BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada
setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak apabila dirinya hamil pasti
akan dihinggapi perasaan campuran yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala
cobaan, rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keraguan dan
kepastian. Kegelisahan dan rasa tenang, bahagia, kecemasan dan kegembiraan,
yang kesemuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran
bayinya.
Adanya kondisi
emosi yang tidak stabil sehingga memunculkan macam-macam ketakutan dan
takhayul, berupa ketakutan dan kecemasan pada dosa sendiri/kesalahan sendiri
(takut c-cat).
Hampir semua
prilaku manusia terutama yang disadari dan proses biologis yang ada akan
mempengaruhi proses persalinan. Faktor somatik dan psikis yang mempengaruhi
proses yaitu, proses pertumbuhan janin dalam kandungan sampai saat lahir
dipengaruhi oleh faktor psikis, fungsi reproduksi yang sifatnya biologis selalu
dimuati oleh elemen-elemen psikis, dan perkembangan dan pengalaman emosi masa
silam dari wanita hamil.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini yaitu :
v
Memberikan informasi wanita hamil yang akan
menghadapi persalinan khususnya tentang psikologi masa persalinan.
v
Mengetahui penyebab ketakutan dan kegelisahan
menjelang kelahiran.
v
Memenuhi tugas mata kuliah psikologi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persalinan
Persalinan
adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin
dan plasenta dari uterus ibu. Penolong persalinan melakukan asuhan pada ibu
yang sedang dalam proses persalinan dengan cara mengawasi kondisi ibu dan
janinnya agar dapat diketahui adanya komplikasi sedini mungkin. Selain memberikan
perawatan fisik, penolong persalinan juga harus menjaga agar ibu tetap merasa
nyaman dan memberikan dukungan moril pada ibu yang sedang bersalin (asuhan
sayang ibu). Dibutuhkan sembilan bulan untuk menumbuhkan seorang bayi dan hanya
dibutuhkan beberapa jam untuk melahirkan ke dunia. Namun begitu, beberapa jam
inilah yang paling banyak memenuhi pikiran para ibu hamil dan pasangannya. Ada
lebih banyak pertanyaan dan kekhawatiran tentang proses persalinan dan
melahirkan dari pada aspek-aspek lain dari kehamilan. Kapan persalinan akan
dimulai? Yang lebih penting lagi kapan persalinan akan selesai? Mampukah saya
menghadapi nyerinya? Bagaimana jika persalinan saya tidak mengalami kemajuan?
Dan masih banyak lagi kekhawatiran dan pertanyaan yang dialami ibu pada saat
masa persalinan?
2.2 Adat
Kebiasaan Melahirkan Emosi pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan
Peristiwa
kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis semata, akan tetapi
banyak pula diwarnai proses psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma
fisiologis semata saja sifatnya dan kondisi organisnya juga normal maka pasti
proses berlangsungnya akan sama saja dimana-mana dan tidak akan mempunyai
banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan bayi cukup
bervariasi dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang sangat sukar,
berlangsung normal ataupun yang abnormal dll. Banyak orang berspekulasi tentang
mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan bayi itu dengan memperbandingkan
prosesnya diantara pelbagai suku bangsa yang mempunyai bermacam kebudayaan.
Orang menyebutnya beberapa faktor penyebab dari mudah sulitnya aktivitas
melahirkan bayi antara lain :
v
Perbedaan iklim dan lingkungan sosial yang
mempengaruhi fungsi-fungsi kelenjar endokrin, kelenjar endokrin ini sangat
penting fungsinya pada saat melahirkan bayi.
v
Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat
ceroboh dari wanita yang bersangkutan, sebab cara hidup tersebut terutama cara
hidup seksualnya mempengaruhi kondisi rahim dan organ genitalnya.
v
Kondisi otot panggul wanita.
v
Kondisi psikis wanita yang bersangkutan.
Banyak
peneliti menyatakan bahwa otot panggul wanita primitf lebih efisien dari pada
otot panggul wanita modern yang serba manja, sebab wanita-wanita dengan
kebudayaan primitif hidupnya sangat aktif dan kerjanya lebih berat guna
mengatasi tantangan alam. Kerja berat dan kehidupan aktif jelas memperkuat otot
panggulnya sehingga memudahkan proses kelahiran. Lagipula wanita primitif
memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penderitaan dan rasa sakit ketika
melahirkan bayinya, sehingga sepintas lalu tampak bahwa proses kelahiran pada
wanita primitif lebih mudah dan cepat. Biasanya proses melahirkan itu banyak
dipengaruhi oleh proses identifikasi wanita yang bersangkutan dengan ibunya,
jika ibunya mudah melahirkan, maka pada umumnya anak gadisnya kelak juga akan
mudah melahirkan bayinya. Dengan demikian pengaruh psikologis ibu ikut
memainkan peranan dalam fungsi reproduksi anak perempuannya. Patut dicatat,
bahwa masih banyak terdapat adat kebiasaan dan kepercayaan takhayul di
Indonesia, terutama di jawa, misal peristiwa “mitoni” atau menujuh
bulani wanita hamil dan selamatan tradisional untuk menyambut bayi. Pada
umumnya upacara tradisional bertujuan untuk :
v
Menjauhkan pengaruh buruk dari lingkungan.
v
Menghindarkan godaan setan atau tenaga gaib.
v
Mengundang roh yang baik untuk merestui ibu
hamil berserta bayinya.
Asistensi
oleh seorang kawan, ibu, mertua atau nenek bukan disebabkan oleh karena mereka
memiliki banyak pengalaman, akan tetapi lebih banyak didorong oleh relasi
kekeluargaan dan sebab emosional tertentu. Adat kebiasaan ini lambat laun
mengalami modifikasi atau perubahan, yaitu relasi tadi menjadi lebih rasional
sifatnya, sebab mereka selanjutnya mengundang seorang wanita yang
berpengaralaman atau dukun dan di kemudian hari memanggil seorang bidan. Pada
intinya relasi mereka itu mempunyai tujuan yang sama yaitu :
v
Memperlancar proses kelahiran bayi.
v
Menjamin keselamatan ibu dan bayinya.
Pada
zaman modern ini kepercayaan pada kekuatan gaib selama proses reproduksi sudah
mulai berkurang, sebab secara anatomis dan fisiologis kesulitan pada peristiwa
partus bisa dijelaskan dengan alasan patologis atau sebab abnormalitas, namun
semua kemajuan ini dibarengi dengan kecemasan dan ketakutan pada desa dan kesalahan
sendiri sehingga menimbulkan rasa tegang, ketakutan, konflik batin dan materil
psikis lainnya.
2.3 Faktor
Somatic dan Psikis yang Mempengaruhi Kelahiran
Bagi
wanita sehat sekalipun kondisi somatis menjelang kelahiran bayi dirasakan
sangat berat dan tidak menyenangkan. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman,
selalu kegerahan dll. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama minggu
terakhir masa kehamilan menimbulkan banyak gangguan psikis. Maka selama minggu
terakhir kehamilan muncul banyak konflik antara keinginan untuk mempertahankan
janin/demi kemanan janin, melawan kemauan untuk mengeluarkan cepat-cepat. Pada
umumnya peristiwa berlangsung dalam batin/kehidupan psikisnya belaka.
2.4 Kegelisahan
dan Ketakutan Menjelang Kelahiran
Pada
setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak, apabila dirinya hamil pasti
akan dihinggapi campuran perasaan yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala
cobaan dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta, benci, keraguan dan
kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraan dan
kecemasan yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa
kelahirannya bayinya. Hal ini disebabkan oleh :
a. Takut mati
Sekalipun
peristiwa kelahiran itu adalah suatu fenomena fisiologis yang normal namun hal
tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses
kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan
yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan khususnya takut mati,
baik kematian dirinya sendiri maupun bayinya. Pada saat sekarang perasaan takut
mati tidak perlu dilebih-lebihkan karena majunya ilmu pengetahuan.
b. Trauma
kelahiran
Trauma kelahiran
ini berupa ketakutan akan terpisahnya bayi dari rahim ibunya yaitu merupakan
ketakutan hipotesis untuk dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya,
seolah-olah ibu tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.
c. Perasaan
bersalah/berdosa
Pada setiap fase
perkembangan menuju pada feminisme sejati yaitu sejak masa kanak-kanak, gadis
cilik, pubertas sampai usia adolescen, selalu saja gadis yang bersangkutan
diliputi emosi cinta kasih pada ibu yang kadangkala juga diiringi rasa
kebencian. Dalam semua aktifitas reproduksinya, wanita itu banyak melakukan
identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi itu menjadi salah satu bentuk
dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa
terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu
berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja ia bebani atau
dikejar-kejar rasa berdosa. Oleh karena itu kita sering menjumpai adat
kebiasaan dimana orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau ibunya/nenek
sang bayi menunggu dikala ia melahirkan bayinya, maka menjadi sangat pentinglah
kehadidran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
d. Ketakutan riil
Pada
setiap wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu bisa diperkuat oleh
sebab-sebab konkrit lainnya, misal takut bayi lahir cacat, bayi bernasib buruk,
beban hidup makin bertambah, takut dipisahkan, takut kehilangan bayinya.
Ketakutan mati yang sangat mendalam dikala melahirkan bayinya itu disebut
ketakutan primer, ketakutan itu menjadi semakin intensif, jika ibunya, suaminya
dan semua orang yang bersimpati padanya ikut-ikutan menjadi panik dan resah
memikirkan keadaannya. Oleh karena itu sikap menghibur dan melindungi dari
suami dan keluarganya sangat besar artinya karena bisa memberikan support moril
pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakutan, baik yang riil maupun
yang tidak.
2.5 Reaksi
Wanita Hypermaskulin dalam Menghadapi Kelahiran
Wanita
yang sangat aktif dan hypermaskulin bersifat kejantanan ekstrim, sejak mula
pertama kehamilannya senantiasa diombang ambingkan diantara keinginan
instinktif untuk memiliki soerang anak melawan rasa keengganan untuk melahirkan
anak sendiri, karena anak tersebut dianggap menghambat karier dan
kebahagiaannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah dilanda kerinduan cinta
pada seorang anak kontrak kebencian akan mendapatkan keturunan. Kedua gejala
tersebut akan memuncak, lalu meletus jadi fenomena neoritis yang obsesif.
Sebagai akibatnya wanita tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri dan sering
dikacau oleh gangguan syaraf antara lain berupa migraien, juga banyak konflik
batin dalam dirinya. Kehamilan dirasakan sebagai suatu peristiwa mimpi atau
dirasakan sebagai pengalaman somnabolistis seperti mimpi berjalan dan selalu
dikejar oleh emosi yang antagonis. Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan
yaitu cemas kalau sang bayi akan menghambat profesinya, cemas kalau tidak mampu
memelihara bayinya. Bertandingnya konflik yang lebih fundamental yaitu dorongan
maskulinitas melawan dorongan feminitas. Dorongan maskulinitas lebih
memberatkan prestasi karier dan jabatan sedang dorongan feminitas secara naluri
menginginkan anak sendiri. Selanjutnya pada saat kelahiran bayinya wanita yang
bersifat hipermaskulin ini akan berusaha mengatasi ketakutannya dan kesakitan
jasmaniah dengan usaha sendiri dan menganggap kelahiran bayinya sebagai suatu
prestasi pribadi, akan tetapi oleh karena usaha tersebut sifatnya sangat
maskulin agresif maka kegiatan tersebut justru mengacaukan kelahiran normal dan
semakin mempersulit kelahiran bayinya dengan kemampuan sendiri. Lalu dia
bersikap hiperpasif dan membiarkan dokter/bidan melahirkan bayinya melalui
pembedahan.
2.6 Reaksi
Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Kelahiran
Wanita
yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total pasif, selama kehamilannya
wanita ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya dan merasa tidak
bertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ia Cuma tahu
bahwa perutnya secara kebetulan ketempatan satu buah janin yang kelak akan
lahir dari dirinya. Selanjutnya alam yang harus bertanggung jawab akan
kelahiran bayinya kelak. Wanita tersebut tidaktahu bagaimana ia seharusnya
bersikap dan bertingkah laku, ia merasa tidak perlu mengetahui secara detail
keadaan dirinya yang tengah hamil karena menganggap sesuatu yang tidak berguna
atau itu urusan suaminya/ibunya dan bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara
membuta ia mengikuti saja semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagikan
anak kecil yang masih senang bermain-main ia memusatkan segenap minat pada
upaya menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesalahan jasmaniah.
Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas yaitu :
v
Selalu bergantung dan menempel pada ibunya.
v
Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan
semua tugasnya.
v
Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat
infantil, kekanak-kanakan.
v
Tetap saja ia bersikap sangat pasif.
v
Di tengah kelincahan dan kegembiraannya dan
kondisi perutnya yang semakin membesar penampakkan dirinya menyerupai seorang
gadis cilik yang tengah bermain dengan bonekanya.
v
Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi
sangat tidak sabaran dan menjadi semakin pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak
lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa dipercepat.
v
Wanita ini mengalami kehamilan dan kelahiran
bayinya sebagai suatu peristiwa magis yang menakjubkan. Otomatis ia menyatakan
kepada dunia luar adanya sesuatu benda yang diinjeksikan ke dalam rahimnya
melalui coitus secara sadar atau tidak sadar.
v
Sama sekali ia tidak merasa bertanggung jawab
akan mati atau hidupnya benda yang dititipkan di rahimnya itu.
v
Semua sikap bermusuhan terhadap ibunya sendiri
menjadi lenyap, sebab sejak kehamilannya wanita itu ingin menyerahkan semua
tanggung jawab sendiri kepada ibunya.
v Ia
mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya di saat hamil
dan melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya.
2.7 Gangguan
Bounding Attachmenet
Terganggunya
ikatan emosional yang dibentuk seseorang dengan bayinya untuk menghasilkan
hubungan emosional yang khusus dan penuh toleransi sehingga tidak ada kebutuhan
biologis yang fundamental terjadi antara bayi dengan ibunya.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan
adalah proses biologis. Dengan demikian penting bagi bidan dan tenaga kesehatan
lainnya menguasai pengetahuan tentang psikologi ibu di masa persalinan agar
mampu menjaga keamanan ibu dan bayinya. Adapun penyebab ketakutan dan
kegelisahan menjelang kelahiran yaitu :
v
Takut mati :
Ø
Kelahiran sebenarnya merupakan suatu fenomenologi
fisiologis yang normal namun tidak bebas dari resiko dan bahaya kematian
(dirinya atau anaknya).
v
Trauma kelahiran :
Ø
Ibu merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan
terpisah dengan dirinya.
v
Perasaan bersalah/berdosa
Ø
Setiap fase perkembangan menuju feminitas
diliputi emosi-emosi cinta pada ibu dan ada kalanya juga diiringa dengan
kebencian, irihati dan dendam. Hal ini mengakibatkan rasa berdosa terhadap ibu.
v
Ketakutan riil
Ø
Takut bayinya cacat atau lahir pathologis
Ø
Primer : ketakutan yang mendalam yang diikuti
ketakutan kesulitan hidup.
Ø
Sekunder 10
DAFTAR PUSTAKA
www.google.psikologimasapersalinan.com Kartono, Kartini, 1992. Psikologi
Wanita Jilid I dan II. Bandung: Maju Mundur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar