BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun yang melatarbelakangi makalah ini yang
membahas mengenai “ Atonia Uteri” adalah agar kita dapat mengetahui apa itu
atonia uteri dan bagaimana cara penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini
dibuat agar mahasiswa lebih memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan
cara penanganan atonia uteri.
B. Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan tentang pengertian atonia
uteri
2.
Menjelaskan factor penyebab terjadinya
atonia uteri
3.
Menjelaskan cara penanganan atau
penatalaksanaan atonia uteri
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui dan memahami tentang atonia
uteri
2.
Menambah pengetahuan tentang atonia
uteri
3.
Dapat mengetahui mengenai pengertian,
etiologi, factor penyebab, dan juga penatalaksanaan atonia uteri.
BAB II
ISI
A. Landasan Teori Persalinan Dengan
Atonia Uteri
Perdarahan Post Partum
adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri
menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam
24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).
Atonia Uteri adalah
suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi
maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (Apri, 2007).
Atonia uteri (relaksasi
otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan
Normal, Depkes Jakarta ; 2002).
B.
Faktor Penyebab Terjadinya Atonia Uteri
Beberapa faktor
Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan
oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1.
Uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan, diantaranya :
·
Jumlah air ketuban yang berlebihan
(Polihidramnion)
·
Kehamilan gemelli
·
Janin besar (makrosomia)
2.
Kala
satu atau kala 2 memanjang
3.
Persalinan cepat (partus presipitatus)
4.
Persalinan yang diinduksi atau
dipercepat dengan oksitosin
5.
Infeksi intrapartum
6.
Multiparitas tinggi
Atonia Uteri juga dapat
timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan
mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum
terlepas dari uterus.
Menurut
Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia
Uteri adalah :
1.
Umur
: umur yang terlalu muda atau tua
2.
Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara
3.
Obstetri
operatif dan narkosa
4.
Uterus
terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
5.
Kelainan
pada uterus seperti mioma uteri
6.
Faktor
sosio ekonomi yaitu malnutrisi
C.
Manifestasi Klinis
1.
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
2.
Perdarahan segera setelah anak lahir
(post partum primer)
D. Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian
oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum
lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan
utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan
tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
ergometrin. Pemberian oksitosin
paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus
dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu
pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150
cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang
diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum
dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai
waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada
membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada
pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata
lebih efektif dibanding oksitosin.
E. Penatalaksanaan Atonia Uteri
1.
Masase
Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
2.
Pemijatan
merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.
3.
Bersihkan bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang serviks.
4.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam
vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
5.
Pastikan bahwa kantung kemih kosong
Kandung
kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
6.
Hentikan
perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit
v Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan
kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.
v Periksa vagina dan serviks, jika ada
selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri langsung bersihkan, mungkin
hal ini yang menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
v Kepalkan tangan dalam dan tempatkan
pada forniks anterior tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang
menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang.
v Tekan kuat uterus diantara kedua
tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah
yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
myometrium untuk berkontraksi.
v Evaluasi keberhasilan :
a. Jika uterus berkontraksi dan
perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina dan pantau kondisi ibu secara
ketat selama kala IV.
b. Jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan terus berlangsung, periksa ulang perenium, vagina, dan seviks, apakah
terjadi laserasi.Jika demikian,segera lakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan.
7.
Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan
kompresi bimanul eksternal :
v Letakkan satu tangan pada dinding
abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis pubis.
v Letakkan tangan lain pada dinding
abdomen dan dinding belakang korpus uteri ,sejajar dengan dinding depan korpus
uteri.Usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
v Lakukan kompresi uterus dengan cara
saling mendekatkan tangan depan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
myometrium dapat dijepit secara manul.Cara ini dapat menjepit pembuluh darah
uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.
8.
Kompresi
aorta abdominalis
v Raba arteri femoralis dengan ujung
jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan kemudian
tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai
kolumna vertebralis, penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat
mengurangi denyut arteri pemoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan
perdarahan yang terjadi.
9.
Berikan
ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600 -1000 mcg per rectal.Jangan berikan
ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karna ergometrin dapat menaikkan
tekanan darah.
10.
Pasang
infuse dengan jarum ukuran 16 atau 18, berikan infuse RL 500 + 20 unit
oksitosin guyur dalam waktu 10 menit.
11.
Pakai
sarung tangan steril dan ulangi KBI.
12.
Jika
uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV Dan
jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu
dan dampingi ibu ketempat rujukan.
13.
Lanjutkan
infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc / jam hingga tiba ditempat rujukan
atau menghabiskan 1,5 liter infus.Kemudian berikan 125 cc / jam. Jika tidak
tersedia cairan yang cukup , berikan 55cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan
minum untuk rehidrasi.
Atonia uteri merupakan
penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling
sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan
mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri
terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum
secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta.
Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak
berkontraksi.
F. Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)
1.
Resusitasi
Apabila
terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
2. Masase
dan kompresi bimanual
Masase
dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan
perdarahan.
Pemijatan fundus
uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)
Ä Jika uterus berkontraksi
Evaluasi,
jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah
perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera
Ä Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari
vagina & lobang serviks
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5
menit.
·
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI
selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan
pantau kala empat dengan ketat.
·
Jika uterus tidak
berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual
eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan
diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18
dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat
mungkin; Ulangi KBI
·
Jika uterus berkontraksi, pantau ibu
dengan seksama selama kala empat
Jika uterus tidak
berkontraksi maka rujuk segera
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi
oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang
efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya
reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin
dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus
dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan
oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat
sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi
cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot
alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM.
Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis
maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan
(IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme
perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini
tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog
15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat
diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous,
intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat
diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal
dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g).
Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan
efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi
dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem
termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan,
berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini
menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan
pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik.
Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat
hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif
untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka
kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh
atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk
mengatasi perdarahan masif yang terjadi.
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN
KEBIDANAN
PADA IBU BERSALIN
( I N C )
I.
Pengkajian
A. IDENTITAS
Nama :
Ny. I Nama
Suami : Tn. R
Umur :
26 tahun Umur : 29 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan :
SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :
Jl. Bandar setia Alamat : Jl. Bandar setia
B. ANAMNESA
Pada tanggal :
15-10-2011 Pukul : 06.00 Wib
1)
Keluhan
utama :
Keluar lendir bercampur darah disertai nyeri abdomen yang
menjalar sampai ke pinggang
2) Riwayat
Kehamilan ini
G6 P5 Ab0
2.1 Riwayat
menstruasi
HPHT : 09-01-2011
TTP : 16-10-2011
Menarche : 12 tahun
Lamanya : 7 Hari
Banyaknya : 2-3 x ganti doek
Konsistensi
: Encer
Dismenorhoe:
tidak Ada
Siklus
: 28 hari
2.2
Pergerakan fetus dirasakan
pertama kali :
- Umur
kehamilan 16 minggu
Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : Ada, >20 kali
dalam sehari
2.3
Keluhan
yang dirasakan pada kehamilan ini
-
Rasa
Lelah : Ada
-
Mual
dan muntah yang lama : tidak Ada
-
Nyeri
perut :
Tidak ada
-
Panas
menggigil :
Tidak ada
-
Lain-lain : Tidak
ada
2.4 Tanda-tanda persalinan
Kontraksi :
Ada, sejak pukul 10.00 Wib
Kekuatan :
Adekuat
Frekuensi :
4 x dalam 10 menit
Lamanya : 20
detik
Pengeluaran
pervaginam
Lendir campur darah :
Ada
Warna :
Merah jambu
Riwayat imunisasi
TT 2 x à TT I : 20-06-2011
TT
II : 20-07-2011
Pola Eliminasi :
BAB : 1 x /hari
BAK : 10 x sehari
Pola makan dan minum : Teratur
Pola tidur :
Malam
: 8 – 9 jam
Siang
: 1 – 2 jam
3)
Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No
|
Tgl/Thn Persalinan
|
Tempat Pertolongan
|
Umur Kehamilan
|
Jenis Persalinan
|
Penolong
|
Penyakit Lainnya
|
Anak
|
|||
JK
|
BB
|
PB
|
Keadaan
|
|||||||
1
|
06-7-2001
|
Klinik
|
Aterem
|
Normal
|
Bidan
|
-
|
Lk
|
2900
|
45
|
Baik
|
2
|
20-8-2003
|
Klinik
|
Aterem
|
Normal
|
Bidan
|
-
|
Pr
|
3000
|
45
|
Baik
|
3
|
19-2-2005
|
Klinik
|
Aterem
|
Normal
|
Bidan
|
-
|
Pr
|
3100
|
43
|
Baik
|
4
|
24-6-2007
|
Klinik
|
Aterem
|
Normal
|
Bidan
|
-
|
Lk
|
2800
|
43
|
Baik
|
5
|
13-5-2009
|
Klinik
|
Aterem
|
Normal
|
Bidan
|
-
|
Pr
|
3000
|
45
|
Baik
|
6
|
H
|
A
|
M
|
I
|
L
|
|
I
|
N
|
I
|
|
C. PEMERIKSAAN UMUM
1) Keadaan
umum : Baik
Kesadaran : CM
Keadaan
emosional : Stabil
2) Tanda
vital
TD : 120/80 mmHg
Temp. : 36 0C
Pols : 80 x/i
RR : 20 x/i
TB : 154 cm
BB : 58 Kg
D. PEMERIKSAAN FISIK
1) Muka
Kelopak
mata : Tidak ada oedema
Refleks : (+)
Konjungtiva : Merah jambu
Sklera : Tidak ikterus
2)
Mulut
dan gigi : Lidah dan geraham : Bersih, tidak stomatitis
Gigi : Tidak ada caries
3) Kel.
Thyroid à Pembesaran : Tidak ada
4)
Kel.
Getah bening à Pembesaran : Tidak ada
5) Dada
Jantung : Tidak ada kelainan
Payudara à Pembesaran :
Ka/Ki
Putting susu :
Menonjol Ki/Ka
Simetris :
Ya
Benjolan :
Tidak ada
Pengeluaran :
Ada Colostrum
Rasa
nyeri : Tidak ada
6) Punggung
dan pinggang
Posisi
tulang belakang : Lordosis
Pinggang : Tidak ada kelainan
7) Ekstremitas
atas dan bawah : Oedema : Tidak
ada
Kekakuan
otot dan sendi : Tidak ada
Kemerahan :
Tidak ada
Varices : Tidak ada
Refleks : Ada, Ki/Ka
8)
Abdomen
Bekas luka operasi :
Tidak ada
Konsistensi :
Keras
Pembesaran hati :
Tidak ada
Strie :
Alba
Linea :
Garis kehitaman (Nigra)
Kandung
kemih : Kosong
E. PEMERIKSAAN KEBIDANAN
1) Palpasi
uterus
TFU : 32 cm
Kontraksi : Ada
Fetus : Letak : Membujur
Posisi :
LBK
Pergerakan :
Ada
TBBJ :
(32-11) x 155 = 3255 gr
2) Auskultasi
Djj :
136 x/i.
Frekuensi :
(11+12+11) x 4 = 136 x/i, teratur
Punctum max :
Kuadran kanan bawah pusat
3) Ano-genital
(Inspeksi)
Perineum : Menonjol
Vulva à Warna :
Merah
Luka : Tidak ada
Vistula : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Pengeluaran
pervaginam : Ada
Warna :
Merah kecoklatan
Konsistensi : Encer Jumlah:
10 cc/1x ganti doek
Kelenjar
Bartholini à Pembengkakan : Tidak ada
Anus à Haemorhoid : Tidak ada
4) Pemeriksaan
dalam, atas indikasi : inpartu Pukul : 07.30 Wib
Pembukaan : 5 cm
Serviks : Tidak teraba
Penurunan
kepala : 3/5
Ketuban : Utuh
Posisi
Portio : Tidak teraba
Posisi : LBK
5) Panggul
Luar :
Distancia Spinarum kanan dan kiri : 26 cm
Distancia Kristarum kanan dan kiri : 28 cm
Konjugata eksterna :
20 cm
Lingkar panggul :
90 cm
6) Pemeriksaan
laboratorium
Darah : Hb :
12 gr%
Urine : Protein :
Tidak dilakukan
Glukosa : Tidak dilakukan
II.
IDENTIFIKASI
DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Diagnosa : Ibu inpartu kala I fase aktif, G : 6, P : 5, Ab
: 0, Usia kehamilan 39 minggu 1 hari, KDR, Janin hidup, Tunggal, Presentase
kepala, Pu-Ka.
Data Dasar :- Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, Belum
pernah melahirkan dan tidak pernah keguguran.
-
HPHT :
09-01-2011
-
TTP :
16-10-2011
-
TFU :
32 cm
-
Teraba
hanya 1 bagian yang panjang dan memapan. 1 bagian yang bulat dan lembek serta 1
bagian yang bulat, keras dan melenting.
-
Bagian
yang panjang dan Memapan dibagian kiri rahim/ perut ibu.
-
Bagian
terbawah janin adalah bulat, keras dan melenting (kepala).
-
Punctum
maximum kuadran kanan bawah pusat
Djj :
136 x/menit
-
VT :
Pembukaan : 5 cm
Penurunan kepala : Hodge III
Ketuban :
Utuh
- His : 4 x / 10 Menit, Durasi
: 40 detik.
Masalah : Nyeri pada daerah pinggang yang menjalar
sampai ke pinggang
Data Dasar : - Adanya his 4 x dalam 10 menit
-
Ibu
meringis
kesakitan
-
Ibu tampak gelisah
Kebutuhan : - Informasi hasil pemeriksaan
- Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
- Support Mental
III.
ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
Tidak
ada
IV.
TINDAKAN
SEGERA
·
Beri oksitosin pada ibu
·
Pimpin persalinan
·
Lahirkan bayi
V.
PERENCANAAN
-
Berikan
informasi tentang keadan ibu dan hasil pemeriksaan
-
Berikan support mental pada ibu
-
Berikan
cairan dan nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan ibu
-
Monitoring keadaan ibu dan janin
-
Lakukan persiapan alat persalinan
-
Ajarkan pada ibu cara meneran
VI.
PELAKSANAAN
Pukul
: 07.30 Wib
1. Menginformasikan
keadaan ibu dan hasil pemeriksaan, ibu sudah menandakan akan bersalin dengan
pembukaan 5 cm, ketuban belum pecah, janin baik.
Vital
sign :
TD : 120/80 mmHg
Pols : 80 x/menit
RR : 20
x/menit
Temp : 36 0C
2.
Memberikan
support mental untuk meyakinkan ibu bahwa proses persalinan akan berjalan
normal
3.
Memberikan
cairan dan nutrisi yang cukup dengan memberi teh manis sebanyak 200 cc sesuai
kebutuhan ibu
4.
Menganjurkan
kepada ibu cara mengedan dengan cara menarik nafas panjang dan dibatukkan
5.
Memonitor
keadaan umum ibu dan janin dengan menggunakan partograf.
6. Menyiapkan
persiapan alat-alat persalinan
-
BAK
INSTRUMEN, berisi :
a.
Partus
Set
A 2
pasang handscone
A 2
pasang arteri klem
A 1
buah gunting tali pusat
A 1
benang tali pusat
A 1
buah ½ koher
A 1
buah alas bokong steril
A Kain
kassa steril secukupnya
b.
Heacting
Set
A 1
pasang handscone
A 1
buah nald powder
A 1
buah nald hecting
A 1
buah pinset anatomis
A 1
buah pinset Cirurguis
A Benang
cut gut
A Kain
kassa steril secukupnya
c.
Emergency
Set
A Kateter
nelaton
A Slim
secher
A Gunting
episiotomi
-
PERLENGKAPAN IBU,BAYI DAN PENOLONG:
A Kaca
mata
A Masker
A Penutup
kepala
A Celemek
A Under
head
A Handuk
ibu
A Gurita,
baju & popok bayi
A Kain
bedong bayi
A Sarung
A Baju
ibu
A Doek
A Celana
dalam ibu
-
PERSIAPAN
OBAT-OBATAN, yaitu :
A Oxitosin
10 UI
A Lidocain
10%
A Infus
set
A Spuit
3 dan 10 cc
A Kapas
alkohol pada tempatnya
-
ALAT-ALAT NON STERIL, yaitu :
A Nierbekken
A Korentang
dalam tempatnya
A Kom
berisi kapas cebok
A Kom
berisi chlorin 0,5%
A Kom
berisi larutan DTT
A Piring
plasenta
A Sarung
tangan rumah tangga
A Semprot
chlorin 0,1%
A Pispot
A Tempat
sampah basah
A Tempat
sampah kering
A Tempat
sampah tajam
A Monoral
A Washlap
A Sepatu
boot
A Handuk
good morning
A Stetoskop
A Tensi
meter
A Temperatur
VII.
EVALUASI
Pukul
: 07.50 Wib
1. Keadaan
umum ibu baik dengan vital sign :
TD : 120/80 mmHg
Pols : 80x/menit
RR : 20x/menit
Temp : 36 0C
2.
Keadaan janin baik dengan DJJ 136 x/menit
3.
Kemajuan
persalinan his kuat 4 x /10 menit
4. Kebutuhan
nutrisi ibu telah terpenuhi
5.
Alat-alat
persalinan ibu telah terpenuhi
6.
Alat-alat
persalinan ibu telah disediakan
7. Adanya
perasaan ingin meneran
8. Hasil
monitor terlampir dalam partograf
DATA
PERKEMBANGAN KALA II
Pukul : 10.00 Wib
I.
PENGKAJIAN
Data Subjektif :
- Ibu
mengatakan ingin BAB
- Ibu
mengeluh mules semakin kuat
Data Objektif
-
His kuat 5x/10 menit dengan durasi 45 detik
- Tekanan
anus
- Perineum
menonjol
- Vulva
membuka
- Pembukaan
lengkap
- Portio
tidak teraba lagi
- Penurunan
kepala 0/5
- Posisi
UUK kanan depan
II.
IDENTIFIKASI
DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Diagnosa : Ibu
inpartu kala II
Data Dasar : - His ada, frekuensi 5x/10
menit
-
VT :
·
Pembukaan serviks 10 cm
·
Portio tidak teraba lagi
·
Tekanan pada anus
·
Perineum menonjol
·
Vulva membuka
·
Ketuban dipecahkan, warna jernih
Masalah : Ibu mengatakan adanya rasa nyeri, yang
bertambah hebat dan menetap yang menjalar dari pinggang ke perut
Data Dasar : Ibu merasa kesakitan
Kebutuhan : Pimpin persalinan yang bersih dan aman
III.
ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
Tidak
ada
IV.
TINDAKAN
SEGERA
Asuhan
Persalinan Normal
V.
PERENCANAAN
Pukul : 10.15 Wib
-
Informasikan pada ibu tentang hasil
pemeriksaan
-
Persiapan penolong dan pastikan
pembukaan lengkap
-
Persiapan pertolongan persalinan pada ibu serta pimpinan untuk mengedan
-
Setelah bayi lahir nilai apgar
-
Lakukan asuhan sayang ibu
VI.
PELAKSANAAN
1)
Menginformasikan
hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu masuk kala II (pengeluaran anak) di mana
adanya tanda :
-
Dorongan meneran
-
Tekanan pada anus
-
Perineum menonjol
-
Vulva membuka
2)
Setelah
memastikan perlengkapan alat pertolongan persalinan kemudian mematahkan ampul
oxytosin dan memasukkan satu buah spuit sekali pakai ke dalam partus set.
3)
Menyiapkan
diri untuk memberikan pertolongan persalinan dengan cara :
-
Memakai barier protective
-
Memastikan
lengan dan tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan
dengan air yang mengalir dengan metode 6 langkah.
-
Memakai
sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriskaan
dalam.
-
Mengambil
alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan, isi oxytosin dan
letakkan kembali dengan partus set.
4)
Memastikan
pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
-
Membersihkan
vulva dengan menggunakan kapas DTT dengan gerakan dari vulva dengan gerakan
dari vulva ke perineum sebanyak 3 kali.
-
Melakukan
pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap, ketuban sudah pecah.
-
Bila selaput ketuban belum pecah,
lakukan pemecahan selaput ketuban.
·
Pastikan
kepala di dasar panggul, tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat.
·
Masukkan
½ kocher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan telunjuk hingga menyentuh
selaput ketuban.
·
Saat
his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari tangan kanan, membimbing ujung ½
kocher mengorek selaput ketuban sampai ketuban pecah.
·
Keluarkan
½ kocher dari vagina ibu dengan tangan kiri, masukkan kedalam ember yang
berisi/comp kosong.
·
Pertahankan
jari tangan kanan tetap dalam vagina sehingga yakin bahwa kepala turun dan
tidak teraba lagi tali pusat setelah ketuban dipecahkan.
·
Keluarkan
jari tangan kanan dari vagina
·
Mencelupkan
tangan kanan yang bersarung keadaan larutan chlorin 0,5%.
5)
Menyiapkan
pertolongan persalinan pada ibu untuk membantu proses persalinan, dengan
memberitahu pembukaan sudah berlangsung dan keadaan janin baik, meminta ibu
meneran jika ada his dan bila ia sudah merasa ingin meneran.
6)
Minta
keluarga/suami untuk menyiapkan posisi untuk meneran (pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia nyaman dan aman).
7) Pimpinan
meneran
-
Melakukan
pertolongan persalinan, pimpin meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran :
·
Kemudian
bidan membimbing ibu meneran saat ada his, ajarkan ibu untuk mengedan dengan
menarik nafas kalau menghembuskannya dari mulut agar tidak terjadi tekanan pada
rongga pernafasan ibu dan tidak terjadi asfiksia pada bayi.
·
Meminta
bantuan keluarga untuk memberi minum saat istirahat agar tidak terjadi
dehidrasi.
8) Mempersiapkan
untuk menolong kelahiran bayi
-
Saat
kepala sudah tampak dan menetap di vulva dengan diamter 5-6 cm :
·
Letakkan
handuk bayi di atas perut ibu
·
Meletakkan
underbed di bawah bokong ibu
·
Membuka
tutup bak instrumen yang berisi partus set dan kom tempat kapas suntik.
·
Memakai hand scoen
·
Memakai alas bokong segitiga
-
Lahirkan kepala
·
Saat occipito tampak di bawah simfisis,
tangan kanan melindungi perineum dengan mengalasi kain di bawah bokong ibu,
sementara tangan kiri menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi yang
terlalu cepat saat kepala lahir atau pada saat ini minta pada ibu untuk menarik
nafas pendek-pendek agar tidak terjadi ruptur perineum lahirlah UUK, UUB, dahi,
mata, hidung, mulut dan dagu.
·
Mengusapkan
kasa bersih pada mata, mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah.
·
Memeriksa
adanya lilitan tali pusat dari leher janin
·
Bidan
menunggu hingga kepala janin seleasi melakukan putar paksi luar secara spontan
lalu lakukan bipariental
-
Lahirkan bahu
·
Setelah kepala lahir dan janin melakukan
putar paki luar, posisi tangan bipariental pada kepala janin, harus secara
hati-hati ke arah bawah sampai bahu depan lahir, kemudian tarik hati-hati
sampai bahu belakang lahir.
-
Lahirkan badan dan tungkai
·
Setelah
bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin. Bagian
posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian bawha dan keempat jadi bahu
dan dada atau punggung janin.
·
Sementara
tangan kiri memegang tangan dan bahu bagian atas saat badan dan lengan lahir.
·
Setelah
badan dan lengan lahir, tangan kiri menelusuri punggung ke arah bokong dan
tungkai bawah janin, untuk memegang tungkai bawah selipkan jari tangan kiri
diantara kedua kaki bayi.
-
Penanganan bayi
·
Melakukan penilaian Apgar
-
Setelah seluruh badan bayi lahir, pegang
bayi bertumpu pada lengan tangan kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap
ke arah penolong, nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah dari badan (ekstensi) bila tali pusat terlalu
pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan.
-
Segera
mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
-
Menjepit
tali pusat diantara kedua klem menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus
ke bayi.
-
Melakukan
pengurutan tali pusat ke arah ibu dan memasang klem kedua kira-kira 2 cm dari
klem pertama.
-
Memegang
tali pusat diantara jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua
klem
-
Mengganti
pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering
-
Membungkus bayi hingga kepala
-
Berikan
bayi pada ibu untuk disusukan, kemudian kita melihat apakah ada anak kedua.
-
Kemudian
ibu disuntik Oxytosin 10 IU/IM.
VII.
EVALUASI
Pukul
: 10.15 Wib
-
Bayi lahir spontan, aterm, LBK, segera
menangis, air ketuban jernih, bayi sehat, tidak asfiksia, dan kelainan
kongenital tidak ada
-
Keadaan
umum ibu baik, ibu memasuki kala III
-
Plasenta
belum lahir, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, volume perdarahan ± 150
cc
-
Sudah
dilakukan bonding attachment, tanda-tanda hipotermi tidak ada
-
Bayi sudah disusukan oleh ibunya
-
Keadaan janin baik
BB : 3600 gr
PB : 47 cm
JK : Perempuan
DATA
PERKEMBANGAN KALA III
Pukul
: 10.20 Wib
I.
PENGKAJIAN
Data Subjektif :
-
Ibu mengeluh rasa mules
Data Objektif :
-
Keadaan umum ibu baik
Vital
Sing :
TD : 120/80 mmHg
Pols : 80 x/menit
RR : 20
x/menit
Temp : 36,5 0C
-
TFU :
Setinggi pusat
-
Tali
pusat memanjang, sedikit semburan darah, kontraksi uterus baik, uterus globuler
-
Konsistensi uterus : Keras
-
Kontraksi uterus : Adekuat
-
Perdarahan : ± 100 cc
-
Laserasi jalan lahir : Tidak ada
II.
IDENTIFIKASI
DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Diagnosa : Ibu
parturient Kala III
Data Dasar : - Tali pusat memanjang
-
Sedikit semburan darah
-
Kontraksi uterus baik
Masalah : Perut
ibu mules
Data Dasar : Ibu mengeluh perutnya
sakit
Kebutuhan : Lahirkan
plasenta
III.
ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
-
Tidak ada
IV.
TINDAKAN
SEGERA
Manajmen
aktif kala III
V.
PERENCANAAN
Pukul
: 10.20 Wib
-
Letakkan (dekatkan) piring penampung
plasenta
-
Kaji
tanda-tanda pelepasan plasenta
-
Lakukan manajemen aktif kala III
-
Massase perut ibu
-
Awasi perdarahan
VI.
PELAKSANAAN
Pukul
: 10.25 Wib
-
Meletakkan
piring penampung plasenta ke dekat ibu
-
Mengkaji tanda-tanda pelepasan plasenta
·
Tali pusat bertambah panjang
·
Adanya
semburan darah secara tiba-tiba
·
Uterus globuler
·
Konsistensi uterus keras
-
Meletakkan
tangan kiri di atas simpisis dan menekan di atas simpisis ke arah dorso kranial
dan tangan kanan menarik tali pusat sejajar dengan lantai
-
Memassase
perut ibu dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memeriksa kelengkapan
plasenta
-
Mengawasi terjadinya perdarahan
VII.
EVALUASI
Tanggal
: 14-10-2011 Pukul
: 10.25 Wib
1. Plasenta
sudah lahir lengkap
2. TFU
2 jari di bawah pusat
3. Kontraksi
uterus baik
Minta tolong keluarga
untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: atoma uteri seringkali bisa diatasi
dengan KBI. Jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan
tindakan-tindakan ini.
4. Apabila uterus berkontraksi
teruskan KBI selama 3 menit. Dan bila uterus tidak berkontraksi anjurkan
keluarga untuk mulai melakukan Kompresi Bimanual Eksternal (KBE).
v Letakkan satu tangan pada abdomen di
depan uterus, tepat diatas simfisis pubis.
v Letakkan tangan yang lain pada
dinding abdomen (dibelakang korpus arteri).
v Letakkan gerakan saling merapatkan
kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan
cara menekan uterus diantara kedua tangan tersebut, ini akan membantu uterus
berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus.
5.
Berikan
injeksi metal ergometrin 0,2 mg secara IM
6. Pasang infus RL 500 + 20 unit
oksitosin secepat mungkin dan guyur.
7. Berikan ibu makan dan minum untuk
mengganti energi yang telah dikeluarkan saat persalinan.
8. Awasi jumlah perdarahan kala IV.
9. Awasi keadaan umum ibu dan
tanda-tanda vital ibu.
DATA
PERKEMBANGAN KALA IV
Pukul : 10.30 Wib
I.
PENGKAJIAN
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan senang dan bahagia
atas kelahiran anaknya.
2. Ibu mengatakan darah banyak keluar
atas kelahiran anaknya.
3. Ibu mengeluh badan terasa lemas.
Data Objektif
1.
Keadaan
umum ibu : Lemah
2.
Kesadaran
:
composmentis.
3.
Tanda-tanda
vital:
TD
: 110/70 mmHg
RR
: 24x /menit
Pols
: 90x /menit
Temp
: 37,2°C
4.
Plasenta
lahir spontan dan lengkap pukul 10.25 WIB.
Melakukan pemeriksaan jalan lahir,
tidak terdapat robekan tetapi adanya perdarahan, uterus teraba lembek, setelah
15 detik plasenta lahir tidak berkontraksi.
5.
Perdarahan
400 cc
6.
Keadaan
kandung kemih kosong.
7.
Tidak
terdapat luka jalan lahir.
II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Diagnosa : Ibu parturient Kala IV
Data Dasar : - Plasenta sudah lahir
lengkap
-
TFU
2 jari di bawah psuat
-
Kontraksi uterus tidak baik, Uterus
terasa lembek.
-
Perdarahan 400 cc.
Masalah : 1. Gangguan
rasa nyaman
Data Dasar : - Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan
nyeri pada perut bagian bawah.
-
Banyaknya
darah yang keluar dari kemaluan ibu.
Masalah : 2. Keterbatasan
aktivitas
Data Dasar : - Badannya
terasa lemas.
- Ibu tampak lemah
Masalah : 3. Perdarahan
kala empat
Data Dasar : - Ibu
mengeluh badannya terasa lemah.
- Ibu mengatakan darah banyak keluar
dari kemaluannya.
- Ada pengeluaran darah yang terus
mengalir dari uterus.
- Uterus teraba lembek, kontraksi
uterus tidak baik.
- Perdarahan 400 cc
Kebutuhan : - Beri nutrisi dan cairan
-
Istirahat
-
Penghentian
perdarahan dengan kompresi bimanual internal (KBI), kalau tidak timbul
kontraksi, lakukan kompresi bimanual eksternal (KBE).
III.
ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
Tidak
ada
IV.
TINDAKAN
SEGERA
Observasi
keadaan umum ibu
V.
PERENCANAAN
Pukul
: 10.40 Wib
VI.
PELAKSANAAN
Pukul
: 10.35 Wib
1. Lakukan masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya
plasenta (maksimal 15 detik).
2. Lakukan pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil
dilakukan penilaian kontraksi uterus.
3. Bersihkan
bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks..
4. Pastikan
bahwa kantung kemih kosong.
5. Hentikan perdarahan dengan kompresi
bimanual internl (KBI) selama 3 menit.
a. Pakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara
menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada
selaput atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat
berkontraksi secara penuh.
c. Letakkan kepalan tangan pada forniks
anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan lain pada
abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus kearah kepalan tangan
dalam.
d. Tekan uterus dengan kedua tangan
secara kuat. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
e. Evaluasi keberhasilan.
v Jika uterus berkontraksi dan
perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara
merekat selama kala empat.
v Jika uterus berkontraksi tapi
perdarahan terus berlangsung. Periksa perineum, vagina dan serviks apakah
terjadi laserasi di bagian tersebut. Segera lakukan penjahitan jika ditemukan
laserasi.
v Jika kontraksi uterus tidak terjadi
dalm waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksternal kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atomia uteri
selanjutnya.
6. Pemberian ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 600 -1000 mcg per rectal.Jangan berikan ergometrin kepada ibu
dengan hipertensi karna ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
7. Pasang infuse dengan jarum ukuran 16
atau 18, berikan infuse RL 500 + 20 unit oksitosin guyur dalam waktu 10 menit.
8. Jika utesrus berkontraksi pantau ibu
secara seksama selama persalinan kala IV Dan jika uterus tidak berkontraksi
dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan dampingi ibu ketempat
rujukan.
9. Lanjutkan infus RL + 20 unit
oksitosin dalam 500 cc / jam hingga tiba ditempat rujukan atau menghabiskan 1,5
liter infus.Kemudian berikan 125 cc / jam. Jika tidak tersedia cairan yang
cukup , berikan 55cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk
rehidrasi.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Atonia uteri merupakan
penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling
sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan
mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri
terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Atonia Uteri disebut juga sebagai suatu
kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka
darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali. (April, 2007).
Perdarahan Post Partum
adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri
menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam
24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).
B.
SARAN
Untuk teman-teman semoga maklah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Karena dengan mempelajari makalah ini kita
mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi, yang sebelumnya
belum kita dapatkan. banyak sekali manfaat yang kita dapatkan jika mempelajari
makalah ini.
A.
Kritik
Dan Saran
Adapun kritik dan saran yang dapt penulis sampaikan
adalah:
- Lebih memperhatikan keadan umum ibu dan janin pada saat ibu akan bersalin
- Lebih sering memperhatikan komplikasi yang akan terjadi pada ibu dan janin
- Menjaga kesterilan alat dan diri untuk mengurangi terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
James R Scott, et
al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik.
Jakarta: Widya Medika, 2002.
Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.
Mochtar, Rustam.
Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Manuaba, Ida
Bagus Gede. Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.
Bobak, Lowdermilk,
Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A.
Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Heller, Luz. Gawat
darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta:
EGC, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar