ADA
BEBERAPA CARA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENILAI MASA SUBUR SESEORANG, YAITU:
|
• Anda dapat menghitung masa subur anda dengan menggunakan system kalender. Hal ini adalah cara natural atau alamiah yang digunakan bila anda mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Cobalah untuk mencatat siklus menstruasi anda dalam 3 bulan terakhir berturut-turut (tanggal hari pertama haid ). Dan sebaiknya pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur akan sulit untuk menilai masa subur dengan cara ini.
Perhitungan masa subur ini didasarkan masa subur atau saat ovulasi terjadi pada hari ke 14 dari menstruasi yang akan datang dan dikurangi 2 hari karena sperma dapat hidup selama 48 jam setelah ejakulasi serta ditambahkan 2 hari karena sel telur dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Jadi Misalnya siklus haidnya 28 hari dan haid terakhirnya terjadi tanggal 1, tanggal haid bulan berikutnya adalah tanggal 28. Dengan demikian, perkiraan waktu ovulasi anda , yaitu di tengah - tengah periode haid yakni tanggal 14. Jadi, masa subur berada pada sekitar tanggal 12 hingga 16.
• Dengan menilai peningkatan suhu badan, biasanya suhu badan meningkat menjelang dan sesudah masa ovulasi karena pengaruh hormon progesteron.
• Dengan menilai lendir rahim. Hormon estrogen mencapai puncaknya pada saat ovulasi terjadi dan memengaruhi lendir rahim. Menjelang ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan dua jari membentuk benang dan berwarna bening.
• Alat Tes Ovulasi. Saat ini juga sudah dijual bebas diapotik atau toko obat alat untuk menilai masa subur yaitu Test prediksi masa subur atau ovulasi. Alat test ini bekerja dengan mengukur kadar hormone LH yang dihasilkan saat ovulasi. Alat ini digunakan seperti test kehamilan tetapi tentu saja harganya lebih mahal.
Dengan mengetahui kapan masa subur anda, dapat membantu anda yang berencana mempunyai anak dan juga sekaligus sebagai metode Keluarga Berencana atau kontrasepsi yang natural untuk yang masih mau menunda kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual pada saat subur..
Beberapa Tips Untuk Hamil:
- Waktu terbaik untuk konsepsi
Penting untuk mengetahui kapan saat terbaik untuk
terjadinya pembuahan pada seorang wanita. Waktu terbaik untuk konsepsi
atau pembuahan adalah saat masa subur atau ovulasi dari seorang wanita.
Yang perlu diperhatikan bahwa telur yang matang hanya
hidup 24 jam sedangkan sperma hidup 48-72 jam dalam tubuh wanita. Oleh
karenanya, melakukan hubungan seks sebelum saat ovulasi lebih baik untuk
meningkatkan kehamilan daripada sehari atau dua hari sesudahnya.
- Frekuensi hubungan seksual
Frekuensi atau seberapa sering untuk melakukan
hubungan seksual, ini semua tergantung dari setiap pasangan. Tidak ada
angka khusus yang dapat memastikan berapa kali seseorang harus melakukan seks
untuk dapat hamil. Ada wanita yang hamil hanya dengan satu kali saja tapi
yang lain memerlukan waktu yang lebih lama. Yang terpenting
"seberapa sering" anda melakukan hubungan seksual pada " waktu
yang terbaik untuk konsepsi".
- Nikmati proses hubungan seksual anda.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang
wantia mencapai orgasme, akan membentuk suasana alkaline (basa) pada vagina
yang mana sperma sukai dariapda kondisi normal vagina (suasana asam).
Jika anda mencapai orgasme pada saat yang bersamaan atau sesaat sesudah
pasangan anda ejakulasi maka kesempatan sperma untuk selamat sampai di servik
lebih meningkat.
- Posisi hubungan seksual.
Posisi seks yang dianjurkan untuk
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan adalah pria diatas (man on
top).
- Jangan Banyak Bergerak Setelah Seks?
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
setelah hubungan seksual dengan tidak bergerak dan tetap dalam posisi tidur
dengan kaki atau pinggul lebih tinggi setelah seks akan meningkatkan kesuburan.
Karena sebenarnya sperma sudah berada di dalam servik sesaat setelah
ejakulasi.
Tapi ada ahli yang tetap menganjurkan untuk
memberi waktu sejenak untuk sperma berenang ke servik dan menganjal pinggul
dengan sebuah bantal selama seks.
Yang terpenting juga sewaktu anda
membersihkan, hindari mengunakan cairan pembersih vagina sesaat setelah
hubungan seksual, karena cairan pembersih vagina dapat bersifat toxic untuk
sperma.
- Buat para suami
Para suami sebaiknya menghindari memakai
celana yang terlalu ketat atau mandi air hangat, hal ini akan menurunkan
kemungkinan kehamilan karena proses penekanan atau panas didaerah testis
(pembentuk sperma).
- Relaks
Cobalah untuk tetap rileks dalam menghadapi
hal ini bersama pasangan karena Stress hanya akan mempersulit terjadinya
konsepsi.
- Jaga kesehatan anda.
Menjaga kesehatan adalah hal dasar yang
penting. Pastikan tubuh anda cukup nutrisi. Ingat bahwa wanita yang
sehat akan lebih mudah hamil daripada yang mempunyai berat badan yang
berlebihan atau kurang.
Ini semua adalah tips untuk membantu anda
untuk meningkatkan kemungkinan untuk dapat hamil. Ingatlah kebanyakan, saat sperma masuk ke dalam saluran tuba dan
telur yang matang siap untuk dibuahi maka hanya 30 % saja yang mempunyai hasil
test kehamilan positif dan sisanya 70 % walaupun melakukan semuanya
dengan benar tapi tetap harus menunggu dan mencoba lagi.
Dan bila anda sudah mencoba melakukan hal ini selama 1
tahun dan belum hamil juga, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter anda untuk
mendapatkan penanganan yang terbaik.
Semoga berhasil!
Bagaimana Cara Efektif
Untuk Hamil atau
Menunda Kehamilan pada Masa Subur?
Alkisah Alda, wanita muda berusia 29 tahun yang sudah menikah hampir 3 tahun tapi belum juga dikaruniai anak. Keinginan untuk segera memiliki momongan ini sudah dirasakan sejak umur pernikahan menginjak 2 tahun. Selama 3 tahun menikah, Alda mengaku baik dirinya dan suami belum pernah pergi ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk memeriksakan kesehatan reproduksi mereka. Alda yang bekerja sebagai karyawan kantoran ini beralasan bahwa ia hanya bersikap pasrah dalam menunggu karunia Tuhan. “Mungkin memang belum saatnya,” tambah Alda. Disamping itu, sikap sang suami yang enggan ketika Alda pernah mengusulkan agar mereka pergi ke dokter suatu hari. Sampai akhirnya, sang suami tiba-tiba mengajak Alda untuk pergi ke dokter. Masalah susah hamil ini tidak hanya dialami oleh Alda. Ada banyak wanita Indonesia yang juga mengaku mengalami kesulitan untuk hamil, sehingga muncul pertanyaan, mungkinkah ada kecenderungan bahwa wanita Indonesia susah hamil? Hal ini dibantah oleh dr. Boy Abidin, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang berpraktek di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading. “Mungkin pemeriksaan kesuburan (fertility) dasarnya belum selesai atau ada kemungkinan pada masa subur tidak ada sperma yang masuk artinya hubungan intim sangat kurang, “ tambah Dr. Boy Abidin. Masa Subur, kunci untuk merencanakan keluargaTidak banyak wanita Indonesia yang mengetahui kapan masa suburnya. Padahal dengan mengetahui masa subur, ingin hamil atau menunda kehamilan bisa dilakukan dengan mudah jika tidak ada masalah anatomi pada wanita. Menghitung masa subur merupakan cara yang aman, alami dan cukup efektif dalam merencanakan jumlah dan jarak kelahiran anak.“Masa subur wanita adalah masa dimana ada satu sel telur yang siap untuk dibuahi oleh sel sperma di saluran telur (tuba faloppi) yang terjadi satu bulan sekali,” jelas dr. Boy Abidin, SpOG yang aktif sebagai pembicara dan narasumber untuk media massa. Sel telur ini mampu bertahan hidup dalam keadaan siap dibuahi hanya selama 1-2 hari. Pada masa subur ini, terjadi perubahan fisiologis yang dapat dijadikan indikator, umumnya berupa libido yang meningkat, lendir pada vagina lebih banyak, dan peningkatan suhu basal tubuh sebesar 0,2-0,5 derajat pada pagi hari. Indikator minor kesuburan yaitu nyeri perut dan perubahan payudara. Lendir yang muncul pada vagina ini merupakan lendir yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar di leher rahim (serviks) dan bersahabat dengan sperma. Lendir tersebut memungkinkan sperma dapat bertahan hidup dalam lendir tersebut untuk menunggu matangnya sel telur (ovulasi). Pada masa subur, kemungkinan terjadi pembuahan sangat besar. Jika pasangan suami istri (pasutri) ingin memiliki anak maka lakukan hubungan intim pada masa subur sang istri. Keberhasilan untuk hamilnya pun cukup besar. Demikian sebaliknya, jika tidak ingin hamil, maka hindari berhubungan intim pada masa subur sang istri atau menggunakan pelindung seperti kondom. Hitung masa subur!Selain perubahan fisik, masa subur ini dapat dihitung di atas kertas. Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi. Dalam menghitung masa subur diperlukan siklus menstruasi bulanan. Anda sebaiknya membuat catatan mengenai siklus menstruasi secara teratur setiap bulannya.Caranya mudah yaitu dengan menuliskan pada buku diary atau dengan memberi tanda pada kalender menggunakan spidol berwarna. Tandai hari pertama menstruasi yaitu hari pertama siklus dimana keluar bercak-bercak kecoklatan sampai kemerahan. Hari-hari selanjutnya diberi nomer namun tidak termasuk hari pertama menstruasi berikutnya. Meskipun ada yang mengusulkan untuk membuat catatan menstruasi selama setahun (menogram). dr. Boy Abidin menyebutkan bahwa dibutuhkan minimal pola menstruasi 3 bulan terakhir misal 28 hari, 30 hari, 27 hari kemudian dibuat rata-ratanya. Jika rata-ratanya menghasilkan 28 hari yang berarti kondisi normal, maka masa suburnya akan terjadi pada 14 hari sebelum hari pertama menstruasi yang akan datang bulan berikutnya. Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Jika anda memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak normal, perhitungan menjadi tidak akurat dan kemungkinan besar gagal. Namun tidak ada salahnya jika mau mencoba. Untuk yang siklus menstruasinya tidak teratur dapat menggunakan data siklus menstruasi selama 6 bulan (6 siklus). Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus menstruasi dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus menstruasi dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Jika siklus terpendek 26 hari dan siklus terpanjang 32 hari. Perhitungannya : 26-18 = 8 dan 32–11 = 21. jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari pertama menstruasi. LH, hormon penanda masa suburdr. Boy Abidin, SpOG yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung, menjelaskan bahwa siklus menstruasi dikendalikan oleh lingkaran siklus hormon seks wanita. Untuk memudahkan, siklus ini dibagi dalam 2 fase yaitu fase sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.Pada fase sebelum ovulasi dikontrol oleh folicle stimulating hormone (FSH) dan estrogen. Kelenjar pituitari pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan merangsang pematangan folikel di ovarium (indung telur). Pematangan folikel ini akan meningkatkan produksi esterogen. Ketika esterogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar pituitari distimulasi untuk menghasilkan luteinizing hormone (LH) yang meningkat cepat yang kemudian akan menimbulkan ovulasi (pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan ovum) dalam 36 jam kemudian. Kenaikan kadar LH yang tinggi sesaat sebelum ovulasi dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui masa sebelum ovulasi terjadi. Kadar LH dapat dideteksi melalui darah dan urin. Kadar LH dalam darah dapat diperiksa melalui tes laboratorium, sedangkan kadar LH dalam urin dapat diperiksa melalui alat tes kesuburan berupa strip. Hasil kadar LH melalui darah diakui dr. Boy Abidin lebih akurat karena mengukur secara kuantitatif dibandingkan melalui urin yang menggunakan metode kualitatif. Namun, karena dibutuhkan pemeriksaan darah berkali-kali sampai diperoleh kadar LH yang tinggi, anda berisiko akan disuntik dan diambil darahnya berkali-kali juga. Tentunya akan mengakibatkan ketidaknyamanan. Fase setelah ovulasi dikontrol oleh progesteron. Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian folikel tersebut akan berkembang menjadi korpus luteum, yang memproduksi progesteron. Di bawah pengaruh progesteron terjadi perubahan-perubahan yang menunjukkan masa tidak subur seperti hilangnya lendir. Merencanakan kehamilanDengan mengetahui masa subur, tentu akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
1.
menilai
kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
2.
memprediksikan hari-hari subur yang maksimum
3.
mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan intim untuk
mendapatkan kehamilan
4.
membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas
Pada pasangan yang normal, kehamilan mungkin terjadi pada setiap
waktu pada masa subur tetapi hubungan intim paling mungkin akan menghasilkan
kehamilan pada hari-hari di mana terdapat lendir serviks dengan kesuburan
tinggi, terdapat sensasi basah atau licin pada vulva, dengan lendir serviks
yang transparan dan elastis.Jumlah lendir subur paling banyak terjadi pada satu atau dua hari sebelum hari puncak dan merupakan waktu dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Hari puncak hari terakhir ketika lendir yang subur ada sering bersamaan dengan waktu ovulasi. Pergeseran suhu menyakinkan bahwa ovulasi sedang terjadi. Pada waktu tingkat kesuburan maksimum, serviks tinggi, pendek, lurus, lembek, dan terbuka dan mengalirkan lendir yang subur. Ani, wanita cantik berusia 33 tahun ini mengaku telah berhasil memanfaatkan masa suburnya untuk bisa hamil. Setelah menikah selama 3 tahun, akhirnya Ani hamil dan pada bulan Januari 2006 lalu melahirkan seorang bayi perempuan. Bukan tidak mungkin, anda juga bisa berhasil hamil seperti Ani. Namun, jika anda tidak seberuntung Ani dan jika dalam 6 bulan setelah melakukan hubungan intim secara teratur dalam masa subur namun tidak terjadi kehamilan, sebaiknya konsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Mencegah kehamilanBanyak alat kontrasepsi yang tersedia untuk mencegah kehamilan seperti IUD, spiral, susuk, pil, kondom, dan lain-lain. Namun, kadang efek samping pemakaian kontrasepsi ini yang tidak disukai wanita. Mulai dari wajah berjerawat, sakit kepala, badan bertambah gemuk, rasa nyeri sampai perdarahan. Meskipun sekarang sudah ada metode kontrasepsi yang minim efek samping.Untuk yang ingin menghindari efek samping kontrasepsi, bisa mencoba cara alami dengan memanfaatkan masa subur. Pendekatan dengan kombinasi berbagai indikator, umumnya kombinasi suhu dan lendir merupakan metode yang sangat efektif, bahkan bila dilakukan dengan benar dapat mencegah kehamilan hingga 98%. Jika ingin menunda kehamilan, maka hindari berhubungan intim pada masa subur sang istri atau menggunakan pelindung seperti kondom. Cara lain yang cukup digemari pasutri adalah sanggama terputus. Tentu hal ini tergantung dari kebiasaan dan disesuaikan dengan kenyamanan pasutri. Yuk, coba cara alami!Dengan ketekunan dalam mengenali perubahan fisiologis siklus menstruasi, secara alamiah dapat mencegah kehamilan maupun merencanakan kehamilan, dengan efektifitas yang tinggi. Bahkan dengan mengetahui adanya kelainan dalam siklus (misanya siklus anovulatoar), dapat diketahui adanya masalah infertilitas yang perlu penanganan lebih lanjut. "Kesuburan dapat dipengaruhi faktor gizi dan anatomi," ungkap dr. Boy Abidin, SpOG yang pernah mengikuti kursus Gynecological Oncology Coorporation Indonesia-Belanda pada tahun 2000.Jalani pola hidup sehat yang berarti asupan gizi seimbang dengan makan 4 sehat 5 sempurna. Disamping memenuhi kebutuhan gizi, rutin berolahraga dapat melancarkan sirkulasi darah sehingga kerja hormon seks wanita yang terlibat dalam proses reproduksi juga berjalan baik. dr. Boy Abidin, SpOG juga menyarankan agar wanita jangan terlalu gemuk dan sebisa mungkin menghindari stres. Dokter ahli obstetri dan ginekologi Boy Abidin merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung. dr. Boy Abdidin dilahirkan di Surabaya 29 Juli 1969. dr. Boy Abidin, SpOG aktif juga sebagai pembicara dan narasumber untuk media massa baik cetak, elektronik maupun on line serta sering memberikan seminar di beberapa tempat. Saat ini dr. Boy Abidin, SpOG berpraktek di RS. Mitra Keluarga Kelapa Gading dari Senin sampai Sabtu. Kegiatan yang pernah diikuti:
|
IMUNISASI
DEFINISI
Imunisasi
adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin
adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin
membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit.
Vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin
secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh
lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.
Imunisasi BCG
Vaksinasi
BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin
disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari
1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin
ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan,
sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi
untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya
penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang,
penderita infeksi HIV).
Reaksi yang
mungkin terjadi:
1.
Reaksi
lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
2.
Reaksi
regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi
yang mungkin timbul adalah:
1.
Pembentukan
abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu
dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan,
bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat.
2.
Limfadenitis
supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya
terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
Imunisasi DPT
Imunisasi
DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.
DIFTERI
adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal.
PERTUSIS
(BATUK REJAN) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan
batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis
berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
TETANUS
adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin
DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang
dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang
disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi
DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3
bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4
minggu.Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia
prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin
pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah
mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td
pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).
Hampir
85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin
difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT
sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena
adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang
dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:
1. demam tinggi (lebih dari 40,5°
Celsius)
2.
kejang
- kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
3.
syok
(kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika
anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat.
Jika
anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal,
penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa
dikendalikan.
1-2
hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan,
nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk
mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau
ibuprofen).
Untuk
mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau
lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Imunisasi DT
Imunisasi
DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab
difteri dan tetanus.
Vaksin
DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau
tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi
difteri dan tetanus.
Cara
pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin
ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita
demam tinggi.
Efek
samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di
tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi
tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi
pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada
ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan
berumur 7 bulan dan 8 bulan.
Vaksin
ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek
samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu
berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi Polio
Imunisasi
polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio
bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2
macam vaksin polio:
- IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
- OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi
dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu.
Imunisasi
polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di
Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes
(0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air
gula.
Kontra indikasi pemberian
vaksin polio:
·
Diare
berat
·
Gangguan
kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,kortikosteroid)
·
Kehamilan.
Efek samping
yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis
pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan
antibobi sampai pada tingkat yang tertingiu.
Setelah
mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu
dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke
daerah dimana polio masih banyak ditemukan.
Kepada
orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani
imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada
orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian
IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.
Sebaiknya diberikan OPV.
Kepada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV,
leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan
kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker,
kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
IPV
bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.
Jika
anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan
imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih.
IPV
bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya
berlangsung hanya selama beberapa hari.
Imunisasi Campak
Imunisasi
campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi
campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian.
Vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra
indikasi pemberian vaksin campak:
·
infeksi
akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
·
gangguan
sistem kekebalan
·
pemakaian
obat imunosupresan
·
alergi
terhadap protein telur
·
hipersensitivitas
terhadap kanamisin dan eritromisin
·
wanita
hamil.
Efek
samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis
dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi MMR
Imunisasi
MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak
menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah
yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan
menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua
kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis
(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang
gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi
kemandulan.
Campak
Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar
getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau
gangguan perdarahan.
Jika
seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat
dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan
bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin
MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman.
Vaksin
tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya
jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan
pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin
tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan
suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada
saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi
MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau
lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru
menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa
yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki
kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada
masa kanak-kanak.
Pada
90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur
hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.
Suntikan
kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi
oleh suntikan pertama.
Efek samping
yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
- Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani
imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5%
anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa
gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam
ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung
hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR
kedua.
- Komponen gondongan
Pembengkakan
ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama
beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
- Komponen campak Jerman
1. Pembengkakan kelenjar getah bening dan
atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu
setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat
suntikan MMR.
2. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan
selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan
MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR,
tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang
nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan
(hilang-timbul).
3. Artritis (pembengkakan sendi disertai
nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak
tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang
terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.
4. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau
kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
5. Meskipun jarang, setelah menerima
suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas
kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu
setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan
dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang
ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang
bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.
Jika
anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi
MMR sebaiknya
tidak diberikan kepada:
1. anak yang alergi terhadap telur,
gelatin atau antibiotik neomisin
2. anak yang 3 bulan yang lalu menerima
gamma globulin
3. anak yang mengalami gangguan kekebalan
tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid,
kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
4. wanita hamil atau wanita yang 3 bulan
kemudian hamil.
Imunisasi Hib
Imunisasi
Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme
ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang
bisa menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib
diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6
bulan.
Imunisasi Varisella
Imunisasi
varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan
ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan
membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Setiap
anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan
untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak
yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1
dosis vaksin.
Kepada
anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan
vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2
dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Cacar
air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular.
Biasanya
infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus
terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di
rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.
Cacar
air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin
ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil
orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella;
tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang
komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa
pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksin
varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun,
mungkin juga seumur hidup.
Efek
samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
1.
demam
2. nyeri dan pembengkakan di tempat
penyuntikan
3. ruam cacar air yang terlokalisir di
tempat penyuntikan.
Efek samping
yang lebih berat adalah:
1.
kejang
demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
2.
pneumonia
3.
reaksi
alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,
kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal
ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah
suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
4. ensefalitis penurunan koordinasi otot.
Imunisasi
varisella sebaiknya tidak diberikan
kepada:
1.
Wanita
hamil atau wanita menyusui
2.
Anak-anak
atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki
riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
3.
Anak-anak
atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena
vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
4.
Anak-anak
atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem
kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
5.
Anak-anak
atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
6.
Setiap
orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
7.
Anak-anak
atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.
Imunisasi HBV
Imunisasi
HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis
B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis
pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg
negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi
dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV
I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV
III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum
memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada
bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan
kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam
waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2
bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada
bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu
diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan
HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian
imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak
benar-benar pulih.
Vaksin
HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek
samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan
sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan),
yang akan hilang dalam beberapa hari.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi
pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering
menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada
bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin.
Vaksin
ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko
terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
PSIKOLOGI KEHAMILAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kehamilan merupakan suatu
proses yang alami bagi seorang wanita, yang mana saat ini terjadi perubahan
fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial didalam keluarga. Pada
umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi
sehat, cukup bulan melalui jalan lahir namun
kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dimana bisa terjadi kemungkinan timbulnya resiko-resiko
yang bisa menyebabkan kematian ibu.
Adapun penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah pendarahan (30
% - 50 %), infeksi (20 %-25 %), dan eklamsia. Selain perdarahan dan infeksi
sebagai penyebab kematian, sebenarnya ada penyebab lain seperti kematian akibat
abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan
oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, seperti jantung dan infeksi yang
kronis. Selain itu keadaan ibu sejak pra-hamil juga sangat berpengaruh terhadap
kehamilannya.
Adapun penyebab tidak langsung
kematian ibu antara lain : Anemia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4
terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak). Tahun 1995 kejadian Anemia ibu
hamil sekitar 51 %, dan kejadian resiko KEK pada ibu hamil (lingkar lengan atas
< 23,5 cm) sekitar 30 %.
Oleh karena itu perawatan
antenatal dan management kebidanan yang baiklah
yang dapat menanggulangi
masalah-masalah diatas karena dapat mendeteksi
secara dini kemungkinan-kemungkinan yang timbul
pada kehamilan terutama pada ibu Primagravida.
Leukore adalah cairan putih
yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Hal ini normal dialami oleh
setiap wanita saat menjelang haid dan setelah haid. Terkadang bisa menimbulkan
gangguan rasa nyaman bila keluarga berlebihan dan berbau sebagai wanita yang
mengalami leukore merasa terganggu apalagi di saat akan dan selesai melakukan
hubungan seks dengan suaminya karena bisa memperbanyak keluarnya keputihan.
1.2.
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan asuhan kebidanan
pada klien dengan leukore mahasiswaa diharapkan dapat melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa
dapat mengkaji data pada ibu hamil
2. Mahasiswa
dapat melakukan interpretasi data pada ibu hamil
3. Mahasiswa
dapat menegakkan diagnosa potensial
4. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Mahasiswa
dapat menentukan rencana tindakan
6. Mahasiswa
dapat melaksanakan rencana tindakan
7. Mahasiswa
dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
1.3.
Metode
Penulisan
-
Studi Pustaka dengan mempelajari buku-buku Ilmu
Kebidanan Fisiologis.
-
Studi kasus dengan mempelajari data yang ada
pada klien baik subyektif maupun obyektif.
-
Pemecahan masalah dengan menggunakan management
Asuhan Kebidanan
1.4.
Sistematika
Penulisan
Asuhan
kebidanan pada klien dengan kehamilan fisiologis primigravida yang dilaksanakan
pada tanggal 21 April -17 Mei 2008 di Puskesmas Ngagel Rejo Surabaya.
BAB I
: Pendahuluan meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan
BAB II
: Tujuan Pustaka, meliputi konsep
dasar kebidanan, konsep asuhan kebidanan
BAB III : Tinjauan Kasus, meliputi pengkajian data, mendiagnosa kehamilan,
mengidentifikasi diagnosa potensial, menetapkan kebutuhan segera, rencana
tindakan, implementasi, evaluasi
BAB IV : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Konsep Dasar
Kehamilan
2.1.1. Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan.
(Prof,dr. Ida Bagus Gede Manuaba, SpOG,
1998:4)
Kehamilan adalah suatu masa dimulai
dari terjadinya pembuahan (konsepsi) sampai lahirnya anak. Pembuahan terjadi
setelah hubungan badan dimana sperma dari suami akan membuahi sel telur istri.
Telur yang sudah dibuahi akan menempel pada dinding rahim. Kemudian tumbuh dan
berkembang sampai mencapai 9 bulan (40 minggu)
(Depkes.
RI 1995)
Primigravida adalah wanita yang hamil untuk
partama kali.
(Prof.dr.
Ida Bagus Gede Manuaba, Spob, 1998, 158)
Primigravida Muda adalah seorang
primigravida yang belum mencapai umur 16 tahun
Primigravida Tua adalah wanita yang pertama
kali hamil sedangkan umurnya sudah mencapai 35 tahun atau lebih
(Sastra
Winata, Sulaiman, 1983,154)
2.1.2 Klasifikasi Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan
yaitu :
-
Triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu
-
Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu
-
Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu
2.1.3 Pemeriksaan Kehamilan
Pada umumnya pemeriksaan kehamilan
dilakukan :
ü
1 x sebulan sampai dengan bulan ke IV
ü
2 x sebulan dari bulan ke IV sampai bulan ke IX
ü
1 x seminggu pada bulan terakhir
Aturan pemeriksaan
tersebut diatas hanya berlaku kalau semuanya normal. Jika terjadi kelainan maka
frekuensi pemeriksaan disesuaikan menurut kebutuhan pasien masing-masing.
1. Mengenai
keluhan-keluhan yang sering didapatkan wanita hamil:
a.
Mual, muntah
Mual dan muntah biasanya terjadi pada
trimester I dan sering timbul di pagi hari waktu perut kososng.
Pengobatannya adalah :
-
Makan dahulu sedikit, misalnya biscuit dan the
sebelum bangun dari tempat tidur.
-
Makan harus dalam porsi kecil tetapi sering.
-
Dapat juga diberikan vitamin B. Complex, vitamin
C dan sedative.
b. Panas
dalam
Disebabkan karena reuritasi atau tekanan
baik dari kandungan asam perut ke dalam esophagus bagian bawah oleh gerakan
baik peristaltic.
Cara mengatasinya adalah :
-
Postur tubuh yang baik
-
Menghindari makanan yang berbau keras
-
Makan sedikit tapi sering untuk menghindari
beban lambung
c.
Sakit Pinggang
Sebagian besar disebabkan karena perubahan
sikap badan pada kehamilan lanjut, karena titik berat badan pindah kedepan
disebabkan perut yang membesar dan sebagian disebabkan karena melanggarnya
sendi-sendi pada panggul
d. Sakit
Kepala
Biasanya timbul pada hamil muda dan tidak
diketahui penyebabnya. Pada pertengahan kehamilan hilang atau berkurang dengan
sendirinya. Pada triwulan terakhir dapat merupakan ajaran PEB.
e.
Sesak Nafas
Disebabkan karena rahim yang membesar
mendesak diafragma keatas.
Cara mengatasinya adalah : Jika tidur dengan
bantal yang lebih tinggi dari badan.
f.
Varises
Timbulnya varises dipengaruhi oleh faktor
keturunan, berdiri lama dan usia. Dalam kehamilan ditambah faktor hormonal
(progesterone) dan bendungan dalam panggul
Cara mengatasinya adalah :Waktu beristirahat
hendaknya kaki ditinggikan dengan cara menyangga dengan bantal
g. Odema
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai
bawah disebabkan oleh tekanan dari rahim yang membesar pada vena-vena panggul.
Cara mengatasinya :
-
Mengurangi aktivitas sehari-hari
-
Lebih banyak istirahat dan menghindari pakaian
ketat.
h. Konstipasi
(Sembelit)
Disebabkan oleh relaksasi otot halus dari
usus besar dengan adanya jumlah progesteron yang meningkat.
Cara mengatasinya adalah :
-
Minum yang banyak
-
Makan buah/jus buah
-
Berikan minuman yang hangat pada waktu tidur.
-
Banyak makan makanan yang mengandung serat.
i.
Haemorroid (bawasir)
Bawasir adalah pelebaran vena-vena dari anus
bisa bertambah besar dalam rongga panggul
Cara mengatasinya adalah :
-
Diberikan cupoutorin memoroidales atau tindakan
operasi bila perdarahan banyak.
-
Menghindari konstipasi
-
Menghindari ketegangan pada saat BAB
j.
Flour albus (Keputihan)
Pada umumnya cairan didalam vagina bertambah
dalam kehamilan tanpa sebab-sebab yang patologis dan sering menimbulkan keluhan.
Ganococcus menyebabkan flour seperti nanah, Trichomonasvaginalis menyebabkan
flour yang putih berbau, sedangkan candida albicans menyebabkan flour dengan
gumpalan putih atau kuning dan menyebabkan gatal yang sangat.
Cara mengatasinya adalah :
-
Mengganti celana dalam jika terasa basah.
-
Jika selesai BAK hendaknya vagina disiram dengan
air.
2. Secara
bijaksana ibu diajarkan mengenai tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, seperti :
-
Perdarahan dari kemaluan
-
Oedema dari muka atau jari
-
Sakit kepala yang keras
-
Pengelihatan yang kabur
-
Nyeri perut
-
Muntah-muntah yang keras
-
Demam tinggi
2.1.4 Perubahan Fisiologi Ibu Hamil
Perubahan
sistem tubuh pada kehamilan meliputi :
1. Sistem Respirasi
Dengan bertambahnya usia kehamilan dapat
menyebabkan desakan pada Diafragma, karena usus-usus tertekan oleh Uterus yang
membesar kearah diafragma sehingga kebutuhan O2 meningkat kira-kira
20% sehingga wanita hamil bernafas lebih dalam dari biasanya, yaitu yang lebih
menonjol adalah pernafasan dada.
2. Sistem Kardio Vaskuler
Peredaran darah dipengaruhi oleh :
-
Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin.
-
Hubungan langsung antara Arteri dan Vena pada sirkulasi Retroplasenta.
-
Pengaruh hormon Estrogen dan Progesteron yang meningkat.
3. Sistem Urinaria
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung
kencing tertekan oleh Uterus yang mulai
membesar sehingga menimbulkan sering kencing dan keadaan ini akan hilang dengan
makin tuanya kehamilan tetapi keluhan ini akan timbul lagi pada waktu kepala
janin mulai turun kebawah PAP.
4. Perubahan Hormon dan Sistem Pencernaan
Pengeluaran HCL akan meningkatkan karena
pengaruh dari hormon Estrogen yang meningkat sehingga makanan akan lebih lama
di dalam lambung dan yang dicernakan akan lebih lama dalam usus-usus, dan
karena pengaruh hormon Progesteron pun dapat menimbulkan gerak usus yang
berkurang sehingga dapat menyebabkan Obstipasi.
5. Sistem
Integument
Karena pengaruh Stimulating Hormon Lobus
Hipofisis Anterior dan pengaruh Suprakanalis Hyperpigmentasi pada kulit
sehingga terjadi perubahan Deposit Pigment dan Hyperpigmentasi akan menghilang
setelah persalinan.
6. Sistem
Reproduksi
Kehamilan mempengaruhi seluruh reproduksi
Ginetalia wanita :
-
Uterus
Uterus bertambah besar dari besarnya 30 gr menjadi
1000 gr
Ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm dan ukuran
muka belakang 22 cm.
Tinggi Fundus Uteri
28 minggu : 3 jari atas pusat/sepertiga
jarak antara pusat dan prosesus xypoieleus
32 minggu : setengah jarak pusat dan
prosesus xypoieleus
36 minggu : 3 jari dibawah prosesus
xypoieleus
40 minggu : fundus uteri turun setinggi 3
jari dibawah prosesus xypoieleus, oleh karena saat ini kepala janin telah masuk
PAP.
-
Vagina dan Vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan
pada vagina dan vulva. Akibat Hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat
lebih merah atau kebiruan. Warna liviel pada vagina dan portio servik disebut
tanda Chadwick
-
Ovarium
Pada awal kehamilan masih terdapat korpus
luteum graviditaris sampai terbentuknya plasenta kira-kira pada kehamilan 16
minggu dan akan mengecil setelah plasenta terbentuk. Diperkirakan korpus luteum
adalah tempat sintetis dari relaxin pada awal kehamilan.
-
Perubahan Payudara
Payudara akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan untuk persiapan pemberian ASI saat laktasi dan payudara akan
membesar dan tegang akibat hormone Somatomammotrepin, Estrogen, dan Progesteron
Perubahan
Payudara :
ü
Payudara lebih besar
ü
Areola mamae hyperpigmentasi
ü
Glandula mongomerry makin tampak
ü
Puting susu makin menonjol
7. Sistem
Metabolisme
Kehamilan mempunyai efek pada metabolisme,
karena itu wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dan nutrisi yang
tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI.
Perubahan metabolisme
-
Metabolisme basale naik sebesar 15 - 25% dari semua
terutama pada trimester III
-
Keseimbangan asam basa menurun dari 155
meg/liter sampai 145 meg/liter disebabkan oleh hemogulasi darah dan kebutuhan
mineral yang diperlukan janin.
-
Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi
untuk keperluan pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.
-
Makanan yang diperlukan protein tinggi,
kebutuhan kalori, lemak dan kabohidrat serta protein yang diperlukan ½
gr/kg/BB.
-
Kebutuhan mineral
Kalsium ½ kg/hari, fosfor 2 gr/hari, zat
besi ibu hamil ½ kg perminggu
2.1.5 Tanda-Tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan terdiri dari 2
yaitu :
2.1.5.1 Tanda-tanda pasti
Tanda-tanda pasti timbul pada
kehamilan yang sudah lanjut, yaitu diatas 4 bulan, dengan menggunakan
Ultrasound, terdiri dari :
1.
Adanya gerakan janin
2. Adanya detak jantung janin dapat didengar pada
kehamilan 12 minggu.
3.
Pada foto rontgen terlihat tulang-tulang janin
2.1.5.2 Tanda-tanda dugaan hamil
1. Tanda
Subyektif
- Amenorea (terlambat datang bulan)
- Mual (Mause) dan muntah (emesis)
-
Sering miksi karena rahim yang membesar sehingga menekan kandung kemih
- Ngidam
- Konstipasi atau Obstipasi
- Payudara tegang
- Epulsi (Hipertropi gusi dapat terjadi bila
hamil)
- Varices/penampakan pembuluh darah vena
- Hiper pigmentasi
ü
Pada kulit
ü
Pada sekitar pipi (cloasma gravidarum)
ü
Pada dinding perut (linea alba menjadi linea
pusca/nigra, striele albican, striele, liviele).
ü
Pada areola dan papilla mamae.
2. Tanda Obyektif
- Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi
rahim
- Perubahan pada servik
-
Kontraksi Broxton Higks (adanya
kontraksi dan uterus bila dirangsang)
- Ballotement (lensing didalam rahim)
- Meraba pergerakan anak/bagian anak.
- Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
-
Adanya tanda chadwicks (selaput lender volva dan vagina
membiru)
2.1.6 Masalah – masalah yang sering timbul
selama hamil
2.1.6.1 Trimester I
- Mual,
muntah
- Penggunaan
obat terhadap janin yang dikandungnya
- Kebutuhan
Nutrisi
- Perdarahan
(abortus, KET, molahidasidosa)
- Perubahan
body image tubuh (khususnya bagi ibu hamil yang masih dalam usia remaja atau
muda (usia 12-19 tahun)
2.1.6.2 Trimester II
- Perdarahan
(abortus, KET, molahidasidosa)
- Penambahan
BB dan tekanan darah
- Rasa
ketidaknyamanan
- Aktifitas
sexsual yang meningkat
2.1.6.3 Trimester III
- Konstipasi
- Penambahan BB yang berlebihan
- Anemia
- Toxsemia
- Perdarahan
kehamilan lanjut dan persalinan (placenta previa dan rupture uteri)
2.3 Konsep
Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
Adalah aktivitas atau intervensi yang
dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan
khususnya dalam bidang KIA/KB.
2.3.1 Pengkajian Data
Data yang dikaji meliputi data
subyektif dan obyektif, langkah awal yang penting dalam memberikan asuhan
kebidanan adalah pengkajian data.
2.3.1.1Data Subyektif
Merupakan data yang didapat dari
Tanya jawab antara penderita dan pemeriksa (Anamnesa). Dari Tanya jawab ini
banyak keterangan yang dapat diperoleh
dan membantu menegakkan diagnosa dan prognosa kehamilan meliputi :
a.
Identitas
Pada anamnesa sosial ditanyakan :
- Nama
klien dan suami
- Agama
- Umur
- Kebangsaan
- Pekerjaan
- Alamat,
dan lain-lain
Pada
umumnya anamnesa sosial memberikan gambaran mengenai latar belakang penderita
seperti :
ü
Taraf pendidikan
ü
Status sosial ekonomi
ü
Keadaan rumah tangga
ü
Adat istiadat
b. Alasan
kunjungan saat ini/ keluhan utama. Apakah penderita datang untuk
pemeriksaan kehamilan ataukah ada
keluhan lain yang penting.
c.
Riwayat
Kebidanan
Riwayat Menstruasi
Tanyakan :
ü
Siklus menstruasi
ü
Lamanya
ü
Wananya
ü
Baunya
ü
Menarche
ü
HPHT dan TP
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang fungsi alat
kandungan, haid teratur atau tidak, haid terakhir dan siklusnya dipergunakan
untuk memperhitungkan tanggal persalinan.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu.
Anak
Ke-
|
Suami
Ke-
|
UK
|
Jenis
persalinan
|
penolong
|
penyulit
|
BB/
PB
|
Jenis
Kelamin
|
Hidup/
mati
|
Meneteki
|
KB
|
Pertanyaan
ini sangat mempengaruhi prognosa persalinan karena jalannya persalinan yang
lampau adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi
persalinan.
d. Riwayat
kehamilan ini/ANC/TT
Ditanyakan pada ibu apakah sudah
memeriksakan kehamilannya dan apakah sudah mendapatkan suntikan TT1 dan TT2
e.
Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat penyakit yang pernah atau sedang
diderita.Tanyakan apakah ibu menderita penyakit kronis seperti Jantung, Ginjal,
Asma/TBC, Paru, DM, Hipertensi
2.
Riwayat penyakit keluarga/keturunan
Tanyakan apakah ibu menderita suatu
penyakit keluarga/keturunan seperti Jantung, Hipertensi, DM, keturunan kembar,
dan lain-lain
3.
Perilaku kesehatan
Ditanyakan apakah ibu senang merokok,
alkohol, narkoba, obat-obatan, jamu, binatang peliharaan
f.
Riwayat Psikososial
ü
Kehamilan ini direncanakan/diterima
ü
Perasaan tentang kehamilan ini, apakah menerima
g. Pola
kehidupan sehari-hari
1.
Pola Nutrisi
Berapa kali sehari ibu makan dan minum
dengan komposisi menu seimbang/cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, air dan mineral
2.
Pola Eliminasi
Apakah BAB teratur dan BAK lancar tiap
harinya
3.
Pola Aktivitas sehari-hari
Berapa jam sehari tidur malam dan
tidur siang, apakah ibu melakukan hubungan seksual selama hamil. Apakah ibu
dapat melakukan pekerjaan/aktivitas selama hamil
4.
Personal hygiene
Berapa kali ibu mandi, gosok gigi,
ganti celana dalam sehari-hari, dan berapa kali mencuci rambut.
h. Latar
Belakang Budaya
Ibu menganut ada apa, apakah ada
pentangan makanan
i.
Dukungan Keluarga
Apakah keluarga mendukung kehamilan
ini.
2.3.1.2 Data Obyektif
Adalah
data yang didapat dari hasil pemeriksaan klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostic yang lain. Data ini untuk mendukung Assesment, antara lain :
1.
Pemeriksaan Umum
- Kesadaran: Composmentis/Apatis/Pelirium/Samolle
sopar/koma
- KU:
ibu baik/lemah
- TB/BB:
> /45 cm dan seimbang dengan BB kenaikan sekitar 0,4 kg-0,5 kg/minggu
-
Tekanan darah: (N) 110/70, 120/80 mmhg
-
Denyut nadi : (N) 84 - 88 x/mnt
-
Suhu :
(N) 36,5 – 37,5 oc
-
RR :
(N) 12 – 20 x/mnt
2. Pemeriksaan obstetric
Ukuran panggul luar
-
Distanesia spinarum : 23 – 26 cm
-
Distanesia cristarum : 26 – 29 cm
-
Bodeloque : 18 – 20 cm
-
Lingkar panggul : 80 – 90 cm
3. Pemeriksaan fisik
1.
Inspeksi
ü
Rambut : hitam, lebat, tidak bau, tidak berketombe.
ü
Muka : Chloasma gravida : ada/tidak
Conjungtiva
: Anemi/tidak
Sklera : icterus/tidak
ü
Leher :
- Pembesaran
kelenjar getah bening ada/tidak
- Struma/kelenjar gondok : ada/tidak
- Pembesaran vena jogularis : ada/tidak
ü
Perut :
* Striae :
lividae (pada primigravida = hitam)
*
Albican (pada multigravida = putih)
*
Linea : nigra
*
Pembesaran : perut ibu membesar sesuai dengan umur kehamilan
ü
Vulva :
- warna :
apakah merah kebiruan
- Luka
parut : tidak terdapat luka parut
ü
Keluaran : apakah keluaran flour albus/tidak
ü
Varices : apakah ada/tidak
ü
Odema : apakah ada/tidak
ü
Anus : ada hemorhoid/tidak
ü
Ektremitas : atas/bawah
-
Varices : ada/tidak
- Odema : ada/tidak
ü
Palpasi
TFU : menentukan tinggi fundus uteri
Leopord I :
menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus dan konsistensi fundus
Leopord II :
- Menentukan
batas samping rahim kanan-kiri
- Menentukan letak punggung janin
- Pada
letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopord III :
- Menentukan
bagian terbawah janin
- Apakah
bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang.
Leopord IV :
- Menentukan
bagian terbawah janin dan berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul
ü
Auskultasi
Dilakukan
dengan Stetoskop monoaural dan Doptone dengan Stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi
yang berasal dari anak :
-
Djj
-
Bising tali pusat
-
Gerakan anak
Dari Ibu :
-
Bising rahim
-
Bunyi aorta
-
Bising usus
4.
Perkusi
Reflek patella kanan/kiri =
4) Pemeriksaan Penunjang
Darah
: Hb
11 gr % : tidak anemia
9 – 10 gr % : Anemia ringan
7 – 8 gr % : Anemia sedang
< 7 gr % : Anemia berat
Albumin : (-)
Reduksi : (-)
2.3.2 Identifikasi Data
Hari
/ Tgl
|
Data
Dasar
|
Diagnosa/Masalah
|
2.3.3Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita
mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa
atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
2.3.4 Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
2.3.5 Intervensi
2.3.5.1.1Memberikan hasil pemeriksaan
kehamilan
2.3.5.1.2Memberikan HE : Mengajari ibu
tentang ketidaknyamanan yang dialami ibu dan beri penjelasan perubahan-perubahan
yang terjadi pada trimester III.
Konseling tentang gizi,
kebersihan diri, istirahat, aktivitas sehari-hari, perawatan payudara.
Memberi penjelasan kepada ibu
mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan.
2.3.5.1.3Memberikan tablet tambah
darah, multivitamin.
2.3.5.1.4Anjurkan untuk control ulang
sesuai jadwal.
2.3.6 Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana tindakan.
2.3.7 Evaluasi
Dilakukan setelah implementasi selesai
perlu dilakukan apakah rencana perlu dilanjutkan/tidak
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1
Data Subyektif
Anamnese
tanggal : 05-03-2007 Jam : 11.30 Oleh : Ari Setiyarini
3.1.1.1
Identitas
Nama
klien : Ny “I”
Umur : 23
Tahun
Bangsa/suku :
Indonesia/Jawa
Agama :
Islam
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
IRT
Penghasilan : -
Alamat : Rungkut kidul Gg. IV No. 24
|
Nama
Suami : Tn “C”
Umur : 30
tahun
Bangsa/Suku :
Indonesia/Jawa
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMA
Pkerjaan :
Wiraswasta
Penghasilan : Rp.
1.100.000
Alamat : Rungkut kidul Gg.
IV No. 24
|
3.1.1.2
Alasan kunjungan saat ini/keluhan
Ibu
mengatakan ingin memeriksakan kandungannya dengan keluhan terjadi odeme pada
ekstrimitas bawah/kaki
3.1.1.3
Riwayat kebidanan
Riwayat
Menstruasi
-
Siklus menstruasi : 30 hari
-
Menarche :
13 Tahun
-
Lama :
6 hari
-
HPHT : 20-08-2006
-
TP :
27-05-2007
-
Warna :
Merah
-
Bau :
Amis
Riwayat
Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
No
|
Suami
Ke
|
UK
|
Jenis
Persalinan
|
Penolong
|
Penyulit
|
BB/PB
|
Jenis
Kelamin
|
Hidup/
Mati
|
Meneteki
|
KB
|
3.1.1.4
Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu memeriksakan kehamilannya 6x, TT
2x, gerak anak pertama kali pada usia kehamilan 3 bln
3.1.1.5
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat
penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu
mengatakan bahwa ia tidak mempunyai penyakit berat seperti asma, jantung, DM,
Typus, Hipertensi, TBC.
2. Riwayat
penyakit keluarga/keturunan
Ibu juga mengatakan bahwa ia tidak mempunyai
penyakit keturunan seperti : DM, Typus, Hipertensi, TBC, DM dan ibu juga tidak
mempunyai keturunan Gemili.
3. Prilaku
Kesehatan
Ibu
tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak minum alkohol, tidak merokok, tidak minum
obat-obatan, tidak mempunyai hewan piaraan dan jika ibu/keluarga sakit berobat
ke PKM, BPS, RS
3.1.1.6 Keadaan Psikologi
Ibu
mengatakan suami dan keluarga sangat menginginkan kehamilan ini karena
merupakan kehamilan yang pertama
3.1.1.7 Pola Kehidupan Sehari-hari
1. Pola
Nutrisi
Ibu
mengatakan nafsu makan ibu baik dan biasanya makan 3x sehari dengan porsi nasi,
sayur, lauk pauk, buah, susu dan minum air putih ±
8 – 9 gelas/hari.
2. Pola
Eliminasi
Ibu
mengatakan BAB 4 kali seminggu, tekstur lembek, warna kuning kecoklatan, bau
kas dan tidak ada darah dan lendir. BAK 4-5 kali sehari, warna jernih, tidak
nyeri.
3. Pola
Aktivitas sehari-hari
1. Istirahat
dan tidur
Ibu mengatakan kurang nyenyak tidur
karena kakinya odema. Tidur siang ±1
jam (13.00-14.00) dan tidur malam ± 7
jam ( 21.30 – 03.30)
2. Seksualitas
Ibu mengatakan jarang melakukan
hubungan seksual karena tuanya usia kehamilan dan hanya 1x dalam seminggu.
3. Pekerjaan/Aktivitas
Ibu mengatakan sebagai IRT biasa
melakukan pekerjaan ringan seperti : menyapu, mengepel, mencuci piring.
4. Personal
Hygiene
Ibu mengatakan biasa mandi 3x sehari,
gosok gigi 2x sehari pagi dan malam hari, ganti celana dalam 2-3 kali sehari
dan mencuci rambut 3x seminggu.
3.1.1.8 Latar Belakang Budaya
Ibu
mengatakan menganut adat jawa dan tidak ada pantangan makanan.
3.1.1.9
Dukungan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga sangat mendukung
kehamilan ini dan keluarga sangat memperhatikan dan mempersiapkan persalinan.
3.1.2
Data Obyektif
3.1.2.1
Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Composmetis
KU :
ibu baik
TB :
150 cm
BB :
55 Kg
TD :
120/80 mmhg
Lila :
23 cm
Suhu :
37 oC
Nadi :
76 x/mnt
RR :
18 x/mnt
3.1.2.2
Pemeriksaan Obsterik
Ukuran
panggul luar
1.
Distantia spinarum : 24 cm
2.
Distantia cristarum : 26 cm
3.
Bodeluque : 19 cm
4.
Lingkar panggul : 83 cm
3.1.2.3
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Rambut : bersih, tidak berketombe, kulit kepala tidak
luka
Muka : Chloasma gravidarum : tidak ada
Mata : Conjungtiva :
tidak anemis
Sklera : tidak icterus
Telinga : tidak
ada serumen
Hidung : Polip : tidak ada
Sekret :
tidak ada
Mulut : Pembesaran tonsil : tidak ada
Karies gigi : tidak ada
Leher:
-
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
-
Struma :
tidak ada
-
Pembesaran vena jugularis :
tidak ada
Dada: Simetris
Payudara: -
Kebersihan : bersih
- Bentuk
: bulat tegang
- Areola : hiperpigmentasi
- Putting susu : menonjol
-
Keluaran : colostrum
belum keluar
Perut:
-
Strie
: lividae
-
Linea
: nigra
-
Bekas luka operasi : tidak ada
-
Pembesaran
: sesuai usia kehamilan
Vulva :
-
Warna :
merah kebiruan
-
Luka parut :
tidak ada
-
Keluaran :
tidak ada keluaran cairan
-
Varises :
tidak ada
-
Odem :
tidak ada
-
Kebersihan :
bersih
Anus : Bersih dan tidak hemorroid
Ekstremitas atas/bawah :
-
Varises :
-/-
-
Oedem :
-/+
2. Palpasi
Leopord
I: TFU 3 jari diatas pusat (27 cm) , dan pada bagian fundus uteri teraba bagian
lunak, tidak bulat dan tidak melenting
Leopord
II: Teraba bagian keras, memanjang seperti papan disebelah kiri perut ibu dan
disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecil dari janin.
Leopord
III: Teraba bagian keras, bulat, melenting pada bagian bawah perut ibu dan
tidak dapat digoyangkan
Leopord
IV: Kedua tangan pemeriksa divergen
3. Auskultasi: DJJ (+) 136 x/mnt
4. Perkusi:
reflek patella knan dan kiri positif
3.1.2.4
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : - Hb: 12,4 gr%
2. Urine : - Albumin: negatif
- Reduksi: negatif
3.2
Identifikasi Data
Data Dasar
|
Diagnosa/Masalah
|
S : - Ibu
mengatakan hamil ini yang pertama
- Ibu
mengatakan HPHT tanggal 20-8-2006
- Ibu
merasakan gerakan janin pertama kali 4 bulan yang lalu
O : Keadaan umum baik
HPHT : 20-08-2006
TP : 27-05-2007
T : 120/80 mmhg
N : 76x / mnt
RR : 18 x/mnt
S : 37 oC
BB : 55 kg
TB : 150 cm
Palpasi
perut
Leopord I
: 2 jari diatas pusat, dan pada bagian fundus uteri teraba bagian lunak,
tidak bulat dan tidak melenting
Leopord
II : Teraba bagian keras, memanjang seperti papan disebelah kiri perut ibu
dan disebelah kanan perut ibu teraba bagian kecil dari janin.
Leopord
III : Teraba bagian keras, bulat,
melenting pada bagian bawah perut ibu dan tidak dapat digoyangkan
Leopord
IV : tangan
pemeriksa divergen
Inspeksi
: cloasma gravidarum tidak ada, conjungtiva : tidak anemis, sclera :
tidak icterus
Auskultasi : DJJ (+) 136 x/menit
Perkusi :
reflek patela kanan kiri positif
|
G1 P00000,
uk 29 mgg, tunggal, hidup, let kep V, Puki, kesan jalan lahir normal, ku ibu
dan janin baik
|
S: Ibu
mengatakan bagian ekstrimitas bawah/kaki bengkak/odeme
O:
Aktivitas ibu sehari-hari agak terganggu karena terjadi pembengkakan pada
kaki
|
Odeme
pada ekstrimitas bawah/kaki
|
3.3
Diagnosa
Potensial
Tidak
ada
3.4
Tindakan
Segera
Tidak
ada
3.5
Intervensi
Diagnosa/ Masalah
|
Intervensi
|
Rasional
|
G1P00000,
uk 29 mgg, tunggal, hidup, let kep V, Puki, kesan jalan lahir normal, ku ibu
dan janin baik
|
Tujuan:
setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama ±20 menit diharapkan dapat
diketahui secara dini kemungkinan adanya kelainan pada ibu dan agar
kehamilan, persalinan dan nifas berlangsung normal, ibu dan bayi sehat.
Kriteria:
Tidak
timbul komplikasi dan penyulit dalam kehamilan yang ditandai :
-
TTV dalam batas normal
T:
110/70-130/90 mmHg
N: 69-100
x/menit
RR: 16-18
x/menit
S:
36-37ºC
-
TFU sesuai umur kehamilan
-
DJJ dalam batas normal 120-160 x/menit
|
|
Intervensi:
1.
Lakukan pendekatan terapeutik dengan klien
5.
|
1)
Dengan pendekatan terapeutik pada klien diharapkan
terjalin komunikasi yang baik dengan klien dan adanya kerja sama yang terbuka
|
|
2.
Lakukan pemeriksaan 7 T
|
2)
Mengetahui apakah ibu dalam keadaan fisiologis atau
patologis
|
|
3.
Jelaskan hasil pemeriksaan
|
3)
Ibu mengetahui perkembangan dan pertumbuhan janinnya
serta ibu mengetahui kesehatannya
|
|
4.
Berikan Health Education
-
Nutrisi
|
4)
-
Ibu hamil banyak membutuhkan nutrisi dalam jumlah yang banyak dan kualitas yang baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta untuk menjaga kesehatan selama
hamil
|
|
-
Personal Hygiene
|
-
Dengan adanya peningkatan hormon selama masa
kehamilan mengakibatkan sekresi lendir vagina berlebihan sehingga di daerah
vagina terasa lembab dan kadang-kadang gatal
|
|
-
Tanda-tanda bahaya kehamilan
|
-
Mengetahui deteksi dini komplikasi pada ibu hamil
|
|
-
Beri multivitamin tambahan
|
-
Dengan memberikan multivitamin ibu akan mendapatkan
suplemen tambahan yang dibutuhkan ibu selama hamil
|
|
-
Motivasi ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2
minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
|
-
Deteksi dini adanya komplikasi
|
|
Odeme
pada ekstrimitas bawah/kaki
|
1. Beri
penjelasan tentang penyebab odeme dan informasi pada ibu bahwa kehamilannya
normal
|
1)
Beri penjelasan tentang penyebab odeme pada
ekstrimitas bawah pada triwulan III karena adanya tekanan dari rahim yang
semakin membesar sehingga kandung kemih tertekan dan sirkulasi darah bagian
bawah tidak lancar
|
2.
Anjurkan pada ibu supaya mengurangi aktivitas seperti : berjalan, naik turun
tangga serta menganjurkan agar posisi kaki lebih tinggi dari badan atau bisa
juga kaki di sangga memakai bantal
|
2)
Aktivitas yang terlalu banyak akan menyebabkan
sirkulasi darah pada ekstrimitas bawah tidak bisa kembali keatas dan akan
menimbulkan odeme yang semakin membengkak
|
|
3. Kaki
diletakan di tempat yang lebih tinggi dari badan
|
3)
Ibu dapat mengurangi bengkak pada kakinya
|
3.6 Implementasi
Diagnosa/ Masalah
|
Implementasi
|
G1P00000,
uk 29 mgg, tunggal, hidup, let kep V, Puki, kesan jalan lahir normal, ku ibu
dan janin baik
|
1.
Melakukan pendekatan terapeutik kepada klien dengan cara:
-
Menyapa dan memberi salam
-
Mendengarkan keluhan
2.
Melakukan pemeriksaan 7 T
-
Timbang
-
Tensi
-
TFU
-
TT (2 x 1)
-
Tablet besi
-
Tes penyakit menular
-
Temu Wicara
|
3.
Menjelaskan hasil pemeriksaan kehamilan pada ibu
|
|
4.
Memberikan Health Education tentang :
-
Nutrisi
-
Personal Hygiene
-
Tanda-tanda bahaya kehamilan
a. Perdarahan pervagina
b.
Sakit kepala yang hebat
c.
Pengelihatan kabur
d.
Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan
e.
Ketuban pecah dini
f.
Gerakan janin tidak teraba
|
|
-
Memberikan tablet multivitamin:
§
Fe 1x1
§
Kalk 1x1
§
BC 3x1
|
|
-
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2
minggu lagi atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
|
|
Odeme
pada ekstrimitas bawah/kaki
|
1.
Memberikan penyuluhan tentang penyebab odeme yang
terjadi karena adanya penekanan dari rahim yang semakin membesar sehingga
kandung kemih ikut tertekan dan sirkulasi darah bagian bawah tidak lancar.
|
2.
Menganjurkan agar ibu mengurangi aktivitas seperti :
berjalan, naik turun tangga serta menganjurkan agar posisi kaki lebih tinggi
dari badan atau bisa juga kaki disangga dengan bantal
|
|
3.
Meletakkan kaki di tempat yang lebih tinggi dari
badan
|
3.7 Evaluasi
Hari/tanggal
: Senin, 5 maret 2007 Jam : 11.50
Diagnosa
:
S
: Ibu mengatakan mengerti dan memahami
penjelasan yang telah disampaikan oleh petugas
O
: Ibu mengerti dan paham. Hal ini
ditunjukan dengan mengangguk-anggukan kepala, ibu bisa mengulangi kata-kata
yang disampaikan.
Keadaan
umum baik
T : 120/80 mmhg
N : 76x / mnt
RR : 18 x/mnt
S : 37 oC
A : G1P00000, UK 29 mgg,
tunggal, hidup, let kep V, Puki, kesan jalan lahir normal, ku ibu dan janin
baik
P : Rencana
dilanjutkan
Evaluasi pada saat kunjungan berikutnya
-
Memeriksa 7T
-
Menjelaskan tanda-tanda persalinan
-
Memotivasi ibu untuk kunjungan ulang berikutnya
Odeme
pada ekstrimitas bawah :
S : Ibu
mengatakan mengerti dengan semua hasil diskusi
O : Ibu
mengangguk dan duduk dengan tenang
Keadaan
umum baik
T : 120/80 mmhg
N : 76x / mnt
RR : 18 x/mnt
S : 37 oC
A : Masalah
sudah teratasi sebagian
P : Lanjutkan
rencana
Klien agar tidak terlalu banyak
beraktivitas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah
dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny “I” G1P00000 UK 29
minggu di Puskesmas Medokan Ayu, dapat disimpulkan :
-
Tahap pengkajian pada ibu hamil primigravida
perlu dilakukan dengan teliti dan selengkap mungkin, karena data yang diperoleh
akan diperlukan dalam kelengkapan selanjutnya.
-
Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa
kebidanan pada dasarnya mengacu pada tinjauan pustaka, adanya perubahan dan
kesenjangan dengan tinjauan pustaka tergantung pada kondisi ibu hamil.
-
Interpretasi Data Dasar adalah mengidentifikasi
terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan.
-
Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan
bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
-
Intervensi/perencanaan untuk mengatasi masalah
klien sebaiknya didiskusikan dengan klien agar benar-benar mempu dilaksanakan.
-
Pelaksanaan merupakan wujud dari perencanaan
akan tetapi tidak semua rencana dapat dilaksanakan.
-
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
Asuhan Kebidanan dan merupakan penilaian berhasil tidaknya asuhan yang kita
laksanakan.
4.2 Saran
4.2.1
Bagi Petugas
Meningkatkan peranan sebagai bidan
dan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan dan lebih meningkatkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki agar dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
4.2.2
Bagi Klien
Untuk keberhasilan dalam Asuhan
Kebidanan diperlukan kerjasama yang baik dengan klien dalam usaha memecahkan
masalah
4.2.3
Bagi Pendidikan
Hendaknya
lebih banyak dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa untuk keberhasilan
dari mahasiswa
4.2.4
Bagi Mahasiswa
Hendaknya
mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin dan harus menguasai materi yang telah
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dep.Kes.RI,
2002, Pedoman bagi petugas kesehatan
Sastra
Winata, Sulaiman, 1983. Obstetri Fisiologi, FK UNPAD, Bandung
Mochtar,
Rustam, 1998, Sinopsis Obsterti Fisiologi.
Obsterti
Patologi, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Prawirohardjo,
Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
ADAPTASI PATERNAL
ordan (1990) mendeskripsikan 3 proses perkembangan yang dialami oleh calon ayah, yaitu mengaitkan dengan realitas akan kehamilan dan anak, mengenal peran orang tua dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta berusaha melihat relevansi akan childbearing.
Pria akan menunjukkan reaksi bangga dan gembira ketika diberitahu tentang berita kehamilan istrinya, walaupun akan menunjukkan gejala ambivalen seperti istrinya, terutama dalam hal komitmen dan penambahan tanggung jawab. Kehadiran janin akan menjadi nyata bagi calon ayah saat mendengarkan denyut jantung janin, merasakan pergerakan janin, serta melihat janin melalui sonogram.
Mengenal peran orangtua
Selama masa kehamilan dan melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu memberikan dukungan
penuh kepada istrinya. Mereka terkadang kecewa karena hanya dianggap
sebagai pendukung dan penolong, bukan sebagai bagian dari calon orang tua. Maka dari itu, diadakan grup pendukung atau kelas bagi calon ayah mengenal perannya lebih jauh. Di forum ini pria lain yang sudah berpengalaman berbagi pengalamannya dalam menghadapi kehamilan, melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.
Peran dari keterlibatan ayah
Calon ayah terkadang mengobservasi pria lain yang sudah menjadi ayah dan mencoba bersikap seperti seorang ayah untuk menentukan kenyamanan dan kesesuaian dengan konsepnya akan peran seorang ayah. Calon ayah mencari informasi tentang perawatan dan tumbuh-kembang bayi, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk tanggung jawab yang baru.
Meskipun mendapatkan pengetahuan yang banyak akan persiapan menjadi ayah, akan tetapi tetap saja belum siap untuk mempelajarinya saat ini, sehingga mungkin masih abstrak akan pengetahuan dan pelatihan tentang perawatan bayi. Maka dari itu, perawat harus mengulang kembali informasi-informasi tersebut setelah bayi lahir, sehingga pengetahuannya menjadi relevan dengan praktiknya.
Referensi
bidandesa.com/psikologi-pada-ibu-hamil.html diunduh 25 april 2011 10:19 PM
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya
ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-midwife-practices-d3/asuhan/perubahan-dan-adaptasi-psikologis-dalam-kehamilan diunduh 25 april 2011 10:16 PM
patriani-gift.blogspot.com/2009/03/perubahan-psikologi-pada-ibu-hamil.html diunduh 25 april 2011 11:02 PM
Pusdiknakes. 2001. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Buku 2 Asuhan Antenatal.
Widyastuti, S. Adaptasi Psikososial Pada Masa Kehamilan. scribd.com/doc/37479306/Adaptasi-Psikososial-Pada-Masa-Kehamilan
Kata Kunci
adaptasi psikososial pada ibu hamil, foto cara memakai kondom, gambar perkembangan janin, adaptasi kehamilan, adaptasi fisik dan psikososial pada ibu post partum, silabus askeb I, makalah askeb II PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER, makalah adaptasi psikologi pada ibu hamil, materi asuhan kebidanan pada ibu hamil, respon ayah, pergeseran paradigma dalam asuhan kehamilan doc, mengenal psikososial, materi askeb 1, manajemen kebidanan pusdiknakes 2001, makalah tentang respon dan adaptasi lingkungan, makalah perubahan fisiologi ibu bersalin kala I perubahan kardiovaskuler, makalah persiapan persalinan bagi ibu dan bidan, who psikososial pada ibu hamil, perkembangan, pertanyaan adaptasi dari model kebidanan, sumarah 2010 perawatan ibu bersalin ( asuhan kebidanan pada ibu bersalin) yogyakarta:fitramaya, silabus tentang ibu hamil untuk d3 kebidanan, silabus askeb kehamilan DIII kebidanan, silabus askeb 1 doc, senam nifas menurut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar