Jumat, 11 November 2011

Makalah Perawatan Tali Pusat Bayi


BAB I
PENDAHULUAN
           
1.1    Latar Belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi, 34/1000 kelahiran hidup. (Depkes, 2007).
Guna mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Kematian Bayi, Departemen Kesehatan telah melaksanakan berbagai program yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak dan salah satunya pencegahan tetanus neonatorum. Upaya ini dilaksanakan dengan pencegahan infeksi pada persalinan dan perawatan tali pusat (Depkes, 2007). Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian (Depkes, 2007).
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005). Kasus kesakitan dan kematian neonatal yang berhubungan dengan infeksi tali pusat masih banyak ditemukan. Pada tahun 2000, WHO (Word Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Asia Tenggara diperkirkan ada 220.000 kematian bayi yang disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Astuti, 2003).
Menurut data Departemen Kesehatan, 75% kematian bayi terjadi pada masa perinatal. kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1%    (termasuk tetanus, sepsis, pneumonia, diare), proporsi kematian karena tetanus neonatorum yaitu 9,5% (Depkes RI, 2008).
Menurut data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2007 kematian Bayi di Jawa Barat sebesar 39/1000 kelahiran hidup.kasus kematian neonatal memiliki proprsi sebesar 68% dari keamtian bayi dan 56% disebabkan karena infeksi pada masa perinatal ( Dinkes Jabar, 2008).
Menurut laporan dari dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya kematian bayi pada tahun 2008 sebanyak 24/1000 kelahiran hidup, 56,78% disebabkan oleh infeksi terutama pada masa neonatal dengan penyebab terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan akut, dan sepsis. ( DKK Kab Tasikmalaya, 2008). Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya, jumlah kasus infeksi pada masa neonatal tahun 2010 sebanyak 5 kasus, 3 diantaranya adalah infeksi pada tali pusat. Hasil wawancara dengan 5 orang ibu nifas di sariwangi, 3 orang tidak dapat menyebutkan cara cara merawat tali pusat dengan benar dan 2 orang tidak dapat menyebutkan tanda tanda infeksi pada tali pusat. Fakta diatas menggambarkan adanya masalah dalam perawatan tali pusat dan masalah dalam pengetahuan ibu nifas mengenai perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (Morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penyuluhan  tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat  diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan.
Kemampuan hidup sehat  dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa. Supaya  terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar – benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah melakukan  pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik  dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke 5 dan hari ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar  adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan Perawatan Tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir  penyakit ini disebabkan karena masuknya spora  kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat – obatan,  bubuk atau daun – daun  yang ditaburkan ketali  pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
1.2    Tujuan
1.2.1     Tujuan Umum
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memberikan penanganan tentang perawatn dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.
1.2.1   Tujuan Khusus
           Dapat menjelaskan pengertian tali pusat
           Dapat menyebutkan penyebab dari tali pusat
           Dapat menjabarkan patofisiologi tali pusat
           Dapat menyebutkan pencegahan infeksi tali puat
           Dapat menyebutkan penatalaksanaan tali pusat
1.3    Manfaat
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta pengetahuan  yang berguna bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan pemotongan tali pusat pada bayi baru lahir.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1   Pengertian
Tali pusat atau Umbilical cord  adalah  saluran kehidupan bagi janin selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit.
·         Letak : Funiculus umbilicalis terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicalis fetus dan berlanjut sebagai kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbilicalis secara normal berinersi dibagian tengah plasenta.
·         Bentuk : Funiculus umbilicalis berbentuk seperti tali yang memanjang dari tengah plasenta sampai ke umbilicalis fetus dan mempunyai sekitar 40 puntiran spiral.
·         Ukuran : Pada saat aterm funiculus umbilicalis panjangnya 40 – 50 cm dan diameternya 1 – 2 cm, hal ini cukup untuk kelahiran bayi tanpa menarik plasenta keluar dari rahim ibu. Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relative banyak. Jika oligohidromnion dan janin kurang gerak ( pada kelainan motorik janin ), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian tali pusat terlalu panjang adalah dapat terjadi lilitan disekitar leher atau tubuh janin atau menjadi ikatan yang dapat menyebabkan oklusi pembuluh darah khususnya pada saat persalinan.
2.2     Struktur tali pusat
·         Amnion : Menutupi funiculus umbilicalis dan merupakan lanjutan amnion yang menutupi permukaan fetal plasenta. Pada ujung fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen. Baik kulit maupun membran amnion berasal dari ectoderm.
·         Tiga pembuluh darah : Setelah struktur lengkung usus, yolk sack dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal yang menghubungkan sirkulasi janin dengan plasenta. Ketiga pembuluh darah itu saling berpilin di dalam funiculus umbilicalis dan melanjutkan sebagai pembuluh darah kecil pada vili korion plasenta. Kekuatan aliran darah (kurang lebih 400 ml/ menit) dalam tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. Ketiga pembuluh darah tersebut yaitu :
o   Satu vena umbilicalis membawa oksigen dan memberi nutrien ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam spatium choriodeciduale.
o   Dua arteri umbilicalis mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana produk sisa tersebut diasimilasi ke dalam peredaran darah maternal untuk di ekskresikan.
·         Jeli Wharton : Merupakan zat yang berkonsistensi lengket yang mengelilingi pembuluh darah pada funiculus umbilicalis. Jeli Warthon merupakan subtansi seperti jeli, juga berasal dari mesoderm seperti halnya pembuluh darah. Jeli ini melindungi pembuluh darah tersebut terhadap kompresi, sehingga pemberian makanan yang kontinyu untuk janin dapat di jamin. Selain itu juga dapat membantu mencegah penekukan tali pusat. Jeli warthon ini akan mengembang jika terkena udara. Jeli Warthon ini kadang-kadang terkumpul sebagai gempalan kecil dan membentuk simpul palsu di dalam funiculus umbilicalis. Jumlah jeli inilah yang menyebabkan funiculus umbilicalis menjadi tebal atau tipis.
2.3       Fungsi Tali pusat :
·         Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilicalis.
·         Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbon dioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilicalis.



2.4       Sirkulasi Tali pusat
Fetus yang sedang membesar di dalam uterus ibu mempunyai dua keperluan yang sangat penting dan harus dipenuhi, yaitu bekalan oksigen dan nutrien serta penyingkiran bahan kumuh yang dihasilkan oleh sel-selnya. Jika keperluan ini tidak dapat dipenuhi, fetus akan menghadapi masalah dan mungkin maut. Struktur yang bertanggung jawab untuk memenuhi keperluan fetus ialah plasenta. Plasenta yang terdiri daripada tisu fetus dan tisu ibu terbentuk dengan lengkapnya pada ujung minggu yang ke-16 kehamilan.
Tali pusat secara normal berinersi di bagian sentral kedalam permukaan fetal plasenta. Namun, ada beberapa yang memiliki kelainan letak seperti:
·         Insersi tali pusat Battledore : pada kasus ini tali pusat terhubung kepaling pinggir plasenta seperti bet tenis meja. Kondisi ini tidak bermasalah kecuali sambungannya rapuh.
·         Insersi tali pusat Velamentous : tali pusat berinsersi kedalam membran agak jauh dari pinggir plasenta. Pembuluh darah umbilikus melewati membran mulai dari tali pusat ke plasenta. Bila letak plasenta normal, tidak berbahaya untuk janin, tetapi tali pusat dapat terputus bila dilakukan tarikan pada penanganan aktif di kala tiga persalinan.
2.5       Etiologi
·         Lama waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.
·         Lilitan Tali pusat pada janin
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia. Kemungkinan sebab lilitan tali pusat pada janin :
·         Usia kehamilan
Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen.
·         Polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat.
·         Panjangnya tali pusat
Panjang tali pusat dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat.
·         Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat :
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:
o   Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
o   Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
o   Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
o   Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.
·         Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985)
Penyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985)
Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.
2.6       Patofisiologi
Proses Pembentukan Tali Pusat Pada Janin
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar.Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
2.7       Penatalaksanaan
·         Persiapan Alat yang Diperlukan
·         Teknik Memotong Tali Pusat
1)    Arteri klem 2 buah
2)    Gunting Steril 1 buah
3)    Sarung Tangan Steril 1 pasang
4)    Benang steril pengikat pusat 1 helai
5)    Selimut Kering dan bersih 1 buah
6)    Perlak pengalas 1 buah
·         Memotong dan Mengikat Tali Pusat
1)      Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu menyuntikkan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong.
2)      Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepit, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke aarah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian jepit (dengan klem kedua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan (sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama.
3)      Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
4)      Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5)      Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5 %.
6)      Kemudian, letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu untuk Inisiasi Menyusu Dini dan melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu (minimal) dalam 1 jam pertama setelah lahir.
·         Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
o   Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
o   Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat.
o   Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
o   Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.
·         Nasehat untuk Merawat Tali Pusat
o   Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.
o   Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.
o   Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
-          Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
-          Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
-          Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.
-          Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
2.8       Pencegahan
Pencegahan agar tali pusat tidak infeksi yaitu dengan cara pemberian toxoid tetanus kepada ibu hamil 3 x berturut – turut pada trimester ke – 3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum. Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Tali pusat adalah  saluran kehidupan bagi janin selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan (Kamisa, 1997). Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga sederhana.
Cara  Merawat Tali Pusat :
·      Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan / bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.
·      Mengoleskan alkohol atau povidon iodine masih diperkenankan, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah / lembab.
·      Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi :
-             Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
-            Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
-            Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah dan / atau berbau.
-            Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.
3.2  Saran
1.      Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk menulis/meneliti tentang penelitian ini, penulis harapkan dapat meneliti lebih dalam lagi mengenai penelitian ( dalam penulisan isi makalah)
2.      Penulis harapkan makalah ini merupakan rintisan bagi penulisan makalah ( penelitian lain yang lebih lanjut/dalam )
3.      Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, penulis harapkan agar pembaca mencari solusi dari kekurangan makalah ini dengan menambah referensi bacaan dari yang lain.


DAFTAR PUSTAKA
Sumber koleksi Mediague.wordpress.com, dikumpulkan oleh RW.Hapsari.
Asuhan Persalinan Normal, 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar