Rabu, 30 November 2011

Perkembangan Bayi dan Balita secara Psikis


Siapakah Balita?
Mendengar kata Balita maka yang ada dalam benak kita adalah singkatan bawah lima tahun. Di sini akan saya batasi pengertian tersebut sebagai bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah. Selanjutnya kita sebut masa bayi dan awal masa kanak-kanak, karena masing-masing memiliki ciri ciri khas yang berlainan. Di sini akan lebih banyak membaha konsep perkembangan daripada konsep pertumbuhan. Dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman.Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses yang kompleks dan terintegrasi.

Masa Bayi
Masa bayi berlangsung selama dua tahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru lahir selama dua minggu. Masa bayi sering dianggap sebagai keadaan tidak berdaya dimana bayi setiap hari belajar untuk semakin mandiri, sehingga diakhir masa bayi dikenal sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil biasa diasosiasikan dengan keadaan anak yang sudah dapat berjalan dan menguasai beberapa ketrampilan mandiri. Masa bayi adalah masa dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar. Banyak ahli berkeyakinan demikian, seperti Freud yang percaya bahwa penyesuaian diri yang kurang baik pada masa dewasa bermula dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang kurang baik (Freud, 1962). Kemudian Erikson (1964) juga percaya bahwa cara bayi diperlakukan akan menentukan apakah ia akan mengembangkan ‘dasar percaya’ atau ‘dasar tidak percaya’, memandang dunia sebagai suatu yang aman dan dapat dipercaya, atau sebaliknya sebagai ancaman.

Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak yang
dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan Havighurst(1972):
1. Belajar makan makanan padat
2. Belajar berjalan
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
5. Mempelajari perbedaan peran seks
6. Mempersiapkan diri untuk membaca
7. Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati nurani.

Ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan dalam membantu bayi dan anak-anak mencapai beberapa ketrampilan, misalnya kita sebagai orangtua cukup dalam memberi bimbingan, motivasi, dan memberi kesempatan sepenuhnya agar anak mampu melakukan tugas perkembangannya. Hal lain yang diperlukan agar anak mampu mencapai tugas perkembangannya adalah kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh, tingkat kecerdasan dan kreativitas. Sebagai catatan, seandainya anak memiliki kesehatan yang kurang baik, atau bahkan memiliki cacat tubuh, atau tingkat kecerdasan dibawah rata-rata maka sebaiknya orangtua tidak menuntut anak untuk menjadi sama seperti anak-anak seusianya melainkan membantu anak secara konstruktif agak anak dapat berkembang seoptimal mungkin. Ada salah persepsi tentang belajar membaca pada sebagian besar orangtua, atau bahkan para pendidiknya juga, bahwa anak-anak seharusnya dipersiapkan untuk membaca pada masa sekolah (masa Sekolah Dasar/Elementary School/Grund Schule). Di beberapa negara di Eropa, di Jerman khususnya, orangtua justru mendapat teguran dari pihak Kindergarten (Taman Kanak-kanak) jika anaknya sudah dapat membaca. Hal ini tentu bukanlah tanpa alasan, karena pihak pendidik sudah menyadari arti penting bermain pada masa ini, dan dalam bermain banyak hal yang akan tercapai, termasuk
Di dalamnya persiapan membaca ini.

Perkembangan Bicara
Bicara merupakan sarana berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, minimal ada dua ketrampilan yang perlu dikuasai; kemampuan menangkap ‘pesan’ dari orang lain dan kemampuan menyampaikan ‘pesan’ kepada orang lain. Komunikasi ini diungkapkan dalam berbagai macam bahasa: lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan, mimik, dsb. Tugas pertama dalam berkomunikasi adalah memahami maksud orang lain dan menyampaikan maksud mereka dalam bentuk kata-kata sesuai dengan tahap perkembangannya. Sampai dengan usia 18 bulan bayi masih membutuhkan penguatan bahasa isyarat baik dengan tangan, mimik muka, serta gerak tubuh untuk memahami komunikasi.
Tugas kedua dalam berkomunikasi adalah belajar berbicara. Karena belum mampu berbicara, bayi mengembangkan pola komunikasi dengan cara mereka sendiri yang disebut bentuk-bentuk prabicara (menangis, mengoceh, isyarat dan pengungkapan emosi). Jika bentuk komunikasi prabicara ternyata menjadi pengganti bicara dan ternyata memuaskan, maka motivasi bayi/anak kecil untuk belajar bicara menjadi menurun.
Setidaknya ada tiga tugas yang cukup sulit dalam belajar berbicara pada bayi. Bayi belajar mengucapkan kata-kata, menggunakan kosa kata dan menghubungkan artinya agar dapat menyampaikan maksudnya kepada orang lain, kemudian menggabungkan kata-kata menjadi kalimat yang dimengerti orang lain.

Ada beberapa tugas yang terlibat dalam belajar bicara
¨ Pengucapan
Bayi belajar mengucapkan kata-kata dengan coba-coba dengan meniru orang dewasa. Banyak kata yang kurang berarti sampai dengan usia 18 bulan, tapi setelah itu akan terlihat perkembangan yang mencolok.
¨ Kosa kata
Kosa kata ini meningkat dengan bertamabahnya usia. Pertama diawali dengan nama orang dan benda, kemudian kata kerja.
¨ Kalimat
Kalimat bayi yang pertama muncul biasa terjadi diantara usia 12 dan 18 bulan, yang terdiri satu kata dan disertai isyarat.

Pola Emosi Pada Bayi
Pola emosi pada bayi didominasi dengan emosi menyenangkan dan emosi yang tidak menyenangkan. Bayi yang mendapat perawatan fisik yang memadai, mendapatkan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya akan menunjukkan emosi senang. Sedangkan kondisi sebaliknya membuat bayi menunjukkan emosi tidak senang, sering menangis karena marah atau takut, dalam kondisi tertentu menjadikan bayi tidak bahagia atau bahkan sakit-sakitan. Kondisi yang demikian juga mempengaruhi kebahagiaan orangtua atau orang-orang di sekitarnya. Dalam kondisi tertentu, orangtua menjadi tidak sabar, merasa proses merawat bayi menjadi beban bagi mereka, reaksi emosi tidak senang atau tidak sabar dari orangtua ini selanjutnya juga berpengaruh terhadap emosi bayi.

Perkembangan Sosialisasi
Pengalaman sosial pada masa ini banyak mempengaruhi pola hubungan sosial dan pola perilaku di masa depan. Hanya ada sedikit bukti bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan sikap bawaan. Bahkan seseorang menjadi introvert atau ekstrovert lebih banyak dipengaruhi pengalaman-pengalamam sosial awal, dimana ha lini banyak terjadi dalam rumah. Alasan lain mengapa dasar-dasar sosial pada masa ini penting adalah sekali terbentuk cenderung akan menetap pada masa-masa berikutnya. Bayi yang banyak menangis cenderung menjadi anak yang agresif atau mencari perhatian. Sebaliknya bayi yang ramah dan bahagia biasanya memiliki penyesuaian sosial yang lebih baik pada masa besarnya nanti. Perlu dicatat bahwa mungkin saja dilakukan perubahan, tetapi tidaklah mudah mengadakan perubahan pada pola perilaku yang sudah menetap.

Reaksi sosial kepada orang dewasa (Hurlock, 1980)
2-3 bulan: mampu membedakan manusia dan benda mati, tahu bahwa manusialah yang memenuhi segala kebutuhannya, tidak suka ditinggal sendiri, tidak menunjukkan rasa suka terhadap satu orang tertentu.
4-5 bulan: bayi suka digendong oleh siapa saja, memberi reaksi yang berbeda terhadap wajah yang tersenyum, suara yang ramah, atau suara yang menunjukkan kemarahan.
6-7 bulan: mampu membedakan “teman” dan “orang asing” sehingga menunjukkan reaksi tersenyum kepada teman, dan menunjukkan rasa takut kepada orang asing.
Sudah ada keterikatan yang kuat terhadap ibu atau pengganti ibu.
8-9 bulan: mencoba meniru kata-kata, isyarat atau gerakan sederhana dari orang lain.
12 bulan: bayi bereaksi terhadap larangan.
16-18 bulan: muncul negativisme dalam bentuk keras kepala dan tidak mau mengikuti permintaan atau perintah orang dewasa, bisa berupa perilaku menarik diri atau ledakan amarah.
22-24 bulan: mulai bekerjasama dalam kegiatan rutin seperti makan, berpakaian dan mandi.

Reaksi sosial terhadap bayi lain
4-5 bulan: menarik perhatian bayi lain dengan menggerakkan badan, bermain ludah, menendang atau tertawa.
6-7 bulan: tersenyum pada bayi lain dan menunjukkan minat pada tangisan bayi lain.
9-13 bulan: mencoba memegang pakaian dan rambut bayi lain, mencoba bekerjasama dalam bermain, tetapi bingung jika mainannya diambil bayi lain.
18-24 bulan: berminat bermain dengan bayi lain, menggunakan mainan untuk membentuk hubungan sosial.

Perkembangan Bermain
Ada beberapa pola bermain yang umum dari masa bayi:
o Sensomotorik, merupakan bentuk permainan yang paling awal yaitu dengan gerakan mengangkat tubuh, menendang, bergoyang-goyang, menggerakkan jari jemari, berceloteh dan berguling.
o Menjelajah, baik dengan menjelajahi bagian-bagian tubuhnya maupun benda-benda yang ada di sekitarnya.
O Meniru, menginjak tahun kedua bayi mulai meniru gerakan-gerakan orang di sekitarnya seperti membaca, menyapu, dll.
o Berpura-pura, pada tahun kedua bayi memberikan sifat hidup pada bendakesayangan dan mainannya.
o Permainan, sebelum berusia satu tahun bayi sudah menyukai permainan sembunyisembunyian, ciluk-ba, dsb., yang dilakukan dengan orang dewasa atau kakakkakaknya.
o Hiburan, bayi senang diceritai, dinyanyikan dan dibacakan dongeng.

Peranan Disiplin dalam Masa Bayi
Disiplin ditegakkan dengan tujuan mengajarkan pada anak apa yang dianggap oleh kelompok sosialnya benar atau salah, agar anak berperilaku sesuai pengetahuan anak tentang benar dan salah. Mula-mula pengendalian dari luar, dan selanjutnya diharapkan pengendalian dari dalam diri ketika ia sudah mempertanggungjawabkan perbuatannya kelak. Selama masa ini, bayi harus belajar melakukan reaksi yang benar terhadap berbagai
situasi. Tindakan yang salah selamanya harus dianggap salah tidak peduli siapa pengasuhnya. Harus ada konsistensi mengenai hal ini, karena kalau tidak, bayi akan bingung tentang apa yang diharapkan darinya. Pertama bayi harus tahu mana tindakan yang benar dan mana yang salah. Meskipun bayi belum mengerti sepenuhnya pembicaraan, namun mereka menangkap maksud orangtua atau orang di sekelilingnya melalui mimik muka, gerakan tangan, tubuh atau suara-suara. Harus diingat bahwa dalam aspek pendidikan disiplin, dalam hal ini mengajar bayi menguasai benar dan salah, diikuti dengan memberi hadiah berupa pujian dan perhatian terhadap perilaku yang tepat daripada memberi hukuman jika bayi berbuat salah. Dengan pemberlakuan disiplin yang ketat, bayi yang muda belia ini dapat dilatih melakukan suatu pola yang tidak menyulitkan orangtua, terutama dalam menghadapi masa sulit tahun kedua dimana dia membantah permintaan dan perintah orang-orang disekitarnya.

Kebahagiaan dalam Masa Bayi
Tahun pertama kehidupan dipandang sebagai masa yang paling bahagia sepanjang rentang kehidupan. Hal ini disebabkan ketergantungan bayi menarik perhatian anak yang lebih besar, ibu atau orang dewasa tertarik menggendong atau memenuhi segala kebutuhannya, bahkan membiarkannya menangis atau beberapa perilaku mengganggu lainnya. Ada beberapa sebab-sebab ketidakbahagiaan selama masa bayi, misalnya kesehatan yang buruk (membuat bayi rewel dan mudah marah), tumbuhnya gigi (rasa tidak enak atau kadang-kadang rasa sakit menyebabkan anak rewel dan mudah marah), keinginan mandiri (dengan menolak bantuan orang lain atau bahkan mogok), kecewa akan peran orangtua, permulaan disiplin, penganiayaan anak, dan meningkatnya kebencian antarsaudara (sibling rivalry).

Awal Masa Kanak-kanak
Sebagian besar orangtua memandang masa ini sebagai usia yang mengandung masalah atau usia sulit, seringkali dengan munculnya masalah perilaku daripada masalah perawatan fisik yang ada pada masa bayi. Sedangkan para pendidik menyebut masa ini dengan usia prasekolah untuk membedakannya dari anak yang sudah cukup matang untuk pergi ke sekolah. Anakanak yang mengikuti taman indria atau taman kanak-kanak disebut anak-anak
prasekolah, bukan anak-anak sekolah. Awal masa kanak-kanak, baik di rumah maupun di lingkungan prasekolah, merupakan masa persiapan. Para ahli psikologi menyebut usia ini dengan usia kelompok, masa dimana anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial untuk persiapan penyesuaian diri pada saat masuk sekolah. Masa ini disebut juga sebagai usia menjelajah, dimana anak belajar menguasai dan mengendalikan lingkungan, termasuk manusia dan benda mati yang ada disekitarnya. Termasuk didalamnya bagaimana perasaannya dan mekanismenya. Salah satu cara untuk menjelajah lingkungan adalah dengan bertanya, sehingga masa ini disebut juga usia bertanya. Tindakan yang menonjol pada anak-anak usia ini adalah meniru tindakan dan pembicaraan orang lain sehingga disebut usia meniru. Meskipun kecenderungan meniru ini cukup kuat tetapi disisi lain anak menunjukkan kreativitas dalam bermain sehingga adisebut juga sebagai usia kreatif.

Tugas Perkembangan Awal Masa Kanak-kanak
Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dicapai oleh anak, antara lain perkembangan fisik, kebiasaan fisiologis dan ketrampilan-ketrampilan khusus awal masa kanak-kanak. Dalam seminar kali ini saya tidak membicarakan perkembangan fisik karena sudah ada ahli yang membahasnya. Kebiasaan fisiologis sedikit saja saya singgung misalnya kebiasaan tidur dimana anak usia 3 tahun biasanya tidur sepuluh jam sehari, dan untuk tahun-tahun berikutnya berkurang rata-rata setengah jam setiap tahun usia. Hal ini berkaitan dengan banyaknya latihan dan kegiatan yang dilakukan pada siang hari. Kemudian kebiasaan makan termasuk didalamnya anak sudah mengembangkan jenis makanan yang disukai atau tidak disukai, Kebiasaan lain yang harus dikuasai anak adalah toilet training. Melewati masa bayi, pada usia 3 atau 4 tahun anak seharusnya sudah dapat mengendalikan pembuangan kotorannya, termasuk tidak mengompol pada malam hari (Hurlock, 1980).
Ketrampilan khusus pada awal masa kanak-kanak meliputi ketrampilan tangan dan kaki, terutama ketrampilan berbicara. Ketrampilan tangan yang menyangkut berpakaian dan makan sendiri dimulai sejakmasa bayi dan disempurnakan selama awal masa kanak-kanak. Kemajuan pesat biasanya terjadi pada usia 1,5 s/d 3,5 tahun yaitu mampu menyisir rambut dan mandi. Pada usia taman kanak-kanak sudah harus mampu mandi dan berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dan menyisir rambut, baik dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan sama sekali (Hurlock, 1980).
Ketrampilan kaki meliputi berjalan, dan semua hal yang berkaitan dengan kaki. Usia lima atau enam tahun anak belajar melompat dan berlari cepat. Usia 3-4 tahun, naik sepeda roda tiga dan berenang dapat dipelajari. Ketrampilan lainnya meliputi keseimbangan tubuh, menari, sepatu roda, lompat tali, dsb. Terdapat perbedaan ketrampilan yang dipelajari anak-anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki didorong mempelajari permainan yang dianggap lebih sesuai seperti main bola, atau menyusun bangunan dengan lego, sedangkan anak-anak perempuan didorong untuk mempelajari permainan yang berkaitan dengan ketrampilan perawatan rumah tangga seperti memasak atau bermain dengan boneka barbie.

Kemajuan Berbicara
Setelah ulangtahunnya yang kedua, anak mulai meninggalkan komunikasi prabicara yang sangat berperan selama masa bayi. Periode mengoceh juga telah berlalu. Anak lebih banyak belajar bicara, meskipun isyarat banyak digunakan sebagai pelengkap pembicaraan. Misalnya saja anak menyebut pipis dengan memegang celana.

Peningkatan pengertian
Untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, anak harus mengerti apa yang dikatakan orang lain. Jika tidak maka akan merusak kontak sosial anak. Kemampuan mengerti ini sangat dipengaruhi cara anak mendengarkan apa yang dikatakan kepadanya. Mendengarkan radio dan televisi ternyata sangat membantu karena anak belajar mendengar dengan penuh perhatian. Berbicara kepada anak dengan jelas, lambat dan dengan menggunakan kata-kata yang dimengerti anak sesuai usianya juga sangat membantu. Sebaliknya berbicara terlalu cepat, menggunakan kata-kata majemuk dan bercampur kata-kata asing membuat anak menjadi bingung dan tidak bersemangat karena anak tidak mengerti isi pembicaraan.

Tugas dalam belajar bicara dalam masa kanak-kanak:
¨ Pengucapan kata-kata.
Anak-anak sulit mengucapkan huruf seperti z, w, d, s, g, dan kombinasi huruf seperti st, str, dr dan fl. Mendegarkan radio dan televisi dapat membantu anak mengucapkan kata-kata yang benar.
¨ Menambah kosa kata
Kosa kata meningkat pada masa ini, terutama berkaitan dengan baik dan buruk, memberi dan menerima, bilangan dan warna-warna.
¨ Membentuk kalimat
Kalimat dengan tiga atau empat kata sudah mulai disusun anak usia dua tahun dan biasa disusun anak usia tiga tahun. Kalimat ini banyak yang tidak lengkap, misalnya kurang kata kerja. Setelah usia tiga tahun anak dapat membentuk kalimat dengan 6-8 kata.

Isi Pembicaraan
Pada mulanya isi pembicaraan bersifat egosentris atau berbicara tentang dirinya, keluarga atau minatnya. Menjelang akhir awal masa kanak-kanak anak mulai berbicara tentang orang lain dan bersifat sosial. Hal ini seiring dengan bertambah besarnya kelompok bermainnya. Ada bukti bahwa kelompok sosial yang lebih kecil lebih baik bagi perkembangan bicara anak daripada anak dengan kelompok sosial yang lebih besar (Krauss, 1977; Kuczaj, dkk., 1975; Maratsos, 1973). Anak juga mulai belajar mengkritik, mengeluh dan berkomentar buruk.

Jumlah Bicara
Pada masa ini anak-anak dikenal sebagai tukang ngobrol, karena sekali anak dapat berbicara maka tak henti-hentinya ia berbicara. Sebaliknya ada anak-anak yang tergolong pendiam.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara.
¨ Inteligensi. Semakin cerdas anak semakin cepat ketrampilan berbicara ini dikuasainya.
¨ Jenis disiplin. Anak-anak yang dibesarkan dengan disiplin yang lemah cenderung lebih banyak bicara daripada anak yang dibesarkan dengan disiplin otoriter.
¨ Posisi urutan kelahiran. Anak sulung didorong untuk lebih banyak bicara daripada adiknya.
¨ Besarnya keluarga. Anak tunggal banyak didorong untuk berbicara dan lebih banyak didengar.
¨ Status sosial ekonomi. Dalam keluarga status ekonomi rendah, kegiatan keluarga cenderung kurang terorganisasi sehingga pembicaraan antar anggota keluarga juga jarang dan anak kurang didorong untuk berbicara.
¨ Status ras. Kemampuan bicara anak kulit hitam kebanyakan kurang baik. Hal ini dikarenakan ayah yang jarang di rumah atau ibu terlalu sibuk bekerja.
¨ Berbahasa dua. Meskipun dalam keluarga berbahasa dua tidak ada pembatasan dalam berbicara, biasanya anak menjadi terbatas pembicaraannya.
¨ Penggolongan peran-seks. Ada pengaruh penggolongan peran-seks pada pembicaraan anak. Anak laki-laki diharapkan berbicara lebih sedikit daripada anak
perempuan. Membual dianggap wajar untuk anak laki-laki, dan wajar bagi anak perempuan bila mengadukan orang lain.

Perkembangan Emosi
Anak-anak juga mengalami hampir semua jenis emosi yang dialami orang dewasa seperti amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Yang berbeda terletak pada bagaimana mengungkapkan emosi. Emosi sangat kuat pada usia tertentu dan melemah pada usia yang lain. Ledakan amarah misalnya, mencapai puncaknya antara usia 2-4 tahun, setelah itu amarahnya berlangsung sejenak atau berubah menjadi merajuk. Rasa takut juga seperti itu, pada masa berikutnya menjadi berkurang karena anak sadar bahwa situasi yang ditakutinya ternyata tidak menakutkan. Keingintahuan anak juga sangat berbera-beda. Ternyata anak yang cerdas lebih banyak menjelajahi lingkungan dan lebih banyak bertanya.

Sosialisasi pada Awal Masa Kanak-kanak
Masa ini disebut sebagai masa prakelompok, dimana dasar sosial diletakkan dengan semakin meningkatnya hubungan anak dengan teman-teman sebayanya. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada dengan benda akan mengembangkan pola hubungan sosial yang lebih baik di masa depan, dan biasanya menjadi lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas. Pada masa ini umumnya anak lebih menyukai berteman dengan sesama jenis kelamin daripada dengan lawan jenis. Pada usia 2-3 tahun anak bermain dengan teman-temannya tetapi bermain sendiri, yang dikenal dengan bermain sejajar (Havighurst, 1980). Kadang kalaupun terjadi kontak, lebih cenderung pada perkelahian daripada kerjasama. Selanjutnya anak bermain asosiatif, yaitu anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai permainan anak lain. Semakin meningkat kontak sosial, anak dapat bermain kooperatif dimana masing masing anggota kelompok saling berinteraksi.

Teman-teman
Dalam semua tahapan perkembangan, teman-teman ini terbagi menjadi tiga yaitu
teman, teman bermain dan teman baik.
Teman atau rekan adalah orang yang memuaskan kebutuhan akan teman dalam lingkungan yang sama, bisa laki-laki atau perempuan, tidak terdapat interaksi yang intensif diantara mereka. Teman bermain adalah orang yang terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan. Anak lebih menyukai teman bermain yang sejenis.Teman baik bukan hanya teman bermain tetapi teman yang dapat berkomunikasi dan saling bertukar pendapat dan nasehat. Sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, teman baik biasanya teman sejenis yang memiliki minat dan nilai yang sama.

Pola Bermain pada Awal Masa Kanak-kanak
¨ Bermain dengan mainan
Pada permulaan awal masa kanak-kanak bermain dengan mainan merupakan bentuk dominan. Seiring dengan meningkatnya kontak sosial dan sadarnya anak bahwa mainannya tidak mempunyai sifat hidup lagi maka bermain sendiri menjadi tidak menyenangkan lagi.
¨ Drama/teater
Usia tiga tahun anak mulai melakukan permainan ini dengan berdasarkan pengalaman, dongeng-dongeng yang didengarnya, atau film-film yang pernah dilihatnya.
¨ Konstruksi
Anak-anak membuat konstruksi dari balok, pasir, tanah liat, dll. Biasanya berdasarkan apa yang dilihatnya.
¨ Permainan
Pada usia empat tahun anak-anak lebih suka bermain dengan teman sebaya daripada dengan orang dewasa. Bentuk permainannya pun sudah mengenal peraturan.
¨ Membaca
Anak suka dibacakan dongeng atau melihat gambar-gambar.
¨ Film, radio dan televisi
Anak lebih menyukai televisi daripada radio. Film kartun, film tentang anak-anak prasekolah atau anak yang lebih besar, atau film tentang anggota keluarga sangat menarik perhatian anak-anak.

Perkembangan Pengertian
Perkembangan pengertian berkembang sangat pesat karena kemampuan berbicara yang lebih baik, meningkatnya kemampuan menjelajah, bertambahnya koordinasi motorik, serta meningkatnya kemampuan bertanya dengan menggunakan kata-kata yang lebih baik. Anak-anak mulai memperhatikan hal-hal kecil yang semula tidak menjadi perhatiannya, sehingga anak-anak tidak mudah bingung menghadapi benda-benda, situasi atau orang-orang. Anak mengembangkan konsep yang lebih khusus dan berarti bagi dirinya. Piaget menamakannya tahap berpikir praoperasional, suatu tahap yang berlangsung dari usia dua atau tiga tahun sampai dengan delapan tahun.

Disiplin dalam Masa Kanak-kanak
Ada tiga unsur yang berperan dalam penegakan disiplin: aturan main, hadiah dan hukuman. Aturan main adalah peraturan yang ditetapkan sebagai pedoman penilaian yang baik. Sebelum melatih anak berdisiplin yang pertama dipastikan adalah anak mengetahui aturan main nya. Tanpa aturan main anak menjadi bingung dan mengalami kesulitan memahami peran yang harus dilakukannya. Kemudian untuk menguatkan tindakan yang dilakukan anak maka diberikan hadiah (bisa berupa benda ataupun bentuk-bentuk pujian dan belaian kasih sayang, diajak pergi, dsb.) bagi perilaku yang baik dan hukuman bagi perilaku yang melanggar peraturan. Hendaknya hukuman fisik tidak digunakan, karena pengaruhnya yang kurang baik terhadap anak. Hukuman bisa berupa larangan menonton televisi, time-out, dsb. Time-out adalah mengucilkan anak dari situasi yang menjadi konflik, satu menit untuk setiap tahun usia. Perlu dicatat bahwa mengucilkan disini bukan berarti dikurung di kamar, tetapi dengan persetujuan anak kita menetapkan hukuman jika anak melanggar aturan main dia bisa berdiri atau duduk di suatu tempat sesuai waktu yang ditetapkan. Misalnya anak berusia 4 tahun, maka anak harus di-time-out selama 4 menit, dst.


Jenis-jenis disiplin
¨ Disiplin otoriter. Sering disebut disiplin tradisional, anak harus mengikuti perintah orangtua, baik masuk akal atau tidak. Hukuman fisik menyertai disiplin ini, dengan dasar bahwa “menghemat cambukan berarti memanjakan anak”, sehingga anak tidak patuh. Tidak ada penjelasan pada anak-anak mengapa mereka harus patuh.
¨ Disiplin yang lemah. Disiplin ini berkembang pada orang-orang dewasa yang mengalami disiplin otoriter pada masa kecilnya. Mereka berkeyakinan bahwa anak akan belajar atas perbuatannya dan bagaimana berperilaku secara sosial. Tidak ada aturan main, hadiah atau hukuman. Akibatnya tiga unsur disiplin tidak terpenuhi.
¨ Disiplin demokratis. Disiplin inilah yang sekarang lebih banyak diterapkan. Penetapan aturan main dibicarakan dengan anak, sehingga anak tahu mengapa peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya. Hukuman lebih disesuaikan dengan tingkat kejahatan, dan hukumannya tidak lagi berupa hukuman badan. Penghargaan terhadap perilaku positif banyak diberikan hadiah terutama dalam bentuk pujian dan pengakuan sosial.

Beberapa kondisi penting yang mendukung kebahagiaan awal masa kanak-kanak
• Kesehatan yang baik sehingga anak mampu mencapai tugas perkembangannya. Lingkungan yang merangsang anak sangat membantu anak untuk berhasil dalam berperilaku.
• Penerimaan dari orangtua atas perilakunya yang kekanak-kanakan, serta adanya bimbingan dari orangtua untuk belajar berperilaku sosial.
• Kebijaksanaan yang ditetapkan dalam penegakan disiplin. Anak yang mengetahui apa yang diharapkan darinya mencegah anak merasa dihukum secara tidak adil.
• Ekspresi kasih sayang yang wajar, seperti mengungkapkan kebanggaan terhadap prestasi anak serta meluangkan waktu bersama anak.
• Harapan-harapan yang realistis yang disesuaikan dengan kondisi anak. Dorongan agar anak kreatif dalam bermain, dan mengurangi cemoohan untuk anak karena hal tersebut dapat menghambat proses kreatif anak.
• Perasaan diterima oleh saudara-saudara kandung dan teman-teman bermain.
• Suasana gembira dan bahagia di rumah, sehingga anak pun ingin mempertahankan situasi ini untuk masa-masa berikutnya.

Tinjauan Pustaka
Bruner, J.S., Play is a Serious Business, Psychology Today, 1975, 8(8), 81-83.
Erikson, E.H., Childhood and Society (rev. ed.), New York, Norton, 1964.
Freud, S., The Standard Edition of The Complete Psychological Works of Sigmund Freud, London, Hogarth, 1962.
Havighurst, R.J., Developmental Tasks and Education (3rd. ed.) , New York, McKay, 1972.
Hurlock, E.B., Developmental Psychology, A Life-Span Approach (5 th ed.) , McGraw-Hill, Inc, 1980.
Krauss, R.M., and Glucksberg, Social and Nonsocial Speech, Scientific American, 1977.
Kuczaj, S.A., and P.M. Maratsos, What Children Can Say Before They Will, Merrill- Palmer Quarterly, 1975.
Maratsos, M.P., Nonegocentric Communication Abilities in Preschool Children., Child Development, 1973.
Alva Nadia, Psi tersedia di http://kharisma.de
http://www.babyco.com.au/images/main_vacancies.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar