BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang
Menurut Hurlock
(1981), Remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk
(2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall
(dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan
batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa
remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan
ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang
diperpendek. Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh
James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja
yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan
identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000,
Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Gunarsa (1989)
merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja, yaitu:
- Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
- Ketidakstabilan emosi.
- Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
- Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
- Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.
- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
- Senang bereksperimentasi.
- Senang bereksplorasi.
- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Usia Remaja
Kecenderungan
membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelo Remaja adalah masa yang
penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu
yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall.
Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa
badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak
dikutip orang.
Berdasarkan
tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek
kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja mampu
mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami
penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan
remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada
diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa permasalahan utama yang dialami
oleh remaja.
Menurut
psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir
pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik
yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.
Dilihat dari
bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia
belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa.
Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih
berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja
menuju kedewasaan.[ru Remaja juga berasal dari kata latin
"adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di
antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi
belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53)
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara
umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah:
Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir
atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada
diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja
yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.]
Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
- 12 – 15 tahun
- masa remaja awal, 15 – 18 tahun
- masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
- masa remaja akhir.
Masa
remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan
dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan
perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan
lingkungan.
Sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang
berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap
fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil
diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan
penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga
akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada
fase berikutnya.
Hurlock (1973) memberi batasan masa
remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Menurut
Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan
alran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
Perubahan sosial seperti adanya
kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk berperilaku sebagaimana yang
ditunjukan remaja membuat penganut aliran kontemporer memasukan mereka dalam kategori remaja. Adanya peningkatan
kecenderungan para remaja untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan
kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu yang berusia 19 hingga 22 tahun
juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan pertimbangan bahwa pembentukan
identitas diri remaja masih terus berlangsung sepanjang rentang usia tersebut.
Lebih lanjut Thornburgh membagi usia
remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Remaja awal : antara 11 hingga 13
tahun
b. Remaja pertengahan: antara 14 hingga
16 tahun
c. Remaja akhir: antara 17 hingga 19
tahun.
Pada usia tersebut,
tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih
masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.
Mencapai peran sosial maskulin dan
feminin
3.
Menerima keadaan fisik dan dapat
mempergunakannya secara efektif
4. Mencapai kemandirian secara emosional
dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri
secara ekonomi
6.
Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri
untuk bekerja
7.
Mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan dan kehidupan keluarga
8.
Mengembangkan kemampuan dan
konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
9.
Menginginkan dan mencapai perilaku yang
dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10. Memperoleh
rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam
Hurlock, 1973).
Tidak
semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada
beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut,
yaitu:
1. Masalah pribadi, yaitu
masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah,
kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah
yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah
pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang
keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan
oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan
tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan
dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami
banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan
serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa
sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan
tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan
obat-obatan, depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang
kronis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era
teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil
untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti
perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal,
malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas
pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa
kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat.
Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk
diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang
disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing,
keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan benturan budaya.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang
disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan
baru yang dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Stres, kesedihan,
kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko
dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya
masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat
perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat
perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya masalah-masalah
psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan perilaku. Beberapa
bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam delinkuensi.
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk
mencapaikemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan.
Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara
perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja.
B.
Perkembangan fisik remaja
Menurut Imran (1998) masa
remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan
fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang
terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting,
berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem
reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organreproduksi
untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh.
Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik
seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer
mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual
sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin
misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama),
tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada
remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh
rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di
kaki, kumis dan sebagainya.
Menurut Mussen dkk., (1979)
sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan
kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh
pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja
putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan
perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun (Katchadurian, 1989). Penyebab
terjadi makin awalnya tanda-tanda pertumbuhan ini diperkirakan karena faktor
gizi yang semakin baik, rangsangan dari lingkungan, iklim, dan faktor
sosio-ekonomi (Sarwono, dalam JEN, 1998).
Pada masa pubertas,
hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh
juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Menurut Bourgeois dan Wolfish (1994)
remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya,
misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan
kepuasan seksual.
Selama masa remaja,
perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya
individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk
akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis,
sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut
usia (Myles dkk, 1993). Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini,
seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat
mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja
sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Menurut PKBI (1984) secara
fisik, usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20 – 30 tahun. Faktor
yang mempengaruhinya ada bermacam-macam . Misalnya, sebelum wanita berusia 20
tahun secar fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk
memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental
pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Sampoerno dan Azwar (1987)
menambahkan bahwa perawatan pra-natal pada calon ibu muda usia biasanya kurang
baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri
ke pusat pelayanan kesehatan.
1. Perkembangan Psikis Remaja
Ketika memasuki masa
pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan
pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak
seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah,
teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan
dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali
berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling
berbenturan nilai.
C. Kutub Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam
berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang
dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni
keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian
antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan
anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria
keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
a. Keluarga tidak utuh (broken home
by death, separation, divorce)
b. Kesibukan orang tua, ketidak beradaan
dan ketidak bersamaan orang tua dan anak di rumah
c. Hubungan interpersonal antar anggota
keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d. Substitusi ungkapan kasih sayang
orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas,
berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak
dan remaja, yaitu:
a. Hubungan buruk atau dingin antara
ayah dan ibu
b. Terdapatnya gangguan fisik atau
mental dalam keluarga
c. Cara pendidikan anak yang berbeda
oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d. Sikap orangtua yang dingin dan acuh
tak acuh terhadap anak
e.
Sikap orangtua yang kasar dan keras
kepada anak
f.
Campur
tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
g. Orang tua yang jarang di rumah atau
terdapatnya isteri lain
h.
Sikap atau kontrol yang tidak
konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i.
Kurang
stimuli kongnitif atau sosial
j.
Lain-lain,
menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain
sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja
yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk
berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan
dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).
D. Kutub Sekolah
Kondisi
sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik,
yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a.
Sarana dan prasarana sekolah yang tidak
memadai
b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru
yang tidak memadai
c.
Kualitas dan kuantitas tenaga non guru
yang tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikilum sekolah yang sering
berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
f.
Lokasi
sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.
E.
Kutub
Masyarakat (Kondisi
Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial
yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi
anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat
dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua,
faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a. Faktor Kerawanan Masyarakat
(Lingkungan)
1) Tempat-tempat hiburan yang buka
hingga larut malambahkan sampai dini hari
2)
Peredaran alkohol, narkotika,
obat-obatan terlarang lainnya
3) Pengangguran
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5) Wanita tuna susila (wts)
6)
Beredarnya bacaan, tontonan, TV,
Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7) Perumahan kumuh dan padat
8) Pencemaran lingkungan
9) Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan sosial
b. Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
1)
Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan
zat aditif lainnya
2) Perkelahian perorangan atau
berkelompok/massal
3) Kebut-kebutan
4) Pencurian, perampasan, penodongan,
pengompasan, perampokan
5) Perkosaan
6) Pembunuhan
7) Tindak kekerasan lainnya
8) Pengrusakan
9) Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas, merupakan
faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja.
Masa
remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan
dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan
perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan
lingkungan
Sejalan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang
berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap
fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila individu mampu menyelesaikan tugas
perkembangan dengan baik, maka akan
tercapai kepuasan, dan kebahagian juga akan menentukan keberhasilan individu
memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Beberapa perubahan yang
dialami remaja adalah perubahan fisik, psikis, dan sosial
G. Perkembangan fisik remaja
Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan
proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual).
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang
paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada
sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ
reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya
perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari
karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik
seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan
karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai
dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche
(menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada,
pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama),
pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian
tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya.
Sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan
kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh
pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja
putra mulai menunjukan perubahan tubuh pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan
perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun.
Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan
perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai
merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya
muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan
seksual.
Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan
yang sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah
mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara
fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal
masa lanjut usia. Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini,
seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat
mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja
sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik.
H.
Perkembangan Sosial remaja
Perubahan sosial seperti adanya kecenderungan anak-anak pra-remaja untuk
berperilaku sebagaimana yang ditunjukan remaja membuat penganut aliran
kontemporer memasukan mereka dalam
kategori remaja. Adanya peningkatan kecenderungan para remaja untuk melanjutkan
sekolah atau mengikuti pelatihan kerja (magang) setamat SLTA, membuat individu
yang berusia 19 hingga 22 tahun juga dimasukan dalam golongan remaja, dengan
pertimbangan bahwa pembentukan identitas diri remaja masih terus berlangsung
sepanjang rentang usia tersebut.
Batasan remaja menurut usia kronologis, yaitu antara
13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia remaja antara 11 hingga 22
tahun.
Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:
d. Remaja awal : antara 11 hingga 13
tahun
e. Remaja pertengahan: antara 14 hingga
16 tahun
f.
Remaja
akhir: antara 17 hingga 19 tahun.
Pada usia tersebut,
tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih
masak dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis
2.
Mencapai peran sosial maskulin dan
feminin
3.
Menerima keadaan fisik dan dapat
mempergunakannya secara efektif
4. Mencapai kemandirian secara emosional
dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri
secara ekonomi
6.
Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri
untuk bekerja
7.
Mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan dan kehidupan keluarga
8.
Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep
intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara
9.
Menginginkan dan mencapai perilaku yang
dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
10.
Memperoleh rangkaian sistem nilai dan
etika sebagai pedoman perilaku
Tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas
intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat mereka
mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan
perilaku. Stres, kesedihan, kecemasan, kesepian, keraguan pada diri remaja
membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Masalah-masalah remaja
Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada
beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut,
yaitu:
- Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
- Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Elkind dan Postman (dalam Fuhrmann, 1990) menyebutkan
tentang fenomena akhir abad duapuluh, yaitu berkembangnya kesamaan perlakuan
dan harapan terhadap anak-anak dan orang dewasa. Anak-anak masa kini mengalami
banjir stres yang datang dari perubahan sosial yang cepat dan membingungkan
serta harapan masyarakat yang menginginkan mereka melakukan peran dewasa
sebelum mereka masak secara psikologis untuk menghadapinya. Tekanan-tekanan
tersebut menimbulkan akibat seperti kegagalan di sekolah, penyalahgunaan obat-obatan,
depresi dan bunuh diri, keluhan-keluhan somatik dan kesedihan yang kronis.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era
teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil
untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti
perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal,
malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus membahas
pengaruh tekanan media terhadap perkembangan remaja. Menurutnya, remaja masa
kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu berubah sangat cepat.
Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu cepat untuk
diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa yang
disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing,
keputusasaan, absurditas, problem identitas dan masalah-masalah yang
berhubungan dengan benturan budaya.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa majemuknya
masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-tekanan sebagai akibat
perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat
perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan timbulnya
masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau ganguan
perilaku. Beberapa bentuk gangguan perilaku ini dapat digolongkan dalam
delinkuensi.
Perkembangan
pada remaja merupakan proses untuk mencapaikemasakan dalam berbagai aspek sampai
tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang
memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada
remaja.
I. Ciri-ciri Remaja dan Cara Menanggapinya
1.Ciri-ciri
fisik
Pertumbuhan badan remaja sangat cepat. Sistem koordinasi tubuh mereka menjadi kurang seimbang akibat pertumbuhan yang cepat itu. Mereka mengalami masa-masa energetik dan lelah silih berganti.
Pertumbuhan badan remaja sangat cepat. Sistem koordinasi tubuh mereka menjadi kurang seimbang akibat pertumbuhan yang cepat itu. Mereka mengalami masa-masa energetik dan lelah silih berganti.
2.Cara menanggapi
Bersabarlah dengan
kecanggungan mereka. Jangan membuat kegiatan-kegiatan terlalu kompetitif atau
terlalu menegangkan. Jangan salah mengerti kelelahan mereka dan menyamakannya
dengan kemalasan.
3.Ciri-ciri mental
Mereka manyukai petualangan dan
penemuan YralItal baru, dan mereka mempunyai imajinasi yang aktif. Mereka
senang humor. Mereka mampu berpikir serius, dan memiliki kesanggupan untuk
berpikir abstrak maupun kongkret sekaligus. Tetapi pengetahuan mereka
berkembang lebih cepat daripada pengalaman.
4.Ciri-ciri social
Mereka ingin menjadi
dewasa dan tidak tergantung pada orang dewasa. Namun dalam banyak hal mereka
masih bertindak seperti kanak-kanak. Mereka ingin dianggap "termasuk"
atau "milik" gang-nya dan punya rasa setia kawan yang besar terhadap
teman-teman sebayanya. Mereka malu-malu dan sangat peka akan keadaan dirinya.
5.Cara menanggapi
Jangan memanggil mereka
"anak-anak". Beri mereka tanggung jawab, tetapi jangan kecewa kalau
mereka bertindak kurang bertanggung jawab. Hormatilah kesetiakawanan mereka.
Doronglah mereka supaya memilih teman-teman yang baik. Arahkan kesetiakawanan
mereka kepada Tuhan. Jangan mengejek mereka, apalagi melontarkan sindiran
tajam. Tunjukkan kepada setiap remaja bahwa Anda mengasihi dan mempedulikan
mereka. Jangan timbulkan gangguan emosional pada mereka. Jangan membuat acara
permainan yang gaduh, yang langsung diikuti oleh kebaktian serius; mereka tidak
dapat menenangkan diri secepat itu. Sediakan waktu untuk mengenal mereka satu
per satu secara pribadi.
6.Ciri-ciri emosional
Emosi mereka kuat sekali dan sering naik
turun. Mereka sulit mengendalikan emosinya karena begitu banyak perubahan
sedang terjadi di dalam tubuhnya. Mereka merasa tak seorang pun memahami
mereka.
7.Ciri-ciri
rohani
Mereka menginginkan agama yang praktis. Mereka punya banyak keraguan mengenai agama. Mereka mencari keteladanan.
Mereka menginginkan agama yang praktis. Mereka punya banyak keraguan mengenai agama. Mereka mencari keteladanan.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua agar
anaknya yang tumbuh remaja tidak salah mencari teman, yaitu sebagai berikut:
1.
Bersifat terbuka dan hangat dengan
remaja
Langkah ini
sering terjadi sebelum seorang anak memasuki masa remaja, tapi sering
terlewatkan justru ketika anak memasuki masa-masa yang labil. Remaja yang
menikmati hubungan yang sehat dan terbuka dengan orangtua lebih kecil
kemungkinannya untuk terlibat dalam aktivitas nakal dan lebih mungkin untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti klub olahraga.Hubungan
orangtua dan remaja yang baik dapat digambarkan dengan berpartisipasi dalam
kegiatan bersama, sering berkomunikasi dan mengungkapkan kasih sayang satu sama
lain.
2. Menyediakan waktu untuk mengenal teman anak remaja Anda
Ketika orang tua berusaha untuk menjadi akrab dengan teman-teman anaknya, anak cenderung memilih teman-teman dengan karakteristik lebih pro-sosial, seperti ramah dan bersikap baik.
Ketika orang tua berusaha untuk menjadi akrab dengan teman-teman anaknya, anak cenderung memilih teman-teman dengan karakteristik lebih pro-sosial, seperti ramah dan bersikap baik.
3. Ajarkan remaja
perilaku adaptif
Anak-anak yang orangtuanya
menekankan perilaku yang baik dan sopan santun dalam situasi sosial cenderung
memilih teman-teman dengan pola perilaku yang sama. Itu karena mereka belajar
untuk melihat sifat ini sebagai hal yang positif.Ajarkan anak-anak untuk
mengidentifikasi dan menghargai perilaku positif dalam diri orang lain juga
membantu mereka untuk memilih teman dengan pola perilaku lebih yang diinginkan.
J.
Faktor yang bisa mempengaruhi moral
remaja
Faktor moral remaja yang juga
mempengaruhi ketika dia menginjak dewasa. Berikut ini beberapa faktor yang
dapat menurunkan moral dikalangan para remaja yaitu :
1. Kurangnya perhatian
dan pendidikan agama oleh keluarga
Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.
2. Pengaruh lingkungan
yang tidak baik
Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan
kehidupan yang individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam
mengejar kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan
hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.
2.
Tekanan psikologi yang dialami remaja
Beberapa
remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan adanya
perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak betah di
rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.
3.
Gagal dalam studi/pendidikan
Remaja yang gagal dalam pendidikan atau
tidak mendapat pendidikan, mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu
tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia
berkenalan dengan hal-hal yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.
5. Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.
6. Perkembangan
teknologi modern
Dengan perkembangan teknologi modern
saat ini seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga
memudahkan remaja untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.
K. Pertumbuhan Emosi
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada
tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar.
Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai
tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah
lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan
untuk maksud-maksud tertentu pada situasi- situasi tertentu. Pada bayi yang
baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak
sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Pengaruh kebudayaan
besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan
diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan
yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti oleh
orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klineberg pada tahun 1938
menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi
emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi
itu antara lain :
a.
Menjulurkan lidah kalau keheranan.
b. Bertepuk tangan kalau kuatir.
c. Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
b. Bertepuk tangan kalau kuatir.
c. Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia.
Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi adalah obyek -
obyek dan tuasi-situasi yang menjadi
sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah ditakut-takuti di tempat gelap,
tidak akan takut pada tempat gelap.
Warna efektif pada seseorang
mempengaruhi pula pandangan orang tersebut terhadap obyek atau situasi di
sekelilingnya. Ia dapat suka atau tidak menyukai sesuatu, misalnya ia suka
kopi, tetapi tidak suka teh. Ini disebut preferensi dan merupakan bentuk yang
paling ringan daripada pengaruh emosi terhadap pandangan seseorang mengenai
situasi atau obyek di lingkungannya. Dalam bentuknya yang lebih lanjut,
preferensi dapat menjadi sikap, yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Sikap pada seseorang, setelah
beberapa waktu, dapat menetap dan sukar untuk diubah lagi, dan menjadi
prasangka. Prasangka ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku, karena
ia akan mewarnai tiap- tiap perbuatan yang berhubungan dengan sesuatu hal,
sebelum hal itu sendiri muncul di hadapan orang yang bersangkutan.
Sikap yang disertai dengan emosi yang
berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap
negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak
berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya.
Ada beberapa contoh pengaruh emosi
terhadap perilaku individu
diantaranya :
a. Memperkuat semangat,
apabila orang merasa senang atau puas atas
hasil yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat,
apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah
timbulnya rasa putus asa (frustasi).
L.
Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang
paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding
dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai
berikut :
a. Masa remaja adalah
periode yang penting
Periode ini dianggap
sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang
dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki
dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana
terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi
inilah yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan dirisecara mental dan
melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.
b. Masa remaja adalah
masa peralihan
Periode ini menuntut
seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanakkanakannya dan harus
mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan
meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini,
seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut
oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individumenampilkan perilaku anak-anak
maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada
kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa
sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah
periode perubahan
Perubahan yang
terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, peubahan fisik yang cepat
membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.
Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1)
peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan
seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan
yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan pola perilaku
maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja merasa ambivalent
terhadap perubahan yang terjadi.
d. Masa remaja adalah
usia bermasalah
Pada periode ini
membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun
perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat
anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru,
sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya
sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak
untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan
dalam menyelesaikan persoalan tersebut.
e. Masa remaja adalah
masa pencarian identitas diri
Pada periode ini,
konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka
mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku
sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan
dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan
benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
f. Masa remaja adalah
usia yang ditakutkan
Masa remaja ini
seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran
negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara
mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri
merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua
atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah
masa yang tidak realistis
Remaja memiliki
kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain
sebagaimana mereka inginkan dan 4bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama
terlihat pada aspirasinya, aspiriasi
yang tidak realitis
ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga,
teman. Semakin tidak
realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan
kecewa apabila
aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai.
h. Masa remaja adalah
ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja
mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum,
mereka merasa cemas
dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa
mereka mendekati
dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku
seperti orang dewasa
sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan
perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang
dewasa seperti
merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan
hubungan seksual.
M. Tugas Perkembangan
Masa Remaja
Semua
tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap dan
pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa.
Rincian tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :
1. Mencapai relasi
yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis
kelamin
2. Mencapai peran
sosial feminin atau maskulin
3. Menerima fisik dan
menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Meminta, menerima
dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial
5. Mencapai kemandirian
secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
6. Mempersiapkan
untuk karir ekonomi
7. Memperiapkan untuk
menikah dan berkeluarga
8. Memperoleh suatu
set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku.
N. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada Masa Remaja
Perubahan Fisik Masa
Remaja
v Tinggi badan
v Rata-rata anak perempuan
mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun danbagi anak laki-laki satu
tahun lebih dari usia tersebut.
v Berat badan
v Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan
tinggi
badan,
hanya saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.
v Proporsi tubuh
v Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal:
badan lebih
lebar
dan lebih kuat.
v Organ seksual
v Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa
pada
periode
remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa
tahun
kemudian
v Karakteristik sex sekunder
v Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level
dewasa
pada
periode remaja akhir.
O. Perubahan Sosial
pada Masa Remaja
Salah satu tugas
perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah penyesuaian sosial.
Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainana dalam
suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar
keluarga dan lingkungan sekolah. Pada masa ini remaja paling banyak
menghabiskan waktu mereka di luar rumahbersama dengan teman sebaya mereka,
sehingga bisa difahami apabila teman sebaya sangat berpengaruh terhadap sikap,
cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja. Perubahan dalam perilaku
sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku dalam relasi
heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan lawan jenis
menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan
bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang
terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana sekarang
remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa
memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai
hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini
pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang populer
dandisukai oleh lingkungannya.
P. Minat-minat pada
Masa Remaja
Pada masa remaja
terdapat minat-minat pada bidang kegiatan tertentu yang sangat beragam. Hal ini
tergantung pada jenis kelamin, kecerdasan, lingkungan tempat tinggal mereka,
kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan minat, apa yang diminati teman
sebayanya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarganya
dan beberapa faktor lainnya. Secara umum minat-minat remaja ini dapat
dikategorikan menjadi :
1) Minat Rekreasi
Pada masa ini sudah
muncul minat rekresi seperti halnya orang dewasa. Banyaknya hegiatan dan
tuntutan baik di sekolah maupun dirumah dirasakan penting memiliki sarana
rekreasi bagi remaja, Misalnya : permainan dan olah raga, santai, traveling,
hobi, menari, membaca, film, radio, televisi dan melamun.
2) Minat Sosial
Perkembangan minat
sosial tergantung pada kesempatan yang dimiliki remaja untuk mengembangkan
minta ini dan sebagian tergantung seberapa populer dia di dalam kelompok
sebayanya.
3) Minat Pribadi
Minat pada dirinya
sendiri merupakan minat terkuat pada masa remaja, hal ini disebabkan karena
mereka menyedari bahwa penerimaan dari sosial dipengaruhi oleh penampilan umum
mereka, misalnya : penampilan, pakaian, prestasi, kemandirian, dan uang yang
merupakan simbol status.
4) Minat terhadap Pendidikan
Pada remaja awal
biasanya memberikan kritik atas sekolah secara umum dan mengenai larangan, PR,
kursus yang dibutuhkan, makanan di kantin dan mekanisme belajar di sekolah.
Mereka kritis terhadap guru dan cara mereka mengajar. Pada remaja akhir sikap
terhadap pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh minat pekerjaannya.
5) Minat terhadap pekerjaan
Pada masa ini anak
laki-laki maupun perempuan mulai untuk memikirkan secaralebih serius tentang
masa depan mereka. Anak laki-laki lebih perhatian terhadap pekerjaan di masa
depan dibanding anak perempuan. Anak laki-laki lebih menginginkan pekerjaan
yang mewah, menarik dan memiliki gengsi yang tinggi, sedangkan anak perempuan
lebih memilih pekerjaan yang lebih aman dan tidak menyita waktu.
6) Minat religious
Para
remaja sekarang ini tertarik pada agama dan merasa bahwa hal tersebut memiliki
peran yang penting dalam kehidupan mereka.
7) Minat dalam simbol
status
Pada
masa remaja simbol status memiliki empat fungsi penting yaitu :
mengatakan pada orang
lain bahwa mereka memiliki status sosioekonomi yang lebih tinggi dari yang lain, remaja yang
superior dinilai memiliki prestasi oleh kelompoknya, remaja diterima oleh
kelompoknya karena kesamanan tampilan dan tindakan, dan remaja memiliki status
yang mendekati dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar