selama ini. Secara umum, upaya ini sekaligus sebagai upaya
peningkatan kualitas SDM.
Salah satu program dalam mitra sehat ini adalah tahap uji
coba pelayanan ekstra dari Puskesmas Lirik (yaitu pelayanan sore hari yang
diprioritaskan bagi pemegang Kartu Askes, Kartu Sehat, dan Kartu Dana Sehat),
juga diperuntukkan bagi peserta program ini. Hal ini dilakukan guna, mengatasi
hambatan bagi yang bekerja maupun yang bersekolah di pagi hari, sekaligus
mendukung program Gerakan Disiplin Nasional di tempat tugas masing-masing.
c) Transportasi
Keterbatasan transportasi dalam menjangkau sarana
pelayanan kesehatan dapat diatasi dengan penyediaan kendaraan yang disediakan
oleh pemerintah setempat untuk mereka yang kesulitan transportasi sehingga
mereka bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. Selain itu, juga
diadakan program Puskesmas Keliling. Program ini bertujuan untuk menjangkau
daerah-daerah terpencil yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Hal ini juga
dapat mempermudah masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya.
d) Meningkatkan
Mutu Pelayanan
Meningkatkan mutu pelayanan dengan memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatannya sehingga lebih berkompeten. Bukan
hanya mereka menguasai ilmunya, tetapi mereka juga dapat menguasai cara
berkomunikasi yang baik agar pasien dapat merasa nyaman. Selain itu, adanya pendistribusian
tenaga kesehatan secara merata, baik di kota maupun di desa dan pendistribusian
anggaran kesehatan secara tepat untuk penyediaan alat-alat atau perlengkapan
pelayanan kesehatan.
BAB III
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Kaum ibu diyakini tidak memiliki waktu
untuk merawat diri mereka sendiri. Setelah melakukan semua hal, ibu masih
memiliki banyak tugas lain. Mulai dari mengantar anak ke sekolah, memasak makan
malam, pergi ke pertemuan orang tua dan menjadi seorang istri yang mencintai
dan menyayangi suaminya. Tidak heran jika ada hari yang didedikasikan khusus
hanya untuk ibu.
Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan Ibu terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal mencakup kurangnya kepercayaan Ibu terhadap pelayanan kesehatan,
ekonomi, dan kesibukan Ibu. Sedangkan faktor eksternal mencakup longgarnya
hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien, kurangnya sarana dan prasarana
kesehatan, mutu pelayanan kesehatan yang kurang memadai, lokasi yang kurang
strategis dan transportasi yang kurang memadai.
Solusi-solusi untuk mengatasi rendahnya pemanfaatan
pelayanan kesehatan, diantaranya diadakan penyuluhan kesehatan, program”Paket
Mitra Sehat”, penyediaan transportasi untuk daerah yang terpencil, meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
B.
Saran
1. Pemerintah
sebaiknya lebih focus terhadap program pelayanan kesehatan ibu karena ibu
sangat berperan penting dalam keluarga.
2. Untuk
mencapai MDGs seharusnya di setiap desa di sediakan fasilitas yang lebih
memadai dan berfokus pada sehatan ibu.
3. Agar
para tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan maksimal seharusnya di
sediakan alat-alat yang di butuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar