Fisiologi alat reproduksi wanita merupakan sistem yang kompleks. Pada
saat pubertas umur sekitar 13-16 th, dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen dan akhirnya
terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche. Pada
usia 17-18 th menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang
berlangsung ±2-3 hari disertai dengan ovulasi,
sebagai pertanda kematangan alat reproduksi wanita. Sejak saat itu
wanita memasuki masa reproduksi aktif sampai mencapai mati haid pada
umur ±50 th.
Kejadian menarche dan menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai sistem tersendiri, yaitu :
1. sistem susunan saraf pusat dengan panca inderanya.
2. sistem hormonal : aksis hypothalamo-hypofisis-ovarial.
3. perubahan yang terjadi pada ovarium.
4. perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.
5. rangsang estrogen dan progesteron pada pancaindera, langsung pada hypothalamus, dan melalui perubahan emosi.
1. Sistem susunan saraf pusat
Semakin
dewasa umur wanita semakin besar pengaruh rangsangan ddan emosi
terhadap hypothalamus, sehingga mengeluarkan sekret (cairan)
neurohormonal menuju hypofisis melalui sistem portal, serta mempengaruhi
lobus anterior hypofisis.
2. Sistem hormonal : aksis hypothalamo-hypofisis-ovarial.
Hambatan
rangsangan panca indera menuju hypothalamus melalui nukleus Amygdale
(inhibitor pubertas) dan rangsang emosi secara langsung pada
hypothalamus makin lama makin berkurang, sehingga mengeluarkan sekret
(cairan) neurohormonal menuju hypofisis melalui sistem portal, serta
mempengaruhi lobus hypofisis guna mengeluarkan : hypofisis
gonadotropin dalam bentuk FSH dan LH untuk selanjutnya mempengaruhi
ovarium.
Untuk
dapat saling mempengaruhi maka sistem hypothalamus, hypofisis, dan
ovarium merupakan satu kesatuan. Hypofisis dianggap sebagai mother of gland
yang mampu memberikan rangsangan pada kelenjar dalam tubuh seperti
kelenjar thyroid, suprarenal, paratyriod dan pancreas. Semua kelenjar
tsb bersama-sama dapat menumbuhkan perkembangan tubuh wanita menjadi
dewasa.
3. Perubahan yang terjadi pada ovarium.
Dalam
siklus reproduksi aktif sebanyak 400 buah folikel yang akan mengalami
perubahan dan sebagian besar mengalami obliterasi menjadi korpus
albikantes. Rangsang gonadotropin hypofisis FSH menyebabkan sel
granulosa yang berada disekitar flikel primordial berkembang.
Pertumbuhan sel granulosa demikian rupa sehingga bagian dalamnya membentuk rongga yang berisi cairan liquor folliculi
yang mengandung hormon estrogen. Ovum terdesak ke tepi dan disangga ke
dinding folikel oleh cumulus oophorus. Ovum dipisahkan dengan sel
granulosa oleh zona pelusida.
Pertumbuhan
dan perkembangan folikel primordial yang semakin besar membentuk
folikel de graaf yang dindingnya menuju dinding ovarium. Pada puncak
pertumbuhan folikel de graaf, permukaannya mengalami nekrobiotik dan
devaskularisasi, sehingga tipis dan bebas dari jaringan ikat dan
pembuluh darah. Pengaruh tekanan liquor folikuli dan LH yang makin
meningkat dan berfluktuasi, terjadilah “ovulasi” yaitu pelepasan ovum
ke dalam tuba fallopii.
Proses penangkapan ovum disebut ovum pick up mechanism.
Ovum melanjutkan perjalanan menuju uterus karena semprotan cairan
folikuli, peristaltik tuba, dan aliran gerakan cairan tuba karena
gerakan silianya. Setelah terjadi proses ovulasi folikel de graaf
menjadi korpus rubrum dan selanjutnya korpus lutum.
4. Perubahan yang terjadi pada uterus sebagai organ akhir.
Uterus
dengan lapisan endometriumnya merupakan organ akhir proses siklus
menstruasi, dimana hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi
pertumbuhannya. Selama pertumbuhan dan perkembangan, folikel primordial
mengeluarkan hormon estrogen yang mempengaruhi endometrium ke dalam
proses proliferasi sejak akhir menstruasi sampai terjadi ovulasi.
Korpus
rubrum –yang segera menjadi korpus luteum—mengeluarkan hormon estrogen
dan progesteron yang makin lama makin tinggi kadarnya. Umur korpus
luteum sekitar 8 hari dan selanjutnya akan mengalami regresi sehingga
pengeluaran hormon semakinh berkurang dan berhenti, yang berakibat
vasokontriksi pembuluh darah dan segera diikuti vasodilatasi. Situasi
demikian menyebabkan pelepasan lapisan endometrium dalam bentuk serpihan
dan perdarahannya disebut menstruasi.
Menstruasi terjadi dalam 4 fase :
a. Stadium menstruasi/desquamasi
¨ Berlangsung sekitar 3-5 hari
¨ Lapisan stratum kompakta dan spongiosa dilepaskan
¨ Tertinggal lapisan stratum basalis 0,5 mm
¨ Jumlah perdarahan sekitar 50 cc, tanpa terjadi bekuan darah karena mengandung banyak fermen.
¨ Bila terdapat gumpalan darah, menunjukkan perdarahan menstruasi banyak.
b. Stadium regenerasi/post menstrum
Stadium
ini dimulai pada hari ke-4 menstruasi, dimana luka bekas desquamasi
endometrium tertutup kembali oleh epitel selaput lendir
endometrium,tebalnya ± 0,5 mm. sel basalis mulai berkembang, mengalami
mitosis dan kelenjar endometrium mulai tumbuh kembali.
c. Stadium proliferasi/inter menstrum
Stadium
ini lapisan endometrium pertumbuhan kelenjarnya lebih cepat dari
jaringan ikatnya sehingga berkelok-kelok. Lapisan atasnya tempat saluran
kelenjar tampaknya lebih kompak disebut stratum kompakta. Sedang
lapisan yang mengandung kelenjar yang berkelok menjadi lebih longgar
disebut stratum spongiosa. Stadium ini berlangsung sejak hari ke-5
sampai 14, dan tebal endometrium 3,5 cm.
d. Stadium pramenstruasi/sekresi
Stadium
ini endometrium dipengaruhi oleh hormon estrogen dan sejak saat ovulasi
korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi endometrium ke dalam fase sekresi. Tebal
endometrium tetap, hanya kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan
sekret. Disamping itu sel endometrium mengandung banyak glikogen,kapur,
protein, air dan mineral sehingga siap untuk menerima implantasi dan
memberikan nutrisi pada zygot. Berlangsung sejak hari ke-14 sampai 28.
5. Rangsang estrogen dan progesteron pada pancaindera, langsung pada hypothalamus, dan melalui perubahan emosi.
OVULASI (pengeluaran sel telur)
Ovulasi
biasanya terjadi kira-kira 14 hari sebelum menstruasi yang akan datang,
dengan kata lain, diantara dua haid yang berurutan, indung telur akan
mengeluarkan ovum, setiap kali satu dari ovarium kanan dan lain kali
dari ovarium kiri. Cara menentukan adanya ovulasi :
« Biopsi endometrium
« Suhu basal badan
« Sitologi vaginal
« Getah serviks
« pH getah vagina
« Endoskopi
Setelah ovulasi sel-sel granulosa dari dinding folikel mengalami
perubahan dan mengandung zat warna yang kuning disebut lutein sehingga
folikel yang berubah menjadi butir telur yang kuning disebut korpus
luteum yang mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Bila terjadi
konsepsi korpus luteum menjadi korpus luteum graviditatum dan bila tak
ada konsepsi menjadi korpus luteum menstruationum.
F Korpus luteum menstruationum
Masa hidup ± 8 hari, setelah itu terjadi degenerasi dan menjadi korpus albikans yang berwarna putih. Dengan
terbentuknya korpus albikans maka pembentukan hormon estrogen dan
progesteron mulai berkurang malahan berhenti sama sekali. Hal ini mengakibatkan ischemia dan necrose endometrium yang kemudian disusul dengan menstruasi.
F Korpus luteum graviditatum
Bila
terjadi konsepsi, sel telur yang telah dibuahi tersebut berjalan ke
kavum uteri dan sesampainya di dalam kavum uteri menenemkan diri di
dalam endometrium atau nidasi. Sel telur yang telah dibuahi (zygot)
mengeluarkan hormon-hormon sehingga korpus albikans tetap tumbuh menjadi
lebih besar dan disebut korpus luteum graviditatum yang tetap hidup
sampai bulan ke-4 kehamilan, setelah itu faalnya digantikan oleh
plasenta. Karena korpus luteum tidak mati, maka progesteron dan estrogen
terus terbentuk, dengan demikian endometrium tidak nekrosis tetapi
malah tumbuh menjadi tebal dan berubah menjadi decidua. Hal inilah yang menyebabkan seorang wanita tidak haid selama kehamilan berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar