Jumat, 18 November 2011

MASA PERSALINAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak apabila dirinya hamil pasti akan dihinggapi perasaan campuran yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan, rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta dan benci, keraguan dan kepastian. Kegelisahan dan rasa tenang, bahagia, kecemasan dan kegembiraan, yang kesemuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya.
Adanya kondisi emosi yang tidak stabil sehingga memunculkan macam-macam ketakutan dan takhayul, berupa ketakutan dan kecemasan pada dosa sendiri/kesalahan sendiri (takut c-cat).
Hampir semua prilaku manusia terutama yang disadari dan proses biologis yang ada akan mempengaruhi proses persalinan. Faktor somatik dan psikis yang mempengaruhi proses yaitu, proses pertumbuhan janin dalam kandungan sampai saat lahir dipengaruhi oleh faktor psikis, fungsi reproduksi yang sifatnya biologis selalu dimuati oleh elemen-elemen psikis, dan perkembangan dan pengalaman emosi masa silam dari wanita hamil.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
v  Memberikan informasi wanita hamil yang akan menghadapi persalinan khususnya tentang psikologi masa persalinan.
v  Mengetahui penyebab ketakutan dan kegelisahan menjelang kelahiran.
v  Memenuhi tugas mata kuliah psikologi.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembukaan serviks serta pengeluaran janin dan plasenta dari uterus ibu. Penolong persalinan melakukan asuhan pada ibu yang sedang dalam proses persalinan dengan cara mengawasi kondisi ibu dan janinnya agar dapat diketahui adanya komplikasi sedini mungkin. Selain memberikan perawatan fisik, penolong persalinan juga harus menjaga agar ibu tetap merasa nyaman dan memberikan dukungan moril pada ibu yang sedang bersalin (asuhan sayang ibu). Dibutuhkan sembilan bulan untuk menumbuhkan seorang bayi dan hanya dibutuhkan beberapa jam untuk melahirkan ke dunia. Namun begitu, beberapa jam inilah yang paling banyak memenuhi pikiran para ibu hamil dan pasangannya. Ada lebih banyak pertanyaan dan kekhawatiran tentang proses persalinan dan melahirkan dari pada aspek-aspek lain dari kehamilan. Kapan persalinan akan dimulai? Yang lebih penting lagi kapan persalinan akan selesai? Mampukah saya menghadapi nyerinya? Bagaimana jika persalinan saya tidak mengalami kemajuan? Dan masih banyak lagi kekhawatiran dan pertanyaan yang dialami ibu pada saat masa persalinan?
2.2 Adat Kebiasaan Melahirkan Emosi pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan
Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis semata, akan tetapi banyak pula diwarnai proses psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma fisiologis semata saja sifatnya dan kondisi organisnya juga normal maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja dimana-mana dan tidak akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan bayi cukup bervariasi dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang sangat sukar, berlangsung normal ataupun yang abnormal dll. Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan bayi itu dengan memperbandingkan prosesnya diantara pelbagai suku bangsa yang mempunyai bermacam kebudayaan. Orang menyebutnya beberapa faktor penyebab dari mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi antara lain :
v  Perbedaan iklim dan lingkungan sosial yang mempengaruhi fungsi-fungsi kelenjar endokrin, kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada saat melahirkan bayi.
v  Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita yang bersangkutan, sebab cara hidup tersebut terutama cara hidup seksualnya mempengaruhi kondisi rahim dan organ genitalnya.
v  Kondisi otot panggul wanita.
v  Kondisi psikis wanita yang bersangkutan.
Banyak peneliti menyatakan bahwa otot panggul wanita primitf lebih efisien dari pada otot panggul wanita modern yang serba manja, sebab wanita-wanita dengan kebudayaan primitif hidupnya sangat aktif dan kerjanya lebih berat guna mengatasi tantangan alam. Kerja berat dan kehidupan aktif jelas memperkuat otot panggulnya sehingga memudahkan proses kelahiran. Lagipula wanita primitif memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penderitaan dan rasa sakit ketika melahirkan bayinya, sehingga sepintas lalu tampak bahwa proses kelahiran pada wanita primitif lebih mudah dan cepat. Biasanya proses melahirkan itu banyak dipengaruhi oleh proses identifikasi wanita yang bersangkutan dengan ibunya, jika ibunya mudah melahirkan, maka pada umumnya anak gadisnya kelak juga akan mudah melahirkan bayinya. Dengan demikian pengaruh psikologis ibu ikut memainkan peranan dalam fungsi reproduksi anak perempuannya. Patut dicatat, bahwa masih banyak terdapat adat kebiasaan dan kepercayaan takhayul di Indonesia, terutama di jawa, misal peristiwa “mitoni” atau menujuh bulani wanita hamil dan selamatan tradisional untuk menyambut bayi. Pada umumnya upacara tradisional bertujuan untuk :
v  Menjauhkan pengaruh buruk dari lingkungan.
v  Menghindarkan godaan setan atau tenaga gaib.
v  Mengundang roh yang baik untuk merestui ibu hamil berserta bayinya.
Asistensi oleh seorang kawan, ibu, mertua atau nenek bukan disebabkan oleh karena mereka memiliki banyak pengalaman, akan tetapi lebih banyak didorong oleh relasi kekeluargaan dan sebab emosional tertentu. Adat kebiasaan ini lambat laun mengalami modifikasi atau perubahan, yaitu relasi tadi menjadi lebih rasional sifatnya, sebab mereka selanjutnya mengundang seorang wanita yang berpengaralaman atau dukun dan di kemudian hari memanggil seorang bidan. Pada intinya relasi mereka itu mempunyai tujuan yang sama yaitu :
v  Memperlancar proses kelahiran bayi.
v  Menjamin keselamatan ibu dan bayinya.
Pada zaman modern ini kepercayaan pada kekuatan gaib selama proses reproduksi sudah mulai berkurang, sebab secara anatomis dan fisiologis kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan patologis atau sebab abnormalitas, namun semua kemajuan ini dibarengi dengan kecemasan dan ketakutan pada desa dan kesalahan sendiri sehingga menimbulkan rasa tegang, ketakutan, konflik batin dan materil psikis lainnya.
2.3 Faktor Somatic dan Psikis yang Mempengaruhi Kelahiran
Bagi wanita sehat sekalipun kondisi somatis menjelang kelahiran bayi dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, selalu kegerahan dll. Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama minggu terakhir masa kehamilan menimbulkan banyak gangguan psikis. Maka selama minggu terakhir kehamilan muncul banyak konflik antara keinginan untuk mempertahankan janin/demi kemanan janin, melawan kemauan untuk mengeluarkan cepat-cepat. Pada umumnya peristiwa berlangsung dalam batin/kehidupan psikisnya belaka.
2.4 Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran
Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak, apabila dirinya hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa cinta, benci, keraguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia, harapan penuh kegembiraan dan kecemasan yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahirannya bayinya. Hal ini disebabkan oleh :
a. Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah suatu fenomena fisiologis yang normal namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri maupun bayinya. Pada saat sekarang perasaan takut mati tidak perlu dilebih-lebihkan karena majunya ilmu pengetahuan.
b. Trauma kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan terpisahnya bayi dari rahim ibunya yaitu merupakan ketakutan hipotesis untuk dilahirkan di dunia dan takut terpisah dari ibunya, seolah-olah ibu tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.
c. Perasaan bersalah/berdosa
Pada setiap fase perkembangan menuju pada feminisme sejati yaitu sejak masa kanak-kanak, gadis cilik, pubertas sampai usia adolescen, selalu saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi cinta kasih pada ibu yang kadangkala juga diiringi rasa kebencian. Dalam semua aktifitas reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi itu menjadi salah satu bentuk dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja ia bebani atau dikejar-kejar rasa berdosa. Oleh karena itu kita sering menjumpai adat kebiasaan dimana orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau ibunya/nenek sang bayi menunggu dikala ia melahirkan bayinya, maka menjadi sangat pentinglah kehadidran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
d. Ketakutan riil
Pada setiap wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkrit lainnya, misal takut bayi lahir cacat, bayi bernasib buruk, beban hidup makin bertambah, takut dipisahkan, takut kehilangan bayinya. Ketakutan mati yang sangat mendalam dikala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan primer, ketakutan itu menjadi semakin intensif, jika ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati padanya ikut-ikutan menjadi panik dan resah memikirkan keadaannya. Oleh karena itu sikap menghibur dan melindungi dari suami dan keluarganya sangat besar artinya karena bisa memberikan support moril pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakutan, baik yang riil maupun yang tidak.


2.5 Reaksi Wanita Hypermaskulin dalam Menghadapi Kelahiran
Wanita yang sangat aktif dan hypermaskulin bersifat kejantanan ekstrim, sejak mula pertama kehamilannya senantiasa diombang ambingkan diantara keinginan instinktif untuk memiliki soerang anak melawan rasa keengganan untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut dianggap menghambat karier dan kebahagiaannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontrak kebencian akan mendapatkan keturunan. Kedua gejala tersebut akan memuncak, lalu meletus jadi fenomena neoritis yang obsesif. Sebagai akibatnya wanita tersebut tidak mempunyai kepercayaan diri dan sering dikacau oleh gangguan syaraf antara lain berupa migraien, juga banyak konflik batin dalam dirinya. Kehamilan dirasakan sebagai suatu peristiwa mimpi atau dirasakan sebagai pengalaman somnabolistis seperti mimpi berjalan dan selalu dikejar oleh emosi yang antagonis. Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan yaitu cemas kalau sang bayi akan menghambat profesinya, cemas kalau tidak mampu memelihara bayinya. Bertandingnya konflik yang lebih fundamental yaitu dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Dorongan maskulinitas lebih memberatkan prestasi karier dan jabatan sedang dorongan feminitas secara naluri menginginkan anak sendiri. Selanjutnya pada saat kelahiran bayinya wanita yang bersifat hipermaskulin ini akan berusaha mengatasi ketakutannya dan kesakitan jasmaniah dengan usaha sendiri dan menganggap kelahiran bayinya sebagai suatu prestasi pribadi, akan tetapi oleh karena usaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif maka kegiatan tersebut justru mengacaukan kelahiran normal dan semakin mempersulit kelahiran bayinya dengan kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiperpasif dan membiarkan dokter/bidan melahirkan bayinya melalui pembedahan.
2.6 Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Kelahiran
Wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total pasif, selama kehamilannya wanita ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya dan merasa tidak bertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Ia Cuma tahu bahwa perutnya secara kebetulan ketempatan satu buah janin yang kelak akan lahir dari dirinya. Selanjutnya alam yang harus bertanggung jawab akan kelahiran bayinya kelak. Wanita tersebut tidaktahu bagaimana ia seharusnya bersikap dan bertingkah laku, ia merasa tidak perlu mengetahui secara detail keadaan dirinya yang tengah hamil karena menganggap sesuatu yang tidak berguna atau itu urusan suaminya/ibunya dan bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagikan anak kecil yang masih senang bermain-main ia memusatkan segenap minat pada upaya menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesalahan jasmaniah. Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas yaitu :
v  Selalu bergantung dan menempel pada ibunya.
v  Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugasnya.
v  Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat infantil, kekanak-kanakan.
v  Tetap saja ia bersikap sangat pasif.
v  Di tengah kelincahan dan kegembiraannya dan kondisi perutnya yang semakin membesar penampakkan dirinya menyerupai seorang gadis cilik yang tengah bermain dengan bonekanya.
v  Jika kehamilannya semakin tua wanita ini jadi sangat tidak sabaran dan menjadi semakin pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar kelahiran bayinya bisa dipercepat.
v  Wanita ini mengalami kehamilan dan kelahiran bayinya sebagai suatu peristiwa magis yang menakjubkan. Otomatis ia menyatakan kepada dunia luar adanya sesuatu benda yang diinjeksikan ke dalam rahimnya melalui coitus secara sadar atau tidak sadar.
v  Sama sekali ia tidak merasa bertanggung jawab akan mati atau hidupnya benda yang dititipkan di rahimnya itu.
v  Semua sikap bermusuhan terhadap ibunya sendiri menjadi lenyap, sebab sejak kehamilannya wanita itu ingin menyerahkan semua tanggung jawab sendiri kepada ibunya.
v  Ia mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya di saat hamil dan melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada kelahiran janinnya.
2.7 Gangguan Bounding Attachmenet
Terganggunya ikatan emosional yang dibentuk seseorang dengan bayinya untuk menghasilkan hubungan emosional yang khusus dan penuh toleransi sehingga tidak ada kebutuhan biologis yang fundamental terjadi antara bayi dengan ibunya.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan adalah proses biologis. Dengan demikian penting bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya menguasai pengetahuan tentang psikologi ibu di masa persalinan agar mampu menjaga keamanan ibu dan bayinya. Adapun penyebab ketakutan dan kegelisahan menjelang kelahiran yaitu :
v  Takut mati :
Ø Kelahiran sebenarnya merupakan suatu fenomenologi fisiologis yang normal namun tidak bebas dari resiko dan bahaya kematian (dirinya atau anaknya).
v  Trauma kelahiran :
Ø Ibu merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan terpisah dengan dirinya.
v  Perasaan bersalah/berdosa
Ø Setiap fase perkembangan menuju feminitas diliputi emosi-emosi cinta pada ibu dan ada kalanya juga diiringa dengan kebencian, irihati dan dendam. Hal ini mengakibatkan rasa berdosa terhadap ibu.
v  Ketakutan riil
Ø  Takut bayinya cacat atau lahir pathologis
Ø  Primer : ketakutan yang mendalam yang diikuti ketakutan kesulitan hidup.
Ø  Sekunder 10
DAFTAR PUSTAKA
www.google.psikologimasapersalinan.com Kartono, Kartini, 1992. Psikologi Wanita Jilid I dan II. Bandung: Maju Mundur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar