Prematur, BBLSR dan Asfiksia
A. Pengertian
Prematur
adalah suatu keadaan yang belum matang, yang ditemukan pada bayi yang
lahir pada saat usia kehamilan belum mencapai 37 minggu.
Berat
badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Menurut
Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai
keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir.
B. Etiologi Prematur, BBLSR dan Asfiksia
1. Etiologi Prematur
Penyebab
terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui. 15% dari
kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam rahim
terdapat lebih dari 1 janin).
2. Etiologi BBLSR
a. Faktor ibu (resti)
b. Faktor penyakit
c. Faktor usia <20 tahun
d. Faktor
ibu riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit
kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma
dan lain-lain.
e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, KPD.
f. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok.
3. Etiologi Asfiksia
Penyebab asfiksia menurut Stright (2004)
a. Faktor ibu : anemia, obat-obatan , infeksi dll.
b. Faktor uterus : persalinan lama, presentasi janin abnormal.
c. Faktor placenta : solutio placenta, placenta previa.
d. Faktor umbilika : lilitan tali pusat.
e. Faktor janin : kelainan congenital
C. Klasifikasi Klinik Nilai Apgar Dan BBLR
1. Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
b. Asfiksia sedang (APGAR 4-6)
c. Asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
(Pediatric.com)
(Pediatric.com)
2. Klasifikasi berat badan prematuritas murni.
a. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.
b. BB bayi yang kurang dari berat badan seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya. BB bayi dibedakan menjadi:
1) BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
2) BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
3) BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
D. Manifestasi Klinik
1. Prematur
a. Ukuran kecil
b. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
c. Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya)
d. Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
e. Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
f. Rambut yang jarang
g. Telinga tipis dan lembek
h. Tangisannya lemah
i. Kepala relatif besar
j. Jaringan payudara belum berkembang
k. Otot
lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung
belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
l. Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
m. Pernafasan yang tidak teratur
n. Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki - laki )
o. Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).
2. Asfiksia
a. DJJ lebih dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit irreguler
b. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
c. Hipoksia
d. Pucat
e. Sianosis
f. Penurunan terhadap stimulus.
(Medicine and linux.com)
(Medicine and linux.com)
E. Pemerikaan Diagnostik
1. Penilaian APGAR SCORE
2. Analisa gas darah
3. Pengkajian spesifik
4. Elektrolit darah
5. Kadar gula darah
6. Baby gram
7. Kadar bilirubin
F. Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan nafas.
Kepala
bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu
digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran
nafas yang lebih dalam.Saluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan
cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan
hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar.
b. Rangsang reflek pernafasan.
Dilakukan
setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul
kedua telapak kaki. Bayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas
selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi
pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera
dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula
merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan
faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan
rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
Pertahankan
suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk
keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas
yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan
mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Perlu
diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah
lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain
kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan
memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk
membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala
yang terbuat dari plastik (Medicine and linux.com DAN Pediatric.com).
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan
O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2.
Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan
tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang
relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik.
Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu :
kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam
hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah
secara teratur 20 x/menit Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi (Medicine and linux.com).
G. Komplikasi
1. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan.
Bayi
prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang
memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. Diantara saat-saat
bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya terjadi Sindroma Distres Pernafasan.
Sindroma
ini bisa menyebabkan kelainan lainnya dan pada beberapa kasus bisa
berakibat fatal. Kepada bayi diberikan oksigen; jika penyakitnya berat,
mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
2. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat
Bisa menyebabkan gangguan refleks menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau serangan apneu.
Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan.
Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-obatan.
Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan intraventrikuler).atau cedera .
3. Ketidakmatangan sistem pencernaan
Menyebabkan
intoleransi pemberian makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran
kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan,
sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi
muntah.
Pada
awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu
banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
4. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk membuang bilirubin
(suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah) dalam tinjanya.
Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur, memiliki kadar
bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang dapat
menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna. Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan bayi.
5. Infeksi atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta (ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus).
(peradangan pada usus).
DAFTAR PUTAKA
Budiman, Iip. 2009. "Asuhan Keperawatan BBLSR”.
(http://budiman.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-BBLSR.html, di akses 1 April 2010).
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta YBP-SP
www. medicine and linux. com
www. pediatric .com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar