BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Neonatus memiliki
basal metabolic rate (BMR) yang tinggi, sehingga membutuhkan oksigen lebih
banyak dibanding bayi yang telah lahir. Konsentrasi hemoglobin fetus in utera
yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi hemoglobin bayi yang telah
lahir. Dalam beberapa minggu pertama setelah bayi dilahirkan, keadaan darah
janin in utero kembali ke yang lazim ditemukan pada orang dewasa. Hal ini
terjadi oleh karena sel darah merah neonatus kurang lama dapat bertahan
dibandingkan dengan eritrosit orang dewasa, disamping menurunnya kapasitas
sumsun tulang dalam menghasilkan eritrosit. Hal ini disebabkan oleh karena
ketidakmampuan hepar bayi untuk meniadakan sampah hemoglobin.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
pembuatan makalah ini antara lain :
- Untuk
menjelaskan perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra
uterus.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pernapasan
Janin
dalam kandungan telah mengadakan gerakan-gerakan pernapasan, yang dipantau
dengan ultrasonografi, akan tetapi likuonamnii tidak sampai masuk ke dalam
alveoli paru-paru. Pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen
dan karbondioksida di dalam tubuh janin itu. Apabila saturitas oksigen
meningkat hingga melebihi 50% maka terjadi apnoe, tidak tergantung pada
konsentrasi karbondioksida. Bila saturasi oksigen menurun, maka pusat
pernapasan menjadi sensitif terhadap rangsangan karbondioksida. Pusat itu
menjadi lebih sensitif bila kadar oksigen turun dan saturasi oksigen mencapai 25%.
Keadaan ini dipengaruhi oleh sirkulasi utero-plasenter (pengaliran darah antara
uterus dan plasenta). Apabila terdapat gangguan pada sirkulasi utero plasenter
sehingga saturasi oksigen lebih menurun, misalnya pada kontraksi uterus yang
tidak sempurna, eklampsia,dan sebagainya maka terdapatlah gangguan-gangguan
dalam keseimbangan asam dan basa pada janin tersebut, dengan akibat dapat
melumpuhkan pusat pernapasan janin. Pada permukaan paru-paru yang telah matur
ditemukan lipoprotein yang berfungsi untuk mengurangi tahanan pada permukaan
alveoli dan memudahkan paru-paru berkembang pada penarikan nafas pertama oleh
janin. Pengembangan paru-paru disebabkan oleh adanya tekanan negatif di dalam
dada lebih kurang 40 cm air- karena tekanan paru-paru waktu lahir sewaktu bayi
menarik nafas pertama kali.
Adanya lipoprotein
tersebut di atas, khususnya kadar lesitin yang tinggi, mencerminkan paru-paru
itu telah matur. Lesitin adalah bagian utama dari 2 lapisan di permukaan
alveoli yang telah matur itu dan terbentuk melalui biosintesis. Pada waktu
partus pervaginam, khususnya pada waktu badan melalui jalan lahir, paru-paru
seakan-akan tertekan dan diperas, sehingga cairan-cairan yang mungkin ada di
jalan pernapasan dikeluarkan secara fisiologik dan mengurangi adanya bagian-bagian
paru-paru yang tidak berfungsi segera oleh karena tersumbat. Yang diperlukan
pada keadaan bayi baru lahir tanpa atau dengan asfiksia livide ialah
membersihkan segera jalan nafas dan memberikan pada bayi tersebut oksigen untuk
meningkatkan saturasi oksigen. Hal ini penting dipahami oleh setiap penolong
persalinan. Ketika partus, uterus berkontraksi, dalam keadaan ini darah di
dalam sirkulasi utero plasenter seolah-olah diperas ke dalam vena umbilikalis
dan sirkulasi janin, sehingga jantung janin terutama serambi kanan berdilatasi.
Akibatnya, apabila diperhatikan bunyi jantung janin segera setelah kontraksi
uterus hilang, akan terdengar melambat. Keadaan ini fisiologik, bukan
patologik, dan dikenal sebagai refleks Marey. Ada yang mengemukakan bahwa
timbulnya bradikardia pada his disebabkan oleh adanya asfiksia tali pusat dan
meningkatnya vena kava inferior pada janin. Hon mempelajari bradikardia pada
janin sewaktu ada his dengan fetal heart rate meter. Ia menemukan denyutan 140
per menit dapat menurun sampai 110 – 120 pada multipara, sedangkan pada
nullipara kadang-kadang denyutan dapat menurun sampai 60 – 70 per menit,
bradikardia ini terjadi segera pada permulaan his dan menghilang beberapa detik
sesudah his berhenti. Hon dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa bradikardia
tersebut di atas tidak disebabkan oleh hipoksia janin, akan tetapi karena
tekanan terhadap kepala janin oleh jalan lahir pada waktu ada his. Gejala ini
biasanya ditemukan pada pembukaan 4 – 8 cm dan bila pada kepala bayi juga diadakan
penekanan seperti pada waktu ada his. 3 Untuk klinik penting diperhatikan
frekuensi denyutan jantung ini untuk mengetahui apakah ada gawat janin.
Denyutan jantung beberapa detik sesudah his sebanyak 100 per menit atau kurang
menunjukkan akan adanya gawat janin. Dalam keadaan normal frekuensi denyut
jantung janin berkisar antara 120 – 140 denyutan per menit. Ketika partus
denyut jantung ini sebaiknya didengar satu menit setelah his terakhir. Cara
menghitung bunyi jantung janin adalah sebagai berikut : kita hitung denyut
jantung dalam 5 detik pertama, kemudian 5 detik ketiga, kelima, ketujuh dan
seterusnya sampai mencapai satu menit. Dengan cara ini dapat diperoleh kesan
apakah denyut jantung janin tersebut teratur atau tidak. Tiap menit mempunyai
jumlah tertentu. Jika jumlah permenit berbeda lebih dari 8, maka denyutan
jantung itu umumnya tidak teratur jika jumlah denyutan jantung lebih dari 160
per menit, disebut ada takikardia : sedangkan jika kurang dari 120 menit,
disebut ada bradikardia. Dengan mengadakan pencatatan denyut jantung janin yang
dikaitkan dengan pencatatan his, dapat diramalkan ada atau tidak adanya
hipoksia pada janin. Takikardia saja kadang-kadang dapat ditemukan pada ibu
yang menderita panas. Dewasa ini pemantauan janin dilaksanakan dengan alat
kardiotokograf.
2.2 Sirkulasi
Pada janin masih
terdapat fungsi :
1) Foramen ovale
2) Duktus
arteriosus botalli
3) Arteria
umbilikaler laterales
4) Duktus venosus
arantii
Mula-mula
darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta, melalui vena
umbikalis, masuk ke dalam tubuh janin. Sebagian besar darah tersebut melalui
duktus venosus arantii akan mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam
atrium dekstra sebagian besar darah ini akan mengalir secara fisiologik ke
atrium sinistra, melalui foramen yang terletak diantara atrium dekstra dan 4
atrium sinista. Dari atrium sinistra selanjutnya darah ini mengalir ke
ventrikel kiri yang kemudian dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil dari
darah atrium kanan mengatur ke ventrikel kanan bersama-sama dan darah yang
berasal dari paru-paru yang belum berkembang, sebagian besar darah dari
ventrikel kanan ini, yang seyogyanya megnalir melalui arteria pulmoralis darah
di aorta akan mengalir ke seluruh tubuh untuk memberi nutrisi dan oksigenasi
pada sel-sel tubuh darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh
dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagainya akan dialirkan ke plasenta melalui 2
arteria umbilikalis. Seterusnya diteruskan ke peredaran darah di koteledon dan
jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis ke janin. Demikian
seterusnya sirkulasi janin ini berlangsung ketika janin berada di dalam uterus.
Ketika janin dilahirkan, segera bayi mengisap udara dan menangis kuat. Dengan
dengan demikian, paru-parunya akan berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil
dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru. Dengan demikian, duktus
botalli tidak berfungsi lagi. Demikian pula, karena tekanan dalam atrium kiri
meningkat, foramen ovale akan tertutup, sehingga foramen tersebut selanjutnya
tidak berfungsi lagi. Akan dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri
umbilikalis dan duktus vengsus arantii akan mengalami obiliterasi dengan
demikian, setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang
diisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna
sistem pencernaan sendiri. Dewasa ini, daspat dipantau peredaran darah janin
dan denyutan-denyutan di tali pusat.
2.3 Traktus
Digestivus
Pada
kehamilan empat bulan, alat pencernaan ini telah cukup terbentuk dan janin
telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga dengan
demikian janin membantu pula dalam perputaran air ketuban. Absorbsi air ketuban
terjadi melalui mukosa seluruh traktus digestivus. Bahwa janin menelan air
ketuban, dapat dibuktikan dengan adanya lanugo, verniks kaseosa 5 dimekonium
setelah bayi dilahirkan. Warna hijau tua mekonium disebabkan oleh pemecahan
bilirubin. Marconium dapat keluar per anum bila timbul hipoksia berat, sehingga
usus-usus mengadakan peristaltik, sedangkan muskulus sfingter ani dalam keadaan
lumpuh. Dengan demikian mekonium mencampuri likuor amnii, yang kemudian
berwarna kehijau-hijauan. Juga bila ada tekanan di dalam uterus yang meningkat
hingga menekan isi abdomen janin, umpamanya pada janin dalam letak sungsang,
mekonilum secara mekanik keluar dari anus. Juga obat yang meningkatkan
mekanisme peristaltik pada ibu, dapat pula melalui plasenta dan memberi akibat
yang sama pada janin. Pada umumnya janin menelan rata-rata 450 ml air ketuban
setiap harinya. Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam
hemopoesis. Pula dalam metabolisme hidrat arang mulai berperan. Glikogen mulai
disimpan dalam hati, yang pada akhir triwulan makin meningkat. Sesudah bayi
dilahirkan, simpanan glikogen ini cepat terpakai. Vitamin A dan D disimpan juga
dalam hati. Bahwa hepar janin masih imatur dalam fungsinya selama dalam
kandungan dan pula sesudah dilahirkan, dinyatakan oleh ketidakmampuannya untuk
meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah, plasenta dan hati ibu
menyelesaikan ini. Akan tetapi, sebagian kecil bilirubin diolah oleh hepar
janin dan disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana dialami oksidasi
dijadikan biliverdin. Pigmen inilah yang membuat warna mekonium
kehijau-hijauan. Pada umumnya plasenta dapat meniadakan dengan cepat
bekas-bekas metabolisme bilirubin. Akan tetapi pada keadaan dimana hemadisit
darah terlalu cepat, umpamanya dalam hal eritroblastosis fetalis, mekanisme di
plasenta tidak dapat mengetahuinya. Akan timbul hiperbilirubinemia dengan
pigmen yang akibatnya dapat ditemukan di dalam air ketuban. Adanya pigmen
tersebut dalam likuor amnii dipakai untuk membuat diagnosis dan mengadakan
penilaian mengenai kehamilan demikian itu imaturitas hepar yang menyangkut
fungsinya dalam sistem enzim ialah mengenai kekurangan enzim glukorunil
transferase, yang terjadi hingga dalam masa neonatus dan dalam waktu yang
berbeda-beda. Terutama ini terjadi pada bayi prematur yang tidak mudah
meniadakan hasil 6 pengolahan hemoglobin melalui heparnya. Timbulnya ikterus
neonatorum dalam hal ini agaknya disebabkan oleh hal tersebut di atas. Pankreas
telah mulai berfungsi meskipun amat terbatas. Insulin telah dapat ditemukan
pada kehamilan 13 minggu dan produksinya meningkat dengan tuanya kehamilan.
Pada ibu dengan diabetes mellitus tampak adanya hipertrofi sel-sel longerhons.
Akan tetapi, bukti bahwa insulin janin membantu ibunya dalam hal diabetes
melitus belum ada. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan dan
persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra melalui beberapa tahap yang
perlu dipelajari diantaranya pernapasan, sirkulasi dan trafetus digestivus. 8
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo Sarwono,
Ilmu Kebidanan. 2006. YBP-SP. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar