Sabtu, 26 November 2011

MAKALAH KELENJAR ENDOKRIN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini penulis buat karena dalam pembelajaran di Universitas ini memerlukan banyak bahan untuk pertimbangan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
1.2 Tujuan
Makalah ini penulis buat untuk menambah pengetahuan para pembaca tentang kelenjar endokrin, urat saraf dan immunologi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelenjar Endokrin
Pada kehamilan sepuluh minggu kortikotropin telah dapat ditemukan dalam hipofisis janin. Hormon ini diperlukan untuk mempertahankan glandula suprarenalis janin. Pada suatu pembuktian dengan mengadakan dekapitasi janin in utero, yang mengakibatkan glandula suprarenalis janin tersebut menjadi trofik.
Hormon somatummammotropin ditemukan di daerah tali pust dengan akdar yang tinggi. Hormon ini dibentuk di plasenta di samping oleh hipofisi janin, meskipun dalam jumlah yang terbatas. Dekapitasi fetus in utero tidak mengganggu tumbuhnya badan janin.
Thyroid stimulating hormone (tirotropin) telah dapat ditemukan pada kehamilan 10 minggu. Hanya sedikit tirotropin dari ibunya dapat melindungi plasenta. Pada kehamilan 10 – 14 minggu kelenjar gondok janin telah berfungsi menyimpan iodium dan menghasilkan tiroksin. Berhubung plasenta bagian fetal menyimpan iodium dan kelenjar gondok janin, maka pemberian radioaktiv iodium atau pemberian iodium terlampau banyak akan mempengaruhi janin. Kretin yang tidak mempunyai kelenjar gondok tidak dapat tumbuh sempurna karena hormon tiroid ibu tidak dapat melintasi plasenta dengan baik untuk mengatasi kekurangan tiroksin pada janin.
Glandula suprarenalis janin jauh lebih besar dari orang dewasa. Yang membuatnya lebih besar adalah bagian korteks.
2.2 Urat Saraf
Jika janin pada kehamilan 10 minggu dilahirkan hidup, maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan-gerakan spontan. Rangsangan lokal dapat membuat janin menganga dalam mengadakan fleksi pada jari-jari tangan dan kaki. Gerakan menelan baru terjadi pada kehamilan 4 bulan, sedangkan menyedot baru pada kehamilan 6 bulan. Dalam triwulan terakhir hubungan antara urat saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin yang dilahirkan sesudah kehamilan 32 minggu dapat hidup di luar kandungan. Pada bagian dalam tengah dan luar telinga dibentuk dalam triwulan kedua. Dewasa ini dipakai untuk penilaian adanya kelainan organik pada urat saraf ultra sonografi (USG) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Meskipun pegaruh buruk dari USG dan MRI (Genetik atau Onkologik) belum diketahui maka pemakaiannya dalam trimester pertama, sewaktu organogenesis sedangkan berlangsung dengan ehbatnya, seyogyanya tidak dilakukan.
MRI dipakai dalam obstetri untuk menilai janin dengan resiko tinggi. Dalam trimester terakhir keadaan paru dan otak janin dapat dengan jelas dilihat.
2.3 Immunologi
Smith mengemukakan bahwa dari kehamilan 8 minggu tidak ada gejala terjadinya kekebalan dengan adanya limfosit. Limfosit di sekitar tempat timus. Kelak, jumlah folikel-folikel limfe yang terbanyak terdapat pada akhir kehamilan.
Benda-benda penangkis humoral dibentuk oleh sel-sel limfoid dalam bentuk molekul-molekul imunoglobulin, terdiri atas pasangan-pasangan satuan polipeptid yang simetrik. Pasangan terdiri atas molekul, gamma-G atau gabungan polimer-polimer gamma-A dan gamma-M imuno-imuno globulin. Gamma-G ditemukan banyak pada orang dewasa, akan tetapi sedikit sekali pada janin. Akan tetapi, gamma-G globulin pada janin berasal dari ibunya dan disalurkan melalui plasenta dengan cara pinisitosisi. Inilah yang disebut kekebalan pasif.
Gamma-M imunoglobulin ditemukan antara lain pada infeksi dengan sitomegalovirus. Pembentukan benda penangkis ini sedini-dininya ditemukan baru pada kehamilan 5 bulan.
Gamm-A imunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan dua bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khussnya di sekret dari traktus digestivus dan respiratorius, kelenjar liur, pankreas atau traktus urogenitalis.
Produksi gamma-M imunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirka. Ditemukan bahwa gamma-M imunoglobulin kurang lebih 1000 kali lebih efektif dari pada gamma-G imunoglobulin dalam mengatasi infeksi oleh bakteri dalam alat pencernaan.
Kelemahan pada bayi yang baru dilahirkan ialah bahwa ia hanya dilindungi oleh gamma-G imunoglobulin ibu yang terbatas kadarnya dan pula kurangnya gamma-A imunoglobuliln di permukaan alat-alat pencernaan seperti tersebut di atas. Oleh sebab itu kemungkinan bahwa neonatus tidak dapat mengatasi infeksi dan mengalami sepsis besar sekali.
Perlindungan pasif yang diterima oleh janin dari ibu dalam bentuk gamma-G imunoglobulin yang disalurkan melalui plasenta terjadi pada imunisasi terhadap difteria, tetanus, campak, cacar, polio mielitis, coxsackie virus, dan herpes simpleks. Bayi mendapat kekebalan sampai 6 bulan. Tidak demikian halnya dengan kekebalan untuk penkokokus, bacillus influenzae, streptokokus, stafilokokus, dan H-antigen bacillus typhi. Terhadap disentri basiler kadang-kadang masih ada kekebalan, akan tetapi untuk escherichia coli dapat dikatakan sama sekali tidak ada kekebalan. Benda penangkis ditemukan pula di dalam air susu ibu pertama (kolostrum) sebagai gamma-A imunoglobulin.
Seperti diketahui, janin mengandung unsur-unsur ayahnya dan seharusnya pada tempt implantasi plasenta timbul suatu reaksi, seperti bilamana kulit seorang anak ditransplantasi pada ibunya, ialah suatu reaksi yang dikenal sebagai allograft rejection.
Banyak teori dikemukakan mengenai mengapa plasenta itu tidak mengikuti hukum imunologi.
1. Uterus adalah suatu tempat khusus untuk plasenta, sehingga mudah diterima.
2. Perubahan hormonal dalam kehamilan membuat seorang wanita hamil lebih dapat menerima plasenta.
3. Janin membuat histamin demikian banyak sehingga dapat mencegah adanya iskemia yang dijumpai pada graft rejection.
4. Dikemukakan oleh Currie dan Bagshawe bahwa trofoblas diliputi oleh suatu lapisan sialomusin. Lapisan yang sangat tipis ini adala mucopoly sacharide sulphale yang dihasilkan oleh sinsitium dan meningkatkan hidrasi permukaan sel trofoblas sehinga transplantasi antigen tidak menimbulkan reaksi limfosit ibu yang biasanya mengadakn penolakan terhadap cangkokan.
5. Swinburne mengemukakan teorinya dengan adanya rangsangan antigen terus menerus selama kehamilan, sehingga mengakibatkan kebocoran darah sedikit demi sedikit melintasi plasenta.
Pada permulaan kehamilan ibu telah harus makan makanan yang mempunyai nilai gizi yang bermutu tinggi, tetapi tidak perlu yang mahal-mahal, karena apabila terdapt defisiensi makanan ketika hamil pada triwulan pertama, sering terjadi abortus, sedangkan jika terjadi pada triwulan berikutnya, dapat berakibat partus prematurus. Apabila bayi ini masih terus hidup, kesehatannya akan selalu terganggu dan hampir selalu ditemukan keadaan anemia pada anak tersebut. Makanan terutama pada triwulan terakhir, harus mengandung banyak protein. Di Indonesia, dimana masih banyak ditemukan diefisiensi Fe dan vitamin B, pada calon ibu itu tidak baik diberikan Fe sebagai sulfas ferrosus 200 mg 3 kali sehari, kalsium dan tablet berisi macam-macam vitamin.
Di Indonesia cukup ada bahan makanan yang mengandung protein hewani dan nabati, sayur mayur yang beraneka ragam, lebih-lebih buah-buahan, sehingga sebenarnya tidak perlu sampai terjadi seorang ibu atau bayinya yang dilahirkan menderita salah satu defisiensi.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa kelenjar endokrin, urat saraf dan immunologi harus diketahui oleh seluruh pembaca khususnya bagi seorang bidan.
Kelenjar endokrin, urat saraf dan immunologi terdapat pada janin.
3.2 Kritik dan Saran
Kritik dan saran bagi pembaca agar pembaca lebih meningkatkan kebiasaan membaca agar dapat menambah pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Wijnjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. 2006. Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar