BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Laktasi
adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
diklus reproduksi mamalia termasuk manusia.
Laktasi
bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya,
banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu
yang baru melahirkan yang tidak mendapat informasi maupun konseling
mengenai keluarga berencana.
I.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membantu ibu dalam pemberian ASI kepada anak selama anak masih menyusui.
1.2.2 Tujuan Khusus
Membantu ibu untuk mengetahui cara memproduksi ASI yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
|
2.1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI.
2.2. Fisiologi Laktasi
Pada
masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara
bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat
memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI
dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan
ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin
membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae
dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara
semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin
tampak, dan areola mammae makin hitam Pada kehamilan lima bulan lebih,
kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut
kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari
plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan
tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi
pengaruhnya di hambat oleh estrogen.
Pada
seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung
lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan bahwa seperti halnya pada
semua fungsi reproduksi, di perlukan “trial runs” ( latihan) sebelum
mencapai kemampuan yang optimal. Pada umumnya wanita yang lebih muda
kemampuanya lebih baik dari pada yang tua.
2.3. Produksi Asi
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI.
Selama
kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI.Hari pertama setelah persalinan
seringkali payudara ibu terasa kosong.air susu yang pertama kali
dikeluarkan terasa sedikit disebut susu jolong/ kolostrum berwarna
kekuningan.kolostrum mengandung sel darah putih dan protein
imunoglobulin pembunuh kuman.kolostrum dianggap sebagai imunisasi
pertama yang diterima bayi baru lahir.
Hormon dan Refleks yang berperan menghasilkan ASI
ASI
dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks.Pada kehamilan
terjadi perubahan hormon untuk mempersiapkan produksi ASI.setelah
persalinan perubahan hormon membuat payudara menghasilkan ASI.
Hormon-hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah sebagai berikut.
- Hormon prolaktin: hormon produksi ASI dihasilkan oleh kelenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau haid.
- Hormon oksitosin: hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.
- Hormon progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.Kadar progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan.hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.
- Hormon estrogen: Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.Kadar estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
Human
placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan
payudara,puting,dan areola sebelum melahirkn.Pada bulan kelima dan
keenam kehamilan,payudara siap memproduksi ASI.
Proses pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut ini.
1. Laktogenesis I
Pada
fase terakhir kehamilan,payudara wanita memasuki fase laktogenesis
1.saat itu payudara memproduksi kolostrum,yaitu berupa cairan kental
yang kekuningan.
2. Laktogenesis II
Saat
melahirkan,keluarnya plasenta menyebabkan turunnya hormon
progesteron,dan HPL secara tiba-tiba,namun hormo prolaktin tetap
tinggi.hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang di kenal dengan fase laktogenesis II.Apabila payudara
di rangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan meningkan dan mencapai
puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke level sebelum
rangsangan tiga jam kemudian.
3. Laktogenesis III
Sistem control hormone endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan.Ketika produksi ASI mulai
stabil,sistem kontrol otokrin dimulai.Pada tahap ini apabila ASI banyak
dikeluarkan maka payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Dengan demikian ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering
dan seberapa banyak bayi menghisap serta seberapa sering payudara di
kosongkan.
2.4 Proses Produksi Air Susu
1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke hipotalamus
2. ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin
3. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara
Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi
Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui.
Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:
- Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
- Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:
- Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
- Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
- Swallowing Refleks,bila mulut bayiterisi ASI ,maka ia akan menelannya.
Produksi ASI dapat meningkat atau
menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada
minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
antara lain :
1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice
(1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi
dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur
kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan
bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Stres dan Penyakit Akut
Ibu
yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi
produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit
infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi
dapat mempengaruhi produksi ASI.
5.. Konsumsi Rokok
Merokok
dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi
Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok
dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.
Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu
perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
7. Konsumsi Alkohol
Meskipun
minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa
lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain
etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol
0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62%
dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32%
dari normal (Matheson, 1989).
8. Pil Kontrasepsi
Penggunaan
pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral
Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi.
Ada
dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan
bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat
badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya
produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI
maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel
secretory payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis
oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
Aspek
gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik
pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi.
Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak
positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan
gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak
berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu
atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor
fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak
langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan,
status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non
fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol
(Matheson, 1989).
2.5. Persiapan Laktasi Sejak Dini
Persiapan
menyusui perlu dilakukan seawal mungkin pada setiap wanita hamil dan
para ibu hendaknya mengetahui upaya-upaya yang seharusnya dilakukan
untuk meningkatkan pemberian ASI/ menyusui.
Klinik Antenatal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal bagi ibu hamil adalah :
1. Gizi ibu hamil, dari konsumsi zat gizi yang masuk kedalam
tubuh serta cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan
digunakan untuk aktivitas dan metabolisme tubuh ibu, dan proses
pembentukan ASI, nilai kalori serta zat gizi dari ASI itu sendiri.
2. Perilaku ibu hamil
a. Kecukupan istirahat
Wanita
hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari, kegiatan dan gerakannya
sehari hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi
pada dirinya. Diantara waktu tersebut harus adawaktu untuk istirahat
(santai) guna melemaskan otot-otot.
b. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda.
Termasuk
menjauhi asap rokok dari orang lain.minuman kopi dan minuman soda dapat
mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi.
3. Obat-obatan
Pemakaian
obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter,
terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh
terhadap laktasi.
4. keluhan lain
Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi /mulut, infeksi lainya.
5. Hygiene personal dan lingkungan.
Kebersihan
diri dan pakaian yang nyaman perlu mendapat perhatian untuk menjaga
kesehatan .pilihlah pakaian yang longgar ,ringan dan mudah menyerap
keringat.
6. Pendukung
Sebaiknya
selama 3 bulan terakhir kehamilan, seorang ibu telah menentukan dokter
yang akan mengawasinya persalinan anaknya. Kerjasama antara tenaga
penolong persalinan dan dokter anak juga harus di bina.
Perawatan Payudara
Demi
keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara
teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak
produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara
tetap baik setelah menyusui.
Pada
umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran
payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan tampak jelas di
permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta
melebar. kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan
menonjol.
Perawatan Payudara antara lain :
1. Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran
yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.
2. Latihan otot-otot yang menopang payudara.
3. Hygiene payudara
Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan ,khususnya daerah papila dan aerola
pada
saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni.untuk
menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang
dihasilkan kelenjar Montgomery.Areola dan papila yang kering akan
memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.
2.6. Keunggulan dan Manfaat Asi
ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan.
Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :
1. ASI praktis, ekonomis,dan hygienis.
2. Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
3. Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu
yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.
4. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
5. Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripadea bayi yang
mendapat susu formula buatan.
6. Mengandung imunoglobulin
7. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
Manfaat Asi Untuk Bayi
1. Nutrisi yang sesuai untuk bayi
2. Mengandung zat protektif
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
5. Mengurangi kejadian karies dentis
6. Mengurangi kejadian maloklusi
Manfaat Asi Untuk Ibu
1. Aspek kesehatan ibu
Isapan
bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis.Oksitosin membantu involusi dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan
2. Aspek keluarga berencana
Menyusui
secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.Ditemukan rerata
jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan,sedangkan yang tidak
menyusui 11 bulan
3. Aspek psikologi
Keuntungan
menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,tetapi juga untuk ibu. Ibu
akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia
Manfaat Asi Untuk Keluarga
1. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu beli,sehingga dana yang seharusnya digunakanunuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain
2. Aspek psikologi
Kebahagiaan
keluarga bertambah,karena kelahiran lebih jarang,sehingga suasana
kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga
3. Aspek kemudahan
Menyusui
sangat praktis,karena dapat diberikan dimana saja.keluarga tidak erlu
repo menyiapkan air masak,botol dan dot yang harus selalu di bersihkan
Manfaat Asi Untuk Negara
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI mnjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian menurun.
2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi
untuk rumah sakit berkurang,karena rawat gabung akan meperpendek lama
rawat inap ibu dan bayi,serta mengurangi biaya yang di perlukan untuk
perawatan anak sakit
3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
Jika semua ibu menyusui,maka pengeluaran devisa yang seharusnya di pergunakan untuk membeli susu formula dapat di tabung sebagai kekayaan nasional.
4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kulitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
Kerugian Air Susu Buatan/Formula
Air susu buatan/formula mempunyai beberapa kerugian yaitu:
1.pengenceran yang salah
Pengenceran
yang salah dapat diartikan 2 hal yaitu melarutkan susu formula lebih
encer dari seharus nya atau lebih pekat dari seharus nya.keduanya akan
menimbulkan masalah pada bayi dan anak.penyebabnya adalah anturan yang
tertera pada label kaleng susu formula tidak dapat di mengerti oleh
ibu-ibu.
2.kontaminasi mikroorganisme
Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen.
3.Menyebabkan alergi
Kejadian
alergi susu sapi bukannya tidak jarang, prevalensinya dilaporkan antara
0,5 -1 %. Tetapi tidak banyak petugas kesehatan yang menyadari.
4.Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis
Ada
dugaan bahwa diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada anak yang
minum susu sapi.Diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi pada diare
akut menyebabkan terjadinya akut menyebabkan terjadinya diare kronis
melalui mekanisme peningkatan absorsi antigen melalui mukosa yang rusak
yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi dan dan
terjadi enteropati yang akhirnya akan memperberat kerusakan mukosa.
5.Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah
Saat
ini banyak susu formula yang beredar dipasaran.Ada diantaranya yang
digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu.
6.Tidak Mempunyai manfaat ASI
Dari
uraian manfaat ASI di atas dapatlah dikatakan bahwa kekurangan lain
dari susu formula adalah, bahwa susu formula tidak mempunyai manfaat
seperti halnya ASI. Jadi air susu buatan/formula:
§ Nutriennya tidak sesempurna ASI
§ Tidak mengandungzat protektif
§ Mudah menimbulkan alergi
§ Lebih mudah menimbulkan karies dentis
§ Lebih mudah menimbulkan maloklusi
§ Kurang menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan
§ Tidak merangsang involusi rahim
§ Tidak berefek menjarangkan kehamilan
§ Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae
§ Tidak praktis
§ Tidak ekonomis
§ Bagi negara menambahkan beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak.
2.7 Langkah-langkah Menyusui yang Baik dan Benar
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :
1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu
yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas
air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus.
Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan
sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang
menggendong bayi.
2. Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum
menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum
menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga
keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola.
Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua
payudara.
3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“),
jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap
2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara
kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit.
Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. Periksa
ASI sampai payudara terasa kosong.
4.
Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi.
Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini
berguna untuk mencegah lecet.
5.
Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.
Bila
terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu
tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum
diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit.
Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet
tersebut yang tentunya harus dihindari.
Keadaan
engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang
elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan
handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi
ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan.
Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar ,maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut.
- Bayi tampak tenang
- Badan bayi menempel pada perut ibu.
- Mulut bayi terbuka lebar.
- Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
- Sebagian areaola masuk kedalam mulut bayi,areola bawah lebih banyak masuk.
- Bayi nampak menghisap dengan ritmen perlahan-lahan.
- Puting susu tidak terasa nyeri.
- Telinga dan lengan bayi terletak pada stu garis lurus.
- Kepala bayi agak menengandah.
BAB III
PENUTUP
|
3.1 Kesimpulan
Menyusui
adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di
bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya
dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui
yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga
menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan.
Penggunaan
ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan
gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota
masyarakat para ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya
indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu
mempelajarinya.bukan pada ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan
tetapi juga ibu – ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.
Peranan
petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan
mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan
dan persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan
bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan ibu.Dukungan
tenaga kesehatan ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI
disamping dukungan keluarga dan lingkungan.
3.2 Saran
Dengan
mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi
diharapkan setiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI
secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon
sumber daya manusia yang berkualitas.
FISIOLOGI LAKTASI
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Laktasi
adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari
diklus reproduksi mamalia termasuk manusia.
Laktasi
bukan merupakan metode kontrasepsi yang dapat diandalkan. Ironinya,
banyak wanita yang tidak menyadari hal ini, dan masih banyak ibu-ibu
yang baru melahirkan yang tidak mendapat informasi maupun konseling
mengenai keluarga berencana.
I.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membantu ibu dalam pemberian ASI kepada anak selama anak masih menyusui.
1.2.2 Tujuan Khusus
Membantu ibu untuk mengetahui cara memproduksi ASI yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI.
2.2. Fisiologi Laktasi
Pada
masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara
bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat
memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI
dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan
ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin
membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae
dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara
semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin
tampak, dan areola mammae makin hitam Pada kehamilan lima bulan lebih,
kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut
kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari
plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan
tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi
pengaruhnya di hambat oleh estrogen.
Pada
seorang wanita menyusui ( laktasi ) kedua dan selanjutnya cenderung
lebih baik dari pada yang pertama, menunjukan bahwa seperti halnya pada
semua fungsi reproduksi, di perlukan “trial runs” ( latihan) sebelum
mencapai kemampuan yang optimal. Pada umumnya wanita yang lebih muda
kemampuanya lebih baik dari pada yang tua.
2.3. Produksi Asi
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika
mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI.
Selama
kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI.Hari pertama setelah persalinan
seringkali payudara ibu terasa kosong.air susu yang pertama kali
dikeluarkan terasa sedikit disebut susu jolong/ kolostrum berwarna
kekuningan.kolostrum mengandung sel darah putih dan protein
imunoglobulin pembunuh kuman.kolostrum dianggap sebagai imunisasi
pertama yang diterima bayi baru lahir.
Hormon dan Refleks yang berperan menghasilkan ASI
ASI
dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks.Pada kehamilan
terjadi perubahan hormon untuk mempersiapkan produksi ASI.setelah
persalinan perubahan hormon membuat payudara menghasilkan ASI.
Hormon-hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah sebagai berikut.
- Hormon prolaktin: hormon produksi ASI dihasilkan oleh kelenjar hipofise didasar otak yang membuat sel kelenjar payudara menghasilkan ASI.Hormon ini mempunyai efek penting dalam menekan fungsi indung telur sehingga memperlambat kesuburan atau haid.
- Hormon oksitosin: hormon pengeluaran ASI dihasilkan dari bagian belakang hipofise hormon ini membuat otot – otot mengkerut dan memeras ASI keluar.
- Hormon progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.Kadar progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan.hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.
- Hormon estrogen: Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.Kadar estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
Human
placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan
payudara,puting,dan areola sebelum melahirkn.Pada bulan kelima dan
keenam kehamilan,payudara siap memproduksi ASI.
Proses pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut ini.
1. Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan,payudara wanita memasuki fase laktogenesis
1.saat itu payudara memproduksi kolostrum,yaitu berupa cairan kental
yang kekuningan.
2. Laktogenesis II
Saat melahirkan,keluarnya plasenta menyebabkan turunnya hormon
progesteron,dan HPL secara tiba-tiba,namun hormo prolaktin tetap
tinggi.hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang di kenal
dengan fase laktogenesis II.Apabila payudara di rangsang, jumlah
prolaktin dalam darah akan meningkan dan mencapai puncaknya dalam
periode 45 menit, kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian.
3. Laktogenesis III
Sistem
control hormone endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan.Ketika produksi ASI mulai
stabil,sistem kontrol otokrin dimulai.Pada tahap ini apabila ASI banyak
dikeluarkan maka payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.
Dengan demikian ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa
banyak bayi menghisap serta seberapa sering payudara di kosongkan.
2.4 Proses Produksi Air Susu
1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke hipotalamus
2. ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin
3. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara
Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi
Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui.
Refelks yang terjadi pada ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap putting susu diantaranya:
- Refleks Prolaktin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalh menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
- Refleks Oksitosin (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu. ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks
oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya
perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi
kadang-kadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan
refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu.
ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa
muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto
bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks
oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan
menghentikan perdarahan persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya:
- Rooting Refleks, bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
- Sucking Refleks, atau refleks menghisap. refleks ini terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi.
- Swallowing Refleks,bila mulut bayiterisi ASI ,maka ia akan menelannya.
Produksi ASI dapat meningkat atau
menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada
minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
antara lain :
1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan
menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice
(1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1
bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang
mengakibatkan perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat
formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi
dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
hari pertama setelah lahir. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur
kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan
bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI
lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur.
Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Stres dan Penyakit Akut
Ibu
yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi
produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit
infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi
dapat mempengaruhi produksi ASI.
5.. Konsumsi Rokok
Merokok
dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi
Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara merokok
dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung.
Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu
perokok yang masih
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21 setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
7. Konsumsi Alkohol
Meskipun
minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa
lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain
etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat
penyusuan merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol
0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62%
dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32%
dari normal (Matheson, 1989).
8. Pil Kontrasepsi
Penggunaan
pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986
dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral
Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi.
Ada
dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan
bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat
badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya
produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI
maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel
secretory payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis
oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3) ditransfer secara
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
langsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein, karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999).
Aspek
gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik
pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi.
Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak
positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan
gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak
berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu
atau jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor
fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan tidak
langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu penyusuan,
status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non
fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol
(Matheson, 1989).
2.5. Persiapan Laktasi Sejak Dini
Persiapan
menyusui perlu dilakukan seawal mungkin pada setiap wanita hamil dan
para ibu hendaknya mengetahui upaya-upaya yang seharusnya dilakukan
untuk meningkatkan pemberian ASI/ menyusui.
Klinik Antenatal
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal bagi ibu hamil adalah :
1. Gizi
ibu hamil, dari konsumsi zat gizi yang masuk kedalam tubuh serta
cadangan yang ada pada wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk
aktivitas dan metabolisme tubuh ibu, dan proses pembentukan ASI, nilai
kalori serta zat gizi dari ASI itu sendiri.
2. Perilaku ibu hamil
a. Kecukupan istirahat
Wanita
hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari, kegiatan dan gerakannya
sehari hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental yang terjadi
pada dirinya. Diantara waktu tersebut harus adawaktu untuk istirahat
(santai) guna melemaskan otot-otot.
b. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda.
Termasuk
menjauhi asap rokok dari orang lain.minuman kopi dan minuman soda dapat
mengurangi kemampuan usus untuk menyerap kalsium dan zat besi.
3. Obat-obatan
Pemakaian
obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter,
terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak berpengaruh
terhadap laktasi.
4. keluhan lain
Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi /mulut, infeksi lainya.
5. Hygiene personal dan lingkungan.
Kebersihan
diri dan pakaian yang nyaman perlu mendapat perhatian untuk menjaga
kesehatan .pilihlah pakaian yang longgar ,ringan dan mudah menyerap
keringat.
6. Pendukung
Sebaiknya
selama 3 bulan terakhir kehamilan, seorang ibu telah menentukan dokter
yang akan mengawasinya persalinan anaknya. Kerjasama antara tenaga
penolong persalinan dan dokter anak juga harus di bina.
Perawatan Payudara
Demi
keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini secara
teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak
produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara
tetap baik setelah menyusui.
Pada
umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan mengalami pembesaran
payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan tampak jelas di
permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang bertambah serta
melebar. kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih nyata dan
menonjol.
Perawatan Payudara antara lain :
1. Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang tepat dan ukuran
yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.
2. Latihan otot-otot yang menopang payudara.
3. Hygiene payudara
Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan ,khususnya daerah papila dan aerola
pada
saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di sabuni.untuk
menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir pelumas yang
dihasilkan kelenjar Montgomery.Areola dan papila yang kering akan
memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.
2.6. Keunggulan dan Manfaat Asi
ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan.
Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :
1. ASI praktis, ekonomis,dan hygienis.
2. Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
3. Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas bakteri dan suhu
yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.
4. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.
5. Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit daripadea bayi yang
mendapat susu formula buatan.
6. Mengandung imunoglobulin
7. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.
Manfaat Asi Untuk Bayi
1. Nutrisi yang sesuai untuk bayi
2. Mengandung zat protektif
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan
4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik
5. Mengurangi kejadian karies dentis
6. Mengurangi kejadian maloklusi
Manfaat Asi Untuk Ibu
1. Aspek kesehatan ibu
Isapan
bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis.Oksitosin membantu involusi dan mencegah terjadinya
perdarahan pasca persalinan
2. Aspek keluarga berencana
Menyusui
secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan.Ditemukan rerata
jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan,sedangkan yang tidak
menyusui 11 bulan
3. Aspek psikologi
Keuntungan
menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,tetapi juga untuk ibu. Ibu
akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia
Manfaat Asi Untuk Keluarga
1. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu beli,sehingga dana yang seharusnya digunakanunuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain
2. Aspek psikologi
Kebahagiaan
keluarga bertambah,karena kelahiran lebih jarang,sehingga suasana
kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga
3. Aspek kemudahan
Menyusui
sangat praktis,karena dapat diberikan dimana saja.keluarga tidak erlu
repo menyiapkan air masak,botol dan dot yang harus selalu di bersihkan
Manfaat Asi Untuk Negara
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI mnjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian menurun.
2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi
untuk rumah sakit berkurang,karena rawat gabung akan meperpendek lama
rawat inap ibu dan bayi,serta mengurangi biaya yang di perlukan untuk
perawatan anak sakit
3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
Jika
semua ibu menyusui,maka pengeluaran devisa yang seharusnya di
pergunakan untuk membeli susu formula dapat di tabung sebagai kekayaan
nasional.
4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kulitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
Kerugian Air Susu Buatan/Formula
Air susu buatan/formula mempunyai beberapa kerugian yaitu:
1.pengenceran yang salah
Pengenceran yang salah dapat diartikan 2 hal yaitu melarutkan susu
formula lebih encer dari seharus nya atau lebih pekat dari seharus
nya.keduanya akan menimbulkan masalah pada bayi dan anak.penyebabnya
adalah anturan yang tertera pada label kaleng susu formula tidak dapat
di mengerti oleh ibu-ibu.
2.kontaminasi mikroorganisme
Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen.
3.Menyebabkan alergi
Kejadian alergi susu sapi bukannya tidak jarang, prevalensinya
dilaporkan antara 0,5 -1 %. Tetapi tidak banyak petugas kesehatan yang
menyadari.
4.Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis
Ada dugaan bahwa diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada anak
yang minum susu sapi.Diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi pada
diare akut menyebabkan terjadinya akut menyebabkan terjadinya diare
kronis melalui mekanisme peningkatan absorsi antigen melalui mukosa yang
rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi
dan dan terjadi enteropati yang akhirnya akan memperberat kerusakan
mukosa.
5.Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah
Saat ini banyak susu formula yang beredar dipasaran.Ada diantaranya
yang digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu.
6.Tidak Mempunyai manfaat ASI
Dari uraian manfaat ASI di atas dapatlah dikatakan bahwa kekurangan
lain dari susu formula adalah, bahwa susu formula tidak mempunyai
manfaat seperti halnya ASI. Jadi air susu buatan/formula:
§ Nutriennya tidak sesempurna ASI
§ Tidak mengandungzat protektif
§ Mudah menimbulkan alergi
§ Lebih mudah menimbulkan karies dentis
§ Lebih mudah menimbulkan maloklusi
§ Kurang menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan
§ Tidak merangsang involusi rahim
§ Tidak berefek menjarangkan kehamilan
§ Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae
§ Tidak praktis
§ Tidak ekonomis
§ Bagi negara menambahkan beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak.
2.7 Langkah-langkah Menyusui yang Baik dan Benar
Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :
1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui
Ibu
yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu minum segelas
air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan lapar dan haus.
Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti kursi dengan
sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk menopang tangan yang
menggendong bayi.
2. Hygiene personal ibu menyusui
Sebelum
menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci bersih. Sebelum
menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga
keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting dan areola.
Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH dari kedua
payudara.
3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“),
jangan dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap
2-3 jam sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara
kiri dan kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit.
Mulailah dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya. Periksa
ASI sampai payudara terasa kosong.
4.
Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui tadi.
Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah ini
berguna untuk mencegah lecet.
5.
Membuat bayi bersendawa setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk
mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah.
Bila
terjadi keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu
tetep menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum
diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit.
Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet
tersebut yang tentunya harus dihindari.
Keadaan
engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi pada payudara yang
elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres payudara dengan
handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan masase dari tepi
ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi disusukan.
Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar ,maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut.
Ø Bayi tampak tenang
Ø Badan bayi menempel pada perut ibu.
Ø Mulut bayi terbuka lebar.
Ø Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
Ø Sebagian areaola masuk kedalam mulut bayi,areola bawah lebih banyak masuk.
Ø Bayi nampak menghisap dengan ritmen perlahan-lahan.
Ø Puting susu tidak terasa nyeri.
Ø Telinga dan lengan bayi terletak pada stu garis lurus.
Ø Kepala bayi agak menengandah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menyusui
adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di
bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan
ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya
dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui
yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga
menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan.
Penggunaan
ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan
gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota
masyarakat para ibu sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya
indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu
mempelajarinya.bukan pada ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan
tetapi juga ibu – ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.
Peranan
petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan
mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan
dan persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan
bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan ibu.Dukungan
tenaga kesehatan ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI
disamping dukungan keluarga dan lingkungan.
3.2 Saran
Dengan
mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi
diharapkan setiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI
secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon
sumber daya manusia yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar