BAB I
PENDAHULUAN
Menurut
Erik Erikson salah seorang penganut psikologi sosial, saat anak berumur nol
tahun (baru lahir) sampai satu tahun adalah masa bayi membangun "basic
trust dan mistrust" (rasa kepercayaan dan ketidak percayaan) pada orang
lain. Jika pada masa-masa awal kehidupan bayi, si ibu selalu responsif terhadap
segala kebutuhannya, bersikap hangat dalam menghadapi si bayi, maka kelak pada
anak akan tumbuh sifat percaya diri baik terhadap ibunya maupun pada orang lain.
Namun
jika ternyata dalam prosesnya terjadi hambatan yang menyebabkan, misalnya
karena orang tua meninggal, terlalu sibuk, atau sakit, maka sang anak akan
berpikir bahwa dirinya tidak lagi dicintai, dan dia merasa tidak aman.
Jika
dikaitkan pada masa nifas, Allah memberi masa nifas yang cukup lama karena pada
masa itu seorang wanita diberi kesempatan untuk benar-benar fokus pada sang
bayi. Istri tidak usah mengurus dan melayani suami, karena ia mempunyai
pekerjaan besar yaitu mengurus bayi yang baru dilahirkannya. Pada 40 hari
pertama seorang ibu harus benar-benar khusuk pada sang bayi yang baru mengenal
dunia.
Anak
di dalam kandungan seperti dalam surga, seluruh kebutuhannya tersedia otomatis.
Kalau dia butuh makanan, tanpa menunggu dia minta, makanannya pasti sudah
mengalir dengan sendirinya, dengan ukuran yang pas tidak pernah kekurangan atau
kelebihan.
Saat
lahir ke dunia, seluruh kemudahan di dalam rahim, yang seperti di dalam surga
itu, semua terhenti. Semua otomatisasi hilang, sekarang ia harus mengkomunikasikan
apa yang dibutuhkan dan apa yang dirasakan. Sehingga kalau ia lapar dan haus
harus menangis dulu. Ketika pipis, pakaiannya menjadi basah, ia harus menangis
agar seseorang datang menganti popok dan pakaiannya.
Sejak
kelahirannya, bayi telah diberi kemampuan menangis. Tangisan adalah modal dia untuk berkomunikasi dengan ibunya.
Itu pula bahasa dia pertama untuk berkomunikasi dengan lingkungannya.
Melalui
bahasa tangisan ia sampaikan kalau ia lapar, basah, atau kepanasan, kedinginan,
atau kenyamanan lain terganggu, misalnya ketika ada binatang kecil yang
menggigit dia. Tugas ibu adalah menterjemahakan arti tangisan dan meresponnya
dengan cepat, tepat, dan akurat, sehingga bayi akan kembali nyaman secepat
mungkin. Jika hal itu berlangsung sejak awal, bayi akan percaya bahwa walaupun
harus menangis dulu, dunia ini nyaman juga.
Karena
itulah pada masa awal kelahiran bayi, ibu perlu khusuk membaca (iqra) sang
bayi. Dengan adanya masa nifas, ibu bisa fokus dengan anak yang baru dilahirkannya itu tanpa
gangguan. Kalau ibu bisa membaca seluruh tangisan bayi dengan akurat dan
meresponnya dengan tepat, akan membangun kepercayaan bayi pada ibu dan
dunianya.
Tapi
kalau ibu terlalu sibuk sehingga tidak mampu membaca kebutuhan bayi atau
terlambat meresponnya, sehingga dia menangis sampai lama, itu berarti kita
sudah menanamkan apriori. Ia akan merasa dunia ini tidak enak, dan masalah akan
muncul di tahap-tahap dia berikutnya.
Jika
si ibu berkata, ”Ini ibu datang”, tapi lama tak datang, kelak si bayi tidak akan
percaya pada sang ibu; atau ibu datang, tapi sambil menerima HP, sibuk mengurus
tamu, bayi akan tetap merasa tidak nyaman. Kalau hal tersebut yang terjadi,
bayi akan tetap menangis, meski kemudian ibu mengangkat atau menggendongnya.
Tugas
seorang ibu di awal kelahiran anaknya sangat penting dan menentukan tahap
perkembangan dia berikutnya. Masa ini adalah awal segala-galanya bagi dia.
Kalau ibu bisa membangun rasa percaya di awal kelahirannya, maka ia pun akan
aman pada tahap berikutnya. Ketika ia menangis, baru mendengar ibunya berkata,
”Ini mama datang!” Dia akan merasa, ”O, kalau suara ini sudah terdengar,
persoalan saya pasti beres.” Atau, ”Kalau wajah ini yang muncul, pasti semua
kebutuhan saya terpenuhi.”
Jika
ibu datang, dia sudah menghentikan tangisnya padahal ibu belum menyentuh atau
mengangkatnya, itu tandanya program ibu di masa kritisnya sudah berjalan baik.
BAB II
ISI
PSIKOLOGI MASA NIFAS
A. MASA NIFAS
- Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu. ( Rustam Muchtar, 1998 : 115 )
- Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil. ( Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat, 1987 : 95 )
- Kala Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai 2 kejadian pada puerperium yaitu involusio dan proses laktasi. ( Ida Bagus Gde Manuaba, 1998 : 190 )
- Masa Puerperium atau Masa Nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir kira – kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. ( Ilmu Kandungan, 1999 : 237 )
- Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah partus selesai dan setelah kira – kira 6 minggu. ( Kapita Selekta Kedokteran, 1999 )
- Masa Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu. ( Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 : 23 )
- Masa Nifas adalah masa setelah persalinan sampai 6 minggu setelah persalinan. ( Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan Nifas Bagi Petugas Puskesmas, 1993 : 4 )
B. ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA MASA NIFAS
1. Perubahan
Pada Uterus
a. Perubahan
Pada Pembuluh Darah Uterus
Kehamilan
yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterus yang cukup besar. Untuk
menyuplainya, arteri dan vena di dalam uterus terutama di plasenta menjadi luar
biasa membesar, begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus, pembentukan
pembuluh – pembuluh darah baru juga akan menyebabkan peningkatan aliran darah
yang bermakna. Setelah kelahiran, kaliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang
sampai mencapai, atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Di
dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan
hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi
residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada
ovaruium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa di
dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun – tahun.
b. Perubahan
Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Tepi
luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya mengalami laserasi
terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa
hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada
akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena ostium menyempit,
serviks menebal dan kanal kembali terbentuk. Meskipun involusi telah selesai,
os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke penampakannya sebelum hamil. Os
ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap
sebagai perubahan yang permanen dan menjadi cirri khas serviks para. Harus
diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan kembali dalam jumlah
yang cukup banyak sebagai akibat kelahiran bayi.
Segmen
bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan
tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa
minggu, segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak
jelas dan cukup besar untuk menampung hamper seluruh kepala janin, menjadi
isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak diantara korpus uteri
diatasnya dan os eksternum serviks dibawahnya.
c. Involusi
Korpus Uteri
Segera
setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang berkontraksi terletak
kira – kira sedikit di bawah umbilicus. Korpus uteri kini sebagian besar
terdiri atas miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua
basalis. Dinding anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing –
masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium
yang berkontraksi, uterus nifas pada potongan tampak iskemik bila dibandingkan
dengan uterus hamil yang hiperemesis dan berwarna ungu kemerah – merahan.
Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut, sehingga dalam 2 minggu orga ini
telah turun ke rongga panggul sejati. Organ ini mencapai ukuran seperti semula
sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan
mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya
sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan
segera setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak
berkurang banyak ; namun, sel – selnya sendiri jelas sekali berkurang
ukurannya. Involusi rangka jaringan ikat terjadi sama cepatnya.
Karena
pelepasan plasenta dan membran – membran terutama terjadi di stratum
spongiosum, desidua basalis tetap berada di uterus. Desidua yang tersisa mempunyai
bentuk bergerigi tak beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di
tempat melekatnya plasenta.
d. Lokhia
Pada
masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnya discharge
vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secara mikroskopis, lokhia
terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri.
Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian
besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus.
Selama
beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam lokhia cukup
banyak sehingga warnanya merah – lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia
menjadi sangat memucat – lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat
campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna
putih atau putih kekuning – kuningan. – lokhia alba.
e. Regenerasi
Endometrium
Dalam
waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasi menjadi
dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama
lokhia. Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan
merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari
proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar
tersebut.
Proses
regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat melekatnya
plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjadi tertutup oleh
epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
f. Sub Involusi
Istilah
ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya retardasi involusi,
proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses
ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada
pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding
normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui
antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua
kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini biasanya dapat
diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin
(ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama
24 sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya
dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic
oral.
g. Involusi
Tempat Melekatnya Plasenta
Segera
setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuran sebesar
telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu
kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah
kelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh
darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus
secara khusus.
2. Perubahan
Pada Traktus Urinarius
Kehamilan
normal biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup bermakna,
dan diuresis masa nifas merupakan kebalikan fisiologis dari proses ini.
Diuresis biasanya terjadi antara hari kedua dan kelima. Bahkan bila wanita
tersebut tidak mendapat infuse cairan intravena yang berlebihan selama
persalinan dan kelahiran. Rangsang untuk retensi cairan akibat hiperestrogenisme
terinduksi kehamilan dan peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah
tubuh akan berkurang setelah kelahiran, dan hipervolemi residual akan
menghilang. Pada preeclampsia, baik retensi cairan antepartum maupun diuresis
postpartum dapat sangat meningkat.
Kandung
kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak
sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi pengosongan yang
tidak sempurna dan urine residual yang berlebihan sering dijumpai. Pengaruh
anestesi terutama anestesi regional yang melumpuhkan, dan gangguan tenporer
fungsi saraf kandung kemih, tidak diragukan perannya. Urine residual dan
bakteriuria pada kandung kemih yang mengalami cedera, ditambah dilatasi pelvis
renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal untuk terjadinya infeksi
saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi akan kembali
ke keadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2 sampai ke 8 setelah kelahiran.
3. Relaksasi
Muara Vagina dan Prolapsus Uteri
Pada
awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas berdinding
licin yang berangsur – angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk
nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai
kepingan – kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan
berubah menjadi carunculae mirtiformis.
Laserasi
luas perineum saat kelahiran akan diikut relaksasi introitus. Bahkan bila tak
tampak laserasi eksterna, peregangan berlebih akan menyebabkan relaksasi nyata.
Lebih lanjut, perubahan pada jaringan penyangga panggul selama persalinan
merupakan predisposisi prolaps uteri dan inkontenensia uri stress. Pada
umumnya, operasi korektif ditunda hingga seluruh proses persalinan selesai,
kecuali tentu saja terdapat kecacatan serius, terutama inkontinensia uri akibat
stress, yang menimbulkan gejala – gejala yang membutuhkan intervensi.
4. Peritonium
dan Dinding Abdomen
Ligamentum
latum dan rotundum jauh lebih kendur disbanding kondisi saat tidak hamil, dan
ligament – ligament ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari
peregangan dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan.
Sebagai
akibat putusnya serat – serat elastis kulit dan distensi yang berkepanjangan
yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu
beberapa minggu, tapi pemulihan dapat dibantu dengan olahraga. Selain timbulnya
striae yang berwarna keperak – perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke
keadaan sebelum hamil. Namun, jika otot – ototnya tetap atonik, dinding abdomen
akan tetap kendur.
5. Kelenjar
Mamae
a. Payudara
Puting
susu, areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi meningkat (Breast
Engorgement).
b. Laktasi
Masing
– masing buah dada terdiri dari 15 – 24 lobi yang terletak terpisah satu sama
lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari
acini yang menghasilkan air susu. Tiap lobules mempunyai saluran halus untuk
mengalirkan air susu. Saluran – saluran yang halus ini bersatu menjadi satu
saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat
menuju ke putting susu di mana masing – masing bermuara.
Keadaan
buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada
waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mamae. Colostrum adalah cairan kuning yang
disekresi oleh payudara pada awal masa nifas.
Progesteron
dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar –
kelenjar susu, sedangkan progesterone merangsang pertumbuhan saluran kelenjar.
Kedua hormone ini mengerem LTH (prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH
dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Pada kira – kira
hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan
putih dari puting susu.
C. PERKEMBANGAN
PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
Menjadi
orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa transisi
pada postpartum yang harus diperhatikan adalah :
- Phase Honeymoon Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
- Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment ) Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.
- Phase Pada Masa Nifas
- Phase “ Taking in “ Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
- Phase “ Taking hold “ Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
- Bounding Attachment Pengertian : Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang ) Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.
- Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya.
- Touch ( sentuhan ). Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
- Eye To Eye Contact ( Kontak Mata ) Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses tersebut Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
- Odor ( Bau Badan ). Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup.
Penelitian
menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya
berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau
itu sibayipun berhenti bereaksi.
Pada
akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu
ibunya. Indra Penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat
memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
·
Body Warm ( Kehangatan Tubuh ) Jika tidak ada
komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung meletakan bayinya diatas
perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali
pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu
maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.
·
Voice ( Suara ) Respon antara ibu dan bayi
berupa suara masing masing orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya.
Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ). Bayi
dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat
mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun
suara-suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari
rahim yang melekat pada telinga.
Banyak
Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya mendengar
secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih
dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain. Contoh
; suara detak jantung ibu.
·
Entrainment ( gaya bahasa ) BBL menemukan perubahan
struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa
dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi (
komunikasi yang positip )
·
Biorhytmicity ( Irama Kehidupan ) Janin dalam
rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti halnya
denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh
kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Masa
nifas adalah sebuah istilah yang agak kuno, namun pada saat sekarang ini lebih
dikenal “peurperium” berarti dimana masa sesudah persalinan yang perlu
dilakukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Pada masa nifas dimana seorang bayi akan mengalami “proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas yang terbagi menjadi: adaptasi psikologis ibu dimana akan ada proses dimana seseorang ibu (wanita) berusaha mengenal bayinya, belajar merawat bayinya, akan ada persaan gembira karena telah berhasil sebagai dari ibu.
Pada masa nifas dimana seorang bayi akan mengalami “proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas yang terbagi menjadi: adaptasi psikologis ibu dimana akan ada proses dimana seseorang ibu (wanita) berusaha mengenal bayinya, belajar merawat bayinya, akan ada persaan gembira karena telah berhasil sebagai dari ibu.
Kemudian
adaptasi postpartum blues ada beberapa atau sebagian dari ibu sulit menerima
bayinya sendirin karena tekejut melihat bayi yang dilahirkan tidak kelihatan
lonjong tidak beraturan, kulit kepala melembung, sehingga ibu syok dan sulit
untuk menerima keberadaan bayinya, dan terakhir ibu akan mengalami kesedihan
dan duka cita karena kenangan akan kehamilan dimana ibu merasa tidak nyaman dan
terganggu akibat mual, muntah pusing-pusing sampai pada saat persalinan yang
ada perasaan dan sensasi bertumpuk dalam waktu yang relative begitu singkat rasa
sakit, kerja keras, ketidapastian, kejengkelan, was-was, getaran jiwa,
keletihan, dan semua itu akan menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan.
DAFTAR
PUSTAKA
- Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. 1989. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi
- dan Patologi. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
- Geoffrey Chamberlain, Sir John Dewhurst. 1994. Obstetri dan Ginekologi.
- Edisi 2.Penerbit Widya Medika
- F. Gery Cunningham, Norma.F Gant. 2006. Obstetri William. Edisi 2. Vol. I. Penerbit Buku Kedokteran : EGC
- http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/perubahan-psikologis-ibu-pada-masa.html
- http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/masa.nifas/001/001/52/161/Kehamilan+Gizi+Ibu+dan+Perkembangan+Janin+di+Trimester+1/Kehamilan/02/5
- http://www.google.co.id/search?hl=id&q=psikologi+masa+nifas&btnG=Telusuri&meta=
- http://www.google.co.id/search?q=perkembangan+psikologis+ibu+di+masa+nifas&hl=id&start=20&sa=N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar