MATERI KEBIDANAN KOMUNITAS
BAB I
KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS
Bidan sebagai
pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu
memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Bidan juga
tinggal didalam suatu masyarakat dikomunitas tertentu oleh karena itu dalam
memberikan pelayanan tidak hanya memandang ibu dan anak sebagai individu tetapi
juga mempertimbangkan factor lingkungan dimana ibu tinggal. Lingkungan ini
dapat berupa social, politik, dan keadaan ekonomi. Disini terlihat jelas bahwa
kebidanan komunitas sangat diperlukan, agar bidan dapat mengenal kehidupan
social dari ibu dan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatannya.
PENGERTIAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Definisi bidan
menurut International Confederation Of
Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di
seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi
tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM).
Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun
2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang
yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register)
dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan
pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan,
termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Untuk Indonesia pengertian bidan sama dengan definisi diatas,
menurut Kepmenkes no.900/Menkes/SK/VII/2002 “Bidan” adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi
masyarakat Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan
Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan
asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan
pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Kebidanan/Midwifery
Kebidanan adalah
satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan
pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita,
fungsi–fungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada
perempuan, keluarga dan komunitasnya
Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan
kebidanan adalah
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang
telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau rujukan.
Praktik Kebidanan
Praktik
Kebidanan adalah
implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom, kepada
perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan.
Manajemen Asuhan
Kebidanan
Manajemen Asuhan
Kebidanan adalah
pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan
Asuhan
kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BIDAN DALAM NEGERI
Perkembangan
pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya
berjalan seiring untuk menjawab kebutuhan tuntutan masyarakat akan pelayanan
kebidanan. Yang dimaksud dengan pendidikan ini adalah pendidikan formal dan non
formal.
Tahun 1851
Pendidikan
bidan dimulai pada masa penjajahan hindia belanda. Seorang dokter militer
Belanda (DR. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia.
Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnya peserta didik karena
adanya larangan bagi wanita untuk keluar rumah.
Tahun 1902
Pendidikan
bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di Rumah Sakit militer di Batavia dan
tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita Indo dibuka di Makasar. Lulusan dari pendidikan ini harus
bersedia ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong
msyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini
mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden
perbulan (tahun 1922).
Tahun
1911/1912
Dimulai
pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan
Batavia. Calon yang diterima dari HIS ( SD 7 Tahun) dengan pendidikan
keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria pada
tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama , bagi perawat wanita
yang lulus bisa melanjutkan kependidikan bidan selama 2 tahun. Untuk perawat
pria dapat meneruskan pendidikan keperawatan lanjutan selama dua tahun juga.
Tahun 1935-1938
Pemerintah
colonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLTP bagian B)
dan hampir bersamaan di buka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain :
di Jakarta di Rumah Sakit BersalinBudi Kemulyaan, RSB Palang Dua, dan RSB mardi
Waluyo di Semarang. Pada
tahun itu dikeluarkan peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar
belakang pendidikan.
-
Bidan dengan latar pendidikannya Mulo dan pendidikan
kebidanan selam 3 tahun disebut bidan kelas satu.
-
Bidan dari lulusan perawat (mantri) disebut bidan
kelas dua
Perbedaan
ini menyangkut gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.
Tahun 1550-1953
Dibuka
sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama
pendidikan 3 tahun. Mengingat tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak
maka dibuka pendidikan pembantu bidan disebut penjenang kesehatan E atau
pembantu bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan sekolah itu
ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan
dasar. Lulusan PK/E sebagian besar melanjutkan ke pendidikan bidan selam 2
tahun.
Tahun 1953
Dibuka
kursus tambahan bidan (KTB) di Yogya karta. Lamanya kursus antara7-12 minggu.
Tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan TKB adalah untuk memperkenalkan
kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagi bidan terutama
menjadi bidan di BKIA. Tahun
1967 KTB ditutup.
Tahun 1954
Dibuka
pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat
kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini berlangsung satu
tahun kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir berkembang menjadi 3 tahun. Pada
awal tahun 1972, institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat
(SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah
bidan.
Tahun 1970
program
pendidikan bidan yang menerima lulusan dari sekolah pengatur rawat (SPR)
ditambah dengan 2 tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan
Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK) pendidikan ini tidak dilaksanakan merata di
seluruh provinsi.
Tahun 1974
Mengingat
jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak (24 katergori), Depkes
melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Setalah bidan
ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga
muti porpose dilapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan
normal. Namun karena adanya perbedaan
falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan ,
maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong perasalinan tidak tercapai atau
terbukti tidak berhasil.
Tahun 1975-1984
Institusi
pendidikan bidan ditutup, sehingga dalan 10 tahun tidak menghasilkan bidan.
Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar
Tahun 1981
Untuk
meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan ibu dan anak
termasuk kebidanan, dibuka pendidikan diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. ini
hanya berlangsung 1 tahun dan tidak diberlakukan oleh seluruh institusi.
Tahun 1985
Dibuka
lagi program pendidikan bidan yang disebut dengan PPB yang menerima lulusan
dari SPR dan SPK. Pada saat itu dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di
masyarakat. Lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan
kepada institusi yang mengirim.
Tahun 1989
Dibuka crash program pendidikan bidan
secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program
pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai program pendidikan bidan A
(PPB/A). lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa,
dengan tujuan untuk menberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan
terhadap ibu dan anak di daerah pedesaan dalam rangka meningkatkan
sesejahteraan keluarga dan menurunkan angka kematian ibu dan anak, untuk itu
pemerintah menempatkan bidan di setiap desa sebagai PNS golongan II. Mulai
tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (bidan PTT) dengan
kontrak selama 3 tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang dua
kali tiga tahun lagi.
Penempatan
bidan ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. Bidan harus
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik sebagai bidan tapi
juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk menggerakkan
masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak. Program
Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar.
Diharapkan tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang bidan.
Lulusan pendidikan ini kenyataannya juga tidak memiliki kemampuan dan
keterampilan yang diharapkan seorang bidan profesional, karena pendidikan
terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu satu
tahun akademik, sehingga kesempatan peserta didik untuk praktik klinik
kebidanan sangat kurang, sehingga tingkat kemampuan yang dimiliki seorang bidan
juga kurang.
Tahun 1993
Dibuka
program pendidikan bidan B (PBB/B) yang peserta didiknya lulusan AKPER dengan
lama pendidkan 1 tahun. Tujuan penidikan ini dalah untuk mempersiapkan tenaga
pengajaran pada PPB A. berdasarkan penelitian terhadap kamapuan klinik
kebidanan dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena
lama pendidikan yang hanya 1 tahun. Pendidikan ini hanya berlangsung 2 angkatan
(1995 dan 1996) kemudian ditutup.
Tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan program C (PPB/C)
yang menerima masukan dari lulusan SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 provinsi
yaitu Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (untuk wilayah Sumatra) Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan (wilayah selatan) Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya. Pendidikan ini memerlukan kurikulum
3700 jam dan dapat diselesaikan dalam 6 semester.
Selain
pendidikan bidan diatas sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelnggarakan
uji coba pendidkan bidan jarak jauh (Distance Laerning) di tiga provinsi yaitu
Jawa barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilakukan untuk
memperluas cakupan upaya peningkatan
mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah
diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994
Diklat jarah Jauh bidan (DJJ) adalah
DJJ kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak
pada penurunan AKI dan AKB. DJJ bidan dilaksanakan dengan menggunakan modul
sebanyak 22 buah. Pendidikan ini dikoordinasikan oleh Pusdiklat Depkes dan
dilaksanakan oleh bapelkes di propinsi.
·
DJJ
I (1995-1996) dilaksanakan di 15 propinsi
·
DJJ
II (1996-1997) dilaksnakan di 16 propinsi
·
DJJ
III (1997-1998) dilaksnakan di 26 propinsi
Secara komulatif dari tahap I-III
diikuti oleh 6.306 dan 3.439 (55%) dinyatakan lulus.
·
DJJ
tahap IV (1998-1999) dilaksanakan di 26 propinsi dengan jumlah setiap
propinsinya adalah 60 orang kecuali Maluku, Irian Jaya dan Sulawesi Tengah
masing-masing hanya 40 orangdan propinsi
Jambi 50 orang.
Selain
pelatihan DJJ tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat
daruratan maternal dan neonatal (LSS; Life Saving Skill) dengan materi
pembelajaran berbentuk 10 modul. Ditinjau dari proses penyelenggaraan ini
dinilai tidak efektif.
Tahun 1996
IBI
bekerjasama dengan Depkes dan American College of Nursing Midwife (ANCM) dan
Rumah Sakit swasta mengadakan training of trainer kepada anggota IBI sebanyak 8
orang untuk LSS yang kemudian menjadi ti pelatihan inti LSS di PP IBI. Tom
peltihan LSS ini mengadakan TOT dan pelatihan baik untuk bidan di desa maupun
bidan praktek swasta. Pelathan praktek dilaksanakan di 14 propinsi dan
selanjutnya melatih BPS secara swadaya, begitu juga guru atau dosen dari D3
kebidanan.
Tahun 1995-1998
IBI bekerja
langsung dengan Mother Caremelakukan peltihan dan peer review bagi bidan RS,
bidan Puskesmas, dan bidan di desa di propinsi Kalimantan selatan.
Tahun 2000
Telah ada
tim pelatih Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal
Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa
propinsi/kabupaten. Peltihan LSS dan APN tidak hanya untuk pelatohan pelayanan,
tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan.
Selain
melaui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan
juga diadakan seminar dan lokakarya organisasi (Organization Development : OD)
dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahin 1996 sampai dengan 200
dengan baiaya dari UNICEF.
Perkembangan Pendidikan
Bidan Sekarang
Mengingat
besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani masyarakat,
pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi bidan agar
dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan
dapat berperan sebagai tenaga kesehatan professional.
Berdasarkan
hal tersebut maka mulai tahun 1996 telah dibuka pendidikan diploma III
kebidanan dengan menggunakan kurikulum nasional yang telah ditetapkan melalui
surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996 di enam
provinsi dengan menerima calon peserta didik dari SMA. Saat ini kurikulum D III
Kebidanan telah direvisi mengacu pada Kep Mendiknas 232 tahun 2000 tentang
pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi tersebut telah
disahkan dengan keputusan menteri kesehatan RI No. HK.006.06.2.4.1583.
Pada
tahun 2001 tercatat ada 65 institusi yang menyelenggarakan pendidikan diploma
III kebidanan di seluruh Indonesia. Dalam tiga tahun terakhir minat masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pendidikan diploma III Kebidanan sangat tinggi. Hal
ini terlihat sampai saat ini jumlah institusi penyelenggara D III Kebidanan
sudah mencapai 147 dengan 44 milik Depkes dan sisanya kepemilikan pemerintah
daerah, TNI dan swasta. Hal ini perlu kita cermati bersama bahwa apabila
peluang seperti akan tetap dipertahankan maka tidak ditutup kemungkinan jumlah institusi DIII
kebidanan sulit untuk dibendung karena adanya aturan yang memungkinkan untuk
itu. Sekaitan dengan hal tersebut sebaiknya pihak- pihak terkait seperti IBI
melakukan studi tentang hal ini dan menyampaikan kepada pihak terkait dan
berwenang sebagai masukan untuk membatasi izin pendirian Diploma kebidanan dan
DIV Bidan pendidik.Dengan jumlah institusi yang cukup besar tersebut dihadapi
berbagai masalah antara lain jumlah dosen serta sarana lahan praktik dan kasus
yang terbatas. Untuk mengatasi kendala ini mulai tahun 2000 dibuka program
diploma IV bidan pendidik yang diselenggarakan di fakultas kedokteran
Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Pendidikan ini lamanya dua semester (satu
tahun) dan saat ini telah berkembang program yang sama pada UNPAD(2001),
USU(2004) dan STIKES Ngudi Waluyo Semarang, serta STIKIM Jakarta (2003).Akhir-
akhir ini minat masyarakat untuk membuka program DIV bidan pendidik juga sudah
mulai banyak seperti adanya beberapa usulan yang sudah masuk ke Pusdiknakes
dari pemprakarsa program DIV bidan pendidik pada awalnya dilaksanankan dalam
masa transisi dalam upaya pemenuhan kebutuhan dosen.
Apabila
dianalisa lebih lanjut aturan yang berlaku pada Depdiknas adalah kualifikasi
dosen minimal satu tingkat program yang dilaksanakan dengan program studi yang
sesuai. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa DIV bidan pendidik dengan masa
studi satu tahun terdiri dari beban materi profesi kebidanan kurang lebih 60 %
dan 40 % beban materi kependidikan. Hal ini sebenarnya belum belum memenuhi
ketentuan yang ditetapkan Depdiknas bahwa kualifikasi dosen minimal DIV dan S1
Kebidanan dan untuk menjadi pendidik perlu ditambah dengan kemampuan kependidikan.
Dengan memperhatikan permasalahan tersebut mungkin sudah waktunya untuk
memikirkan dan membuat rancangan pendidikan DIV Kebidanan kilinis dan S1
Kebidanan. Tidak tertutup kemungkinan pula untuk mengembangkan pendidikan pada
jenjang S2 maupun SP1 dan SP2, apabila diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
dosen, peneliti dan menejer dalam bidang midwifery/ kebidanan disamping tetap
melaksanakan pemenuhan kebutuhan tenaga pelaksana pelayanan kebidanan oleh
setiap tatanan pelayanan kesehatan. Tapi hal ini terlebih dahulu harus disusun
dan ditetapkan kompetensi untuk masing-masing level/ jenjang pendidikan agar
tidak terjadi kebingungan dikemudian hari. Penyusunan kompetensi ini dilakukan
oleh IBI bersama-sama dengan unsure terkait lainnya seperti Depkes, organisasi
profesi (POGI, IDAI, PERNASIA, dll ). Adapun pembinaan dan pengawasan yang telah diupayakan oleh Pusdiknakes antara
lain mulai dari penyusunan dan penetapan standar kompetensi bidan, penilaian
ijin institusi baru, seleksi mahasiswa baru, penyusunan kurikulum, akreditasi
dan ujian akhir program. Serta pengembangan beberapa standar pendidikan. Sampai
saat ini dari 147 institusi telah terakreditasi sebanyak 26 dengan status
sebagai berikut : A= 4, B = 18 dan C= 4. Sehubungan dengan hal tersebut diatas,
ke depan kita sudah waktunya untuk meninjau ulang dan menata kembali pola
pendidikan berjenjang dan berkelanjutan bagi bidan.
Sejarah Dan Perkembangan Pelayanan Kebidanan Dalam Negeri
Perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan di
Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan,
politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan,
kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
Pada tahun 1907 (Zaman
Gubernur Jendaral Hendrik William Deandels)
Pada zaman
pemerintah Hindia Belanda. AKI dan AKB sangat tinggi, Tenaga penolong
persalinan adalah dukun . Para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan tapi
keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.
Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada di Indonesia.
Tahun 1849
Dibuka
pendidikan dokter Jawa di Batavia (di RS Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot
Subroto), seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut pada tahun 1851
dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter
militer Belanda (Dr. W. Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di RS dan di
masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh
dukun dan bidan.
Tahun 1952
Mulai
diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas
pertolongan persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung sampai dengan
sekarang yang memberikan kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di
msyarakat dilakukan dengan kursus tambahan yang dikenal dengan istilah kursus
tambahan bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula
di kota-kota besar lain. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan
kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup palayanan antenatal.
Postnatal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi.
Sedangkan diluar BKIA, bidan memberikan portolongan persalinan di rumah
keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari
pasca persalinan.
Dari
BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan yang terintegrasi kepada
masyarakat yang dinamakan Puskesmas pada tahun 1957. Puskesmas memberikan
pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas
barfungsi memberikan pelayan KIA termasuk pelayanan KB baik diluar gedung
maupun didalam gedung.Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung adalah
pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Pelayanan di Posyandu mencakup empat kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan,
pelayanan KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Mulai tahun 1990
Mulai
tahun 1990 Pelayanan kebidanan diberikan secra merata dan dekat masyarakat.
Kebijakan ini melalui Inpres secara lisan pada sidang Kabinet tahun 1992
tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas
pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana KIA kususnya dalam palayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta pelayanan kesehatan BBL, termasuk
pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan didesa
melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal
tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan
yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda dengan halnya
bidan yang bekerja di RS dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada
individu. Bidan di RS memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan
kesehatan reproduksi di klinik KB, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar
bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
Bertitik
tolak dari konferensi kependudukan dunia di Kairo pada tahun 1994 yang
menekankan pada kespro, memerlukan area garapan pelayanan bidan. Area tersebut
melipuiti :
·
Family
Planning
·
PMS
termasuk infeksi saluran reproduksi
·
Safe
Motherhood termasuk bayi baru lahir dan
perawatan abortus
·
Kesehatan
Reproduksi pada remaja
·
Kesehatan
Reproduksi pada orang tua
Bidan
dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan
kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Permenkes.
Permenkes yang menyangkut wewanang bidan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut dimulai dari ;
Permenkes
No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas hanya pada pertolongan persalinan
normal secara mandiri didampingi tugas lain
Permenkes
No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989.
Wewenang
bidan dibagi dua yaitu wewenang umum dan wewenang khusus. Dalam wewenang khusus
ditetapkan bila bidan melaksanakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter.
Hai ini berarti bahwa bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas tidakan
yang dilakukan. Pelaksanaan dari Permenkes ini , bidan dalam melaksanakan
praktek perorangan dibawah pengawasan dokter.
Permenkes No.
572/VI/1996
Wewenang
ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan
prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan
kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :
pelayanan kebidananan yang meliputi :pelayanan ibu dana anak, pelayanan KB,
pelayanan kesehatan masyarakat.
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registasi dan praktek
bidan revisi dari Permenkes 572/VI/1996
Dalam melakukan
tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan
kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan keadaan darurat
bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam
menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan,
pengalamam berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai
dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah karena kewenangan yang diberikan
oleh Depkes ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga
profesional dan mandiri.
SEJARAH PELAYANAN KEBIDANAN DI LUAR NEGERI
Yunani
Hipocrates yang hidup antara tahun
460-370 sebelum masehi. Beliau mendapat sebutan Bapak Pengobatan karena selama hidupnya menaruh perhatian besar terhadap
perawatan dan pengobatan serta kebidanan. Beliau menganjurkan ibu bersalin
ditolong dengan perikemanusiaan dan mengurangi penderitaan ibu. Beliau
menganjurkan agar ibu bersalin dirawat dengan selayaknya. Sehubungan dengan
anjuran itu maka di negeri Yinani dan romawi terlebih dahulu merawat wanita
nifas.
Roma
Soranus yang hidup pada tahun 98-138
sesudah masehi. Beliau disebut Bapak Kebidanan karena dari beliaulah pertama kali menaruh perhatian
terhadap kebidanan setelah masa Hipocrates dan berpendapat bahwa seorang bidan
hendaklah seorang ibu yang telah mengalami kelahiran bayi, ibu yang tidak takut
akan hantu, setan, serta menjauhkan tahayul. Disamping itu beliau pertama kali
menemukan dan menulis tentang Versi
Podali, tapi sayang tidak disertai keterangan yang lengkap. Setelah Soranus
meninggal usahanya diteruskan oleh muridnya Moscion. Ia menulis buku yang merupakan pengajaran bagi
bidan-bidan. Bidan-bidan dahulu seringkali tidak mendapatkan
pengajaran, hanya bekerja berdasarkan pengalaman dan keberanian. Buku yang
ditulisnya itu diberi judul Katekismus
bagi bidan-bidan Roma. Dengan adanya buku itu majulah pengetahuan bidan.
Galen
(129-201 Masehi) menulis beberapa teks tentang pengobatan termasuk Obstetri dan
Gynekologi. Dia juga
mengambarkan bagaimana bidan melakukan Dilatasi
Servik.
Italia
Zaman
setelah Moscion meninggal sampai abAd pertengahan merupakan zaman yang galau
bagi bidang perawatan, dimana perawatan pada umumnya menjadi mundur. Pengobatan
menjadi mundur sekali. Di Eropa ilmu pengobatan kuno menjadi satu dengan
astrologi sedangkan yang mesih berusaha menpertahankan perkembangan pengobatan
kebanyakan hanya tabib-tabib bangsa Arab, karena pada waktu itu pengobatan dan
perawatan diabaikan tidak heranlah jika kebidanan juga dilalaikan, umumnya
orang menganggap bahwa kebidanan adalah satu hal yang biasa.
Pada
abad ke XV waktu sekolah Italia sudah banyak dan besar, pengobatan mulai maju
lagi, terutama menganai antomi dan fisiologi tubuh menusia. Diantara guru-guru
besar Itali yang terkenal dan berjasa adalah :
1.
Vesalius
2.
Febricus
3.
Eustachius
yang menemukan tuba Eustachius (saluran yang menghubungkan hidung, telinga dan
tenggorokan).
4.
Fallopius menemukan Tuba Fallopii (saluran yang
menghubungkan ovarium dan uterus)
5. Arantius
menemukan Ductus Arantii (pembuluh darah sementara pada janin)
Perancis
Perkembangan
yang diperoleh oleh guru besar Italia kemudian mempengaruhi pengobatan,
perawatan dan kebidanan di Perancis. Setelah kebidanan dikenal, para wanita bangsawan
mempeloporinya. Apabila wanita bangsawan itu akan bersalin, terutama yang tinggal
di istana, mereka selalu memanggil Dokter atau Bidan, dicontoh oleh kaum
terpelajar dan kemudian berkembang pula diantara wanita-wanita biasa.
Tokoh yang terkenal membawa
perkembangan kebidanan di Perancis adalah :
1. Amroise
Pare (1510-1590)beliau dikenal sebagai seorang ahli bedah, tetepi juga
memberikan kontribusi dalam bidang Obstetri dan Gynekologi. Beliau menemukan Versi Podali < sebagai mana yang
dikemukakan oleh Soranus dahulu, tetapi beliau memberikan cara-cara dengan
lengkap. Perasad ini dikenal dengan Versi Ekstaksi (diputar)
kemudian ditarik keluar.
2. Grullemau,
beliau adalah murid dari Amroise Pare yang membantu dan meneruskan minat
gurunya.
3. Louise
Bourgeois/ Boursie (1563-1636)ia dalah seorang bidan yang cakap, juga murid
dari Amroise Pare. Turut memperkenalkan versi ektraksi pada persalinan sukar.
Ia pertama kali menerbitkan buku tentang kebidanan
4. Francois Mauriceau
Menemukan
suatu cara untuk melahirkan kepala pada letak sungsang agar lebih mudah yaitu
dengan memasukkan dua jari ke dalam mulut bayi agar kepala bertambah fleksi.
Cara ini hingga sekarang terkanal dengan istilah Cara Mauriceau atau Perasad
Mauriceau.
Inggris
1.
William
Smellie, ( 1697-1763)
Beliau mengubah bentuk cunam, serta
menulis buku tentang pemasangan cunam dengan karangan yang lengkap,
ukuran-ukuran panggul dan perbedaan panggul sempit dan biasa
2.
William
Hunter (1718-1783)
Murid dari Willian Smellie, yang
memeruskan usahanya.
Amerika Serikat
Zaman dahulu kala di AS persalinan
ditolong oleh dukun beranak yang tidak berpendidikan. Biasanya bila wanita
sukar melahirkan, ahli obat menganjurkan agar wanita itu diusir serta ditakuti
agar ras sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena kesakitan dan
keseduhannya. Menurut catatan Thimas yang pertama kali praktek di AS adalah Samuel
Fuller dan Istrinya. Kemudian menyusul Anne Hutchinson, ia menjadi bidan pada
tahun 1634, pergi ke Boston dan melaporkan disana ia telah menolong persalinan
dengan baik dan menghilangkan kepercayaan lama.
Kemudian nasib malang menimpa Anne
Hutchinson ketika ia menolong sahabatnya bernama Marry Dyer, melahirkan anak
dengan Anencephalus. Orang- orang mengecam Anne sebagai seorang ahli shir
wanita. Akibat kecaman itu ia meninggalkan Boston dan pergi ke Long Island,
kemudian ke Pelham, New York. Disana ia terbunuh waktu ada pemberontakan
orang-orang Indian. Karena ia dianggap sebagai orang yang berjasa maka ia
diperingati dengan nama Hutchinson River
Parkway
Setelah orang Amerika mendengar
perkembangan di Inggris beberapa orang Amerika terpengaruh dengan kemajuan di
Inggris dan pergi kesana untuk memperdalam ilmunya. Antara lain :
1.
Dr,
James Lloyd (1728-1810.
Beliau berasal dari Boston, belajar
di London di RS Guy dan RS Saint Thimas.
2.
Dr.
Willian Shippen (1736-1808)
Beliau berasal dari Philadelphia,
belajar di Eropa selama lima tahun kemudian belajar pada Willian Smellie dan
Jhon, William Hunter dan Mackanzie. Sekembalinya di AS mengembangkan kebidanan
di Amerika. Pada tahun 1762 Dr. W. Shippen diizinkan mendirikan kursus
kebidanan di Philadelphia Gazette. Masyarakat banyak menaruh minat, pria maupun
wanitanya , sehingga kursusnya terdiri dari dari murid-murid pria dan wanita. Dalam
praktek kebidanan murid-murid dipisahkan, murid pria berpraktek pada praktek
pratikulirnya sendiri. Kemudian didirikan rumah sakit bersalin yang khusus
untuk latihan muridnya. Kursus ini berlangsung terus sampai tahun 1765,
kemudian ditutup karena adanya sekolah kedokteran dari Collage Philadelpjia.
Dr. William Shippen diangkat menjadi professor Anatomi. Pembedahan dan
kebidanan diajarkan bersama-sama pada tahun 1810 setelah ada pangangkatan
dokter Thomas Chalkley James sebagai professor kebidanan. Ia menganjurkan
partus buatan pada bayi premature bila pinggul ibu nya sempit.
3. Dr.
Samuel Brad yang hidup pada tahun 1742-1821. setelah menamatkan pelajarannya
beliau pergi ke Eropa belajar di Edenburgh hingga tamat. Kemudian meneruskan
lagi ke London hingga pada tahun 1768 kembali ke Amerika Serikat pada umur 26
tahun.
Beliau
terkenal dengan memajukan berdirinya bagian kedokteran di King College yang
sekarang menjadi Universitas Columbia Dr. J.V.L. Tennet yang bekerja juga pada
universitas itu menyebutnya sebagai professor kebidanan yang pertama di King
College. Kemudian Dr Samuel Bard menulis buku kebidanan yang lain dan memuat
pelajaran bagi dokter dan bidan. Isi buku tersebut antara lain sebagai berikut
:
a. Cara pengukuran Conyungata diagonalis
b. Kelainan-kelainan panggul
c.
Melarang pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi
4. kala
I, dari permulaan persalinan sampai pembukaan lengkap
5. kala
II, dari pembukaan lengkap sampai kepala kelihatan di atas perineum
6. kala
III, dari tampaknya kepala bayi diatas perineum sampai lahirnya seluruh tubuh
7. Kala
IV, dari lahirnya anak sampai lahirnya plasenta.
a.
Menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah
terjadinya inversion uteri.
b.
Mengajarkan bahwa letak muka dapat lahir spontan
c.
Melarang pemakaian cunam yang berulan-ulang karena banyak
menimbulkan kerugian.
8.
Dr.
Walter Channing (1786-1876)
Walter Channing mula-mula belajar
kedokteran di universitas Pensylvania, kemudian meneruskan ke Edenburgh dan
London. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau diangkat sebagai Profesor
kebidanan di Sekolah Kedokteran Harvard, di mana sebelumnya diajarkan subjek
kebidanan sebagai subjek tersendiri. Dr. Walter Channing juga seorang dokter
yang pertama kali memperhatikan keadaan nifas di RSU Boston, Amerika Serikat.
Perkembangan Pendidikan Kebidanan Di Luar Negeri
Malaysia
Perkembangan
kebidanan di Malaysia bertujuan untuk menurunkan MMR dan IMR dengan menempatkan
bidan desa. Mereka memiliki basic SMP + juru rawat + 1 tahun sekolah bidan.
Jepang
Sekolah
bidan di Jepang dimulai pada tahun 1912 pendidikan bidan disini dengan basic
sekolah perawat selama 3 tahun + 6 bulan pendidikan bidan. Tujuan pelaksanaan
pendidikan ini adalah untuk meningkaTkan pelayanan kebidanan dan neonatus tapi
pada masa itu timbul masalah karena masih kurangnya tenaga bidan dan bidan
hanya mampu melakukan pertolongan persalinan yang normal saja, tidak siap jika
terdapat kegawat daruratan sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas bidan
masih kurang memuaskan. Pada tahun 1987 ada upaya untuk meningkatkan
pelayanan dan pendidikan bidan, menata dan mulai merubah situasi.
Belanda
Negara
Belanda merupakan Negara Eropa yang teguh berpendapat bahwa pendidikan bidan
harus dilakukan secara terpisah dari pendidikan perawat. Menurut Belanda
disiplin kedua bidang ini memerlukan sikap dan keterampilan yang berbeda. Perawatan
umumnya bekerja secara hirarki di RS dibawah pengawasan sedangkan bidan
diharapkan dapat bekerja secara mandiri di tengah masyarakat. Akademi
pendidikan bidan yang pertama pada tahun 1861 di RS Universitas Amsterdam.
Akademi ke dua dibuka pada tahun 1882 di Rotterdam dan yang ketiga pada tahun
1913 di Heerlen. Pada awalnya pendidikan bidan adalah 2 tahun, kemudian menjadi
3 tahun dan sejak 1994 menjadi 4 tahun. Pendidikannya dengan dasar SMA. Tugas
pokok bidan di belanda adalah keadaan normal dan merujuk keadaan yang abnormal
ke dokter ahli kebidanan.
Inggris
Pada tahun
1902 pelatihan dan registrasi bidan mulai diteraturkan. Selama tahun 1930 banyak perawat yang
teregistrasi masuk kebidanan karena dari tahun 1916 mereka melaksanakan
kursus-kursus kebidanan lebih singkat dari pada perempuan tanpa kualifikasi
keperawatan. Tahun 1936 kebanyakan siswa-siswa kebidanan teregistrasi sebagai perawat. Pelayanan kebidanan di
Inggris banyak dilakukan oleh bidan praktek swasta. Semenjak pertengahan 1980
kurang lebih 10 orang bidan melaksanakan praktek mandiri. Tahin 1990 bertambah
sekitar 32 bidan, 1991 menjadi 44 bidan, dan 1994 sekitar 100 orang bidan
dengan 80 bidan masuk dalam independent Midwives Assosiation.
Alasan bidan di Inggris melakukan
praktek mandiri :
·
Penolakan terhadap model medis dalam kelahiran (
Medicalisasi)
·
Ketidakmampuan
menyediakan perawatan yang memuaskan dalam NHS ( National Health Servis )
·
Untuk
mengurus status bidan sebagai praktisi
·
Untuk memberikan kelangsungan perawatan dan kemampuan
bidan dalam memberikan pertolongan persalinan di rumah sebagai pilihan mereka.
Pendidikan kebidanan di inggris :
·
High
School + 3 tahun
·
Nurse
+ 18 bulan
Mayoritas
bidan di Inggris adalah lulusan diploma. Sejak tahun 1995 sudah ada lulusan S1
kebidanan dengan dasar SMU + 3-4 tahun.
Australia
Australia
sedang pada titik perubahan terbesar dalam pendidikan kebidanan. System ini
menunjukkan bahwa seorang bidan adalah seorang perawat yang terlegislasi dengan
kualifikasi kebidanan. Konsekwensinya
banyak bidan-bidan yang telah mengikuti pelatihan di Amerika dan Eropa tidak
dapat mendaftar tanpa pelatihan perawatan. Siswa-siswa yang mengikuti pelatihan
kebidanan pertama kali harus terdaftar sebagai perawat. Kebidanan swasta di
Australia berada pada poin kritis pada awal tahun 1990, berjuang untuk bertahan
pada waktu perubahan besar.
3 faktor
yang bekerja melawan kebidanan
- Medical
yang dominan
-
Berlawanan dengan profesi keperawatan
- Tidak
mengabaikan komunitas peran bidan
Medicalisasi
telah dibawa sebagian oleh dokter, melalui pelatihan melebihi dari yang
diperlukan ini adalah gambaran dari pejuangan bidan-bidan di Negara lain.
Profesi keperawatan di Australia menolak hak bidan sebagai identitas profesi
yang terpisah. Dengan kekuatan penuh bidan-bidan yang sedikit militant
tersupport untuk mencapai kembali hak-hak dan kewenangan mereka dalam menolong
persalinan
Pendidikan
bidan dengan basic perawat + 2 tahun. Sejak tahin 2000 telah dibuka University
of Teknology of Sydney yaitu S2 ( Doctor Of Midwifery )
Spanyol
Spanyol
merupakan salah satu Negara di benua Eropa yang telah lama mengenal profesi
bidan. Dalam tahun 1752 persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian, dimana
materi ujiannya adalah dari sebuah buku kebidanan “ A Short Treatise on the Art
Of Midwifery) pendidikan bidan di ibu kota Madrid dimulai pada thain 1789.
Bidan disiapkan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat terutama dikalangan
petani dan buruh tingkat menengah kebawah. Bidan tidak boleh mandiri memberikan
obat-obatan , melakukan tindakan yang menggunakan alat-alat kedokteran.
Pada tahun
1942 sebuah RS Santa Cristina menerima ibu-ibu yang hendak bersalin. Untuk itu
dibutuhkan tenaga bidan lebih banyak. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini
secara resmi menjadi School of Midwife. Antara tahun 1987-1988 pendidikan bidan
untuk sementara ditutup karena diadakan penyesuaian kurikulum bidan menurut
ketentuan Negara-negara masyarakat Eropa, bagi mereka yang telah lulus sebelum
itu, penyesuaian pada akhir 1992.
Ontario Canada
Mulai tahun 1978 wanita dan
keluarga tidak puas dengan system perawatan maternity di Ontario. Bidan di
Ontario memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang terbanyak
adalah berasal dari pendidikan kebidanan di Britain, beberapa memiliki pendidikan
bidan formal di Belanda, Jerman dan beberapa memiliki latar belakang perawat. Selain
itu di canada pada umumnya tenaga bidan datang dari luar. Mereka datang sebagai
tenaga perawat dan pelayanan kebidanannya disebut Maternity Nursing. Di Canada tidak ada
peraturan atau izin praktek bidan, pada tahun 1991 keberadaan bidan diakui di
Canada. Di Ontario dimulai secara resmi pendidikan di university Based, Direc
Entry dan lama pendidikan 3 tahun. Dan mereka telah menpunyai ijazah bidan
diberi kesempatan untuk registrasi dan di beri izin praktek.
Denmark
Merupakan
Negara Eropa lainnya yang berpendapat bahwa profesi bidan tersendiri.
Pendidikan bidan disini mulai pada tahun 1787 dan pada tahun 1987 yang lalu
merayakan 200 tahun berdirinya sekolah bidan. Kini ada 2 pendidikan bidan di
Denmark.
Setiap
tahun menerima 40 siswa dengan lama pendidikan 3 tahun direct entry. Mereka
yang menjadi perawat maka pendidikan ditempuh 2 tahun. Hal ini menimbulkan
berbagai kontroversi dikalangan bidan sendiri, apakah tidak sebaiknya
pendidikan bidan didirikan atas dasar perawat sebagian besar berpendapat tidak.
Pendidikan
post gradua terbagi bidan selama 9 bulan
dalam bidang pendidikan dan pengelola. Tahun 1973 disusun rangkaian
pedoman bagi bidan yang mengelompokkan klien dari berbagai resiko yang terjadi.
Hal ini menimbulkan masalah kerena tidak jelas batasan mana yang resiko rendah
dan tinggi. Pada tahun 1990 diadakan perubahan pedoman baru yang isinya sama
sekali tidak menyinggung masalah resiko. Penekanan pelayanan adalah pada
kesehatan non invansi care.
New Zealand
Selama
50 tahun masalah kebidanan hanya terpaku pada medicalisasi kelahiran bayi yang
progresif. Wanita tukang sihir telah dikenal sebagai bagian dari maternal sejak
tahun 1904. Tindakan keperawatan mulai dari tahun 1971 mulai diterapkan pada
setiap ibu hamil, hal ini menjadikan bidan sebagai perawat spesialis kandungan.
Pada tahun
1970 Selandia Baru telah menerapkan medicalisasi kehamilan. Ini didasarkan pada
pendekatan mehasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari universitas Aukland
untuk terjun ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah satu konsekuensi
dari pendekatan ini dalah regional jasa. Inia dalah efek dari sentralisasi yang
mengakibatkan penutupan runah sakit pedesaan dan wilayah kota.
Dengan
adanya dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita yang berjuang
untuk meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah. Dengan adnya
dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita yang berjuang untuk
meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah. Kumpulan Homebirth
di Aukland dibentuk tahun 1978. dimulai dengan keanggotaan 150 orang dan
menjadi organisasi nasional selama 2 tahun yaitu NZNA ( New Zaeland Nurses
Association). Perkumpulan ini didukung oleh para langganan, donator dan tenaga
kerja suka rela atau fakultatif yang bertanggung jawab atas banyaknya perubahan positif dalan system RS.
Tahun 1986 homebirth sangat berpengatruh dalam kemajuan melawan penetapan yang
dibuat oleh medis, akhirnya menteri pelayanan kesehatan secara resmi mengakui
homebirth tanuh 1986.
Pada
tahun 1980 NZNA membuat garig besar mengenai statemen kebijakan atas pembatasan
rumah hal ini disampaikan olah penasehat panitia meternal jasa kepada jawatan
kesehatan. Panitia meternal jasa adalah suatu panitia dimana dokter kandungan
menyatakan peraturan mengenai survey maternal terutama dalam hal memperdulikan
rumah
Sekarang
NZNA telah membuat kemajuan yang patut dipertimbangkan dalam menetapkan konsep
general perawat kesehatan keluarga secara berkesinambungan menyediakan
pelayanan mulai dari kelahiran sampai meninggal. Sejak tahun 1904 RS St. Hellen
mengadakan pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan ditutup tahun 1979. sebagi
penggantinya sejak tahun 1978 beberapa politeknik keperawatan berdiri, selain
itu ada yang melanjutkan pendidikan di Australia untuk memperoleh keahlian
kebidanan. Tercatat 177 (86 %) bidan telah memperolah pendidikan kebidanan di
luar negeri pada tahun 1986 dari 206 bidan yang ada, dan hanya 29 orang lulusan
kebidanan Selandia Baru tahun 1987.
Tahun 1981
sebagian besar RS memasukkan bidan keperkumpulan perawat, para bidan mengalami
krisis untuk membentuk organisasi dan pemimpin dari mereka. Kemudian muncul
perkumpulan bidan yang menentang NZNA untuk mendapatkan rekomendasi lebih
lanjut langsung di bawah RS atau dibawah dokter kandungan.
Amerika Serikat
Mengenai
kemajuan kebidanan dapat diceritakan sebagai berikut. Setelah Amerika
Serikat
mengalami kamajuan maka Negara-negara lain menyusulnya terutama setelah
buku
tentang kebidanan dicetak dan diedarkan. Yang memajukan kebidanan itu
antara
lain ialah mereka yang di sebut dibawah ini
:
William Harley (1578-1657)
Menyelidiki fisiologi dari plasenta
dan selaput janin, sehingga ditemukan fungus plasenta dan selaput janin seperti
yang kita ketahui sekarang ini.
Arantius
Seorang
guru besar dari Italia menemukan suatu ductus/pembuluh darah sementara pada
janin yang menghubungkan vena umbilicalis dan vena cava inferior. Ductus itu
tertutup bila anak sudah lahir dan kemidian menjadi jaringan. Ductus itru bernama
sesuai dengan yang menemukannya yaitu
Ductus Arabtii/ ductus yang ditemukan oleh Arantius
Fallopius
Juga
seorang guru besar dari Italia. Menemukan saluran sel telur yang terletak
antara uterus dan ovarium. Saluran
itu dinamakan Tuba Fallopii
Boudelocque dar
Perancis (1745-1810)
Beliau
mempelajari mengenai panggul dan menemukan ukuran-ukuran panggul, serta memberi
banyak sekali pelajaran tentang panggul. Salah seorang muridnya adalah William
Potts Dewees yang hidup antara tahun 1768-1841. mula-mula beliau mengikuti
James Llyod sebagai professor Kebidanan di Universitas Pensylvania Amerika
Serikat, kemudian balajar ke Perancis kepada Boudelocque, terutama mempelajari
panggul. Sekembalinya di Amerika Serikat beliau memberikan pelajaran tentang
panggul, hingga mendapat sebutan Boudelocque Amerika.
Kecuali
itu beliau menerbitkan buku pada tahun 1824, denan pelajaran antara lain
sebagai berikut :
a. pengertian
tentang panggul sebagai basis dalam kebidanan
b. persalinan
dapat diperlakukan dengan tidur telentang dan kaki dibengkokkan / sikap dorsal recumbent, kecuali tidur miring
yang biasa dilakukan.
c. Pemasangan
forcep bila perlu jangan di tunda karena dapat membahayakan ibu dan anak.
Ketentuan pemasangan forcep : kepala jangan lebih 6 jam di dasar panggul.
Hugh L. Hodge
Menemukan bidang-bidang dalam panggul
untuk mengetahui sampai dimana turunnya kepala anak, bidang itu juga dinamkan
bidang Hodge, kecuali itu beliau juga memberikan pelajaran kebidanan yang antara
lain sebagai berikut :
a.
letak
vertex/ belakang kepala anak, di belakang bisa disebabkan kerena putaran yang
salah
b.
mekanisme
letak sungsang sesuai dengan yang diajarkan sekarang
c.
pemasangan
forcep harus disamping kepala anak, kecuali bila kepala masih tinggi atau bila
anak melintang
d. mengubah
letak kepala dengan tangan (Inwendige Correctie) sebelum memasang cunam
e. membagi
turunnya kepala dengan bidang-bidang dalam panggul.
Sasaran kebidanan komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah
Individu, Keluarga, dan Kelompok Masyarakat ( komuniti ). Individu yang
dilayani adalah bagian dari keluarga
atau komunitas. Menurut UU No. 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan keluarga
adalah suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya Kelompok di masyarakat
adalah kelompok bayi, balita, remaja, ibu hamil, ibu nifas, ibu meneteki. Pelayanan
ini mencakup upaya pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai
mahluk social yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, politik, social budaya dan lingkungan sekitarnya.
Unsur-unsur yang tercakup dalam kebidanan komunitas adalah
bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta
teknologi.
TUJUAN PELAYANAN KEBIDANAN
Pelayanan
kebidanan komunitas diarahkan “untuk
mewujudkan keluarga yang sehat sejahtera sehingga tercipta derajat kesehatan
yang optimal”. Hal ini sesuai dengan visi Indonesia Sehat 2010. Kesehatan
keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan dimasyarakat yang
ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk
mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera. Didalam kesehatan
keluarga, kesehatan ibu mencakup kesehatan masa pra kehamilan, kehamilan,
persalinan, pasca persalinan dan masa diluar kehamilan (masa interval).
Kesehatan anak diselenggarakan
untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya kesehatan anak
dilakukan melalui peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi,
balita, pra sekolah dan sekolah.
Peningkatan
kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga yang sehat, selanjutnya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Wujud dari kesehatan keluarga dan
komunitas merupakan cita-cita bangsa Indonesia yang berupa kesehatan untuk
semua.
Kesehatan untuk semua menurut WHO adalah semua
orang memperoleh derajat kesehatan tertinggi yang memungkinkan dan secara
minimum semua orang memperoleh derajat kesehatan sehingga mereka mampu bekerja
produktif dan berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan social dimasyarakat
dimana mereka tinggal.
Kegiatan bidan dan jaringan kerja kebidanan komunitas
Sebenarnya kegiatan kebidanan
komunitas telah lama terlaksana ditengah-tengah masyarakat. Aktifitas kebidanan
komunitas terutama adalah melayani ibu dan anak balita diluar rumah sakit.
Sebelum bekerja dikomunitas seorang bidan harus mempunyai kompetensi yaitu
memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok
dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Pengetahuan dasar yang harus
dimiliki bidan :
1.
Konsep dasar kebidanan komunitas
2.
Masalah kebidanan komunitas
3.
Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan
masyarakat
4.
Strategi pelayanan kebidanan komunitas
5.
Ruang lingkup kebidanan komunitas
6.
Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam keluarga dan masyarakat
7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
8.
Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak
Keterampilan dasar yang harus dimiliki bidan:
1.
Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, bayi
balita dan KB dimasyarakat
2.
Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
3.
Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes
4.
Mengelola polindes
5.
Melakukan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, laktasi,
bayi dan balita
6.
Melakukan pembinaan dan penggerakan PSM
7.
Melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan
8.
Melakukan pencatatan dan pelaporan
Dilihat dari
peran dan fungsi bidan yang sesuai dengan kode etik bidan maka peran bidan
didalam komunitas adalah sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan juga
peneliti.
Pelayanan kebidanan komunitas
mencakup pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan
Sebagian besar kegiatan bidan
komunitas adalah memberikan pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan,
nifas, juga pada bayi dan anak, tetapi bidan juga bekerja dalam keluarga
berencana serta masa sebelum dan sesudah kehamilan.
Secara garis besar kegiatan
pelayanan kebidanan dimasyarakat dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Pelayanan kesehatan ibu
Bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu yang dilakukan pada:
a.
Pra hamil
b.
Hamil
c.
Persalinan
d.
Nifas
e.
Menyusui
2.
Pelayanan medik keluarga berencana
Bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pemberian kontrasepsi.
Kegiatannya meliputi :
a.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b.
Pelayanan kontrasepsi
c.
Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta KB
d.
Pelayanan rujukan KB
e.
Pencatatan dan pelaporan
3.
Pelayanan kesehatan anak
a.
Pemeriksaan kesehatan balita secara berkala
b.
Penyuluhan pada orang tua, menyangkut pada perbaikan
gizi, kesehatan lingkungan dan pengawasan tumbuh kembang anak
c.
Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya
d.
Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin
timbul pada bayi dan balita serta cara penanngulangannya
4.
Peran serta masyarakat
a.
Pelatihan dukun
b.
Pelatihan kader kesehatan masyarakat
c.
Kursus ibu
d.
Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e.
Posyandu
f.
Dana sehat
Pelayanan kebidanan komunitas dapat
dilakukan dirumah pasien, polindes, posyandu, puskesmas, dan rumah bidan
praktek swasta
Rangkuman
Kebidanan
komunitas merupakan kegiatan pelayanan yang diberikan bidan kepada ibu dan
balita yang berada dalam suatu keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Perkembangan
pendidikan kebidanan sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda yang dipelopori
oleh seorang dokter militer Belanda.
Sampai saat ini pendidikan kebidanan di Indonesia terus mengadakan pembenahan
sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai tujuan menjadikan
seorang bidan yang profesional baik dalam keilmuan maupun praktek dalam
komunitas. Sedangkan pelayanan kebidanan sudah dimulai di luar negeri, yang
dipelopori oleh bangsa Roma yaitu Soranus yang dikenal sebagai Bapak Kebidanan, yang menemukan dan menulis
tentang versi podali yang diikuti oleh
negara-negara lain, dengan penemuan-penemuan pelayanan kebidanan yang lebih
bervariasi baik dalam penanganan kasus maupun pengobatan.
Kesehatan ibu terkait dengan masalah kesehatan
wanita. Wanita dengan perkembangan dan pertumbuhannya melalui masa bayi, anak,
remaja, ibu ( hamil, melahirkan, nifas, menyusui ) dan usia lanjut. Walaupun
kebidanan komunitas memfokuskan kegiatannya kepada ibu dan anak yang
dilahirkan, akan tetapi masa lain yang dilalui oleh wanita juga mendapat
perhatian karena masa ibu berkaitan dengan masa – masa lain dalam pertumbuhan
dan perkembangan wanita.
Kebidanan
komunitas merupakan bagian kesehatan keluarga, masalah kesehatan keluarga
terutama kesehatan ibu dan anak balita
sangat terkait dengan kebidanan komunitas. Keluarga merupakan bagian
komunitas.
Tes formatif
1.
Pelayanan
kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan :
a.
Keluarga
yang sehat
b.
Keluarga
yang sejahtera
c.
Keluarga
yang sehat sejahtera
d.
Keluarga
kecil dan sejahtera
e.
Keluarga
besar dan sejahtera
2.
Pengertian
bidan komunitas adalah
a.
Bidan yang bekerja dirumah sakit
b.
Bidan
yang bekerja di pukesmas
c.
Bidan yang bekerja di posyandu
d.
Bidan yang bekerja di komunitas
e.
Bidan yang bekerja di rumah sakit dan puskesmas
3. Sasaran
kebidanan komunitas adalah ...., kecuali :
a.
Ibu hamil dan bayinya dalam keluarga
b.
Ibu bersalin dan nifas dalam keluarga
c. Ibu
dan anak dalam konteks keluarga
d. Ibu
bersalin dan bayi dalam keluarga
e. Tujuan
kebidanan komunitas adalah
f. Mewujudkan
pertumbuhan dan perkembangan anak
g. Mewujudkan
keluaraga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera
h. Meningkatkan
kesejahteraan ibu dan balita didalam keluarga
i. Mewujudkan
keluarga yang harmonis
j. Meningkatkan
kesehatan keluarga
4.
Pelayanan kesehatan pada ibu meliputi
a.
Pra hamil, bersalin dan nifas
b. Hamil,
bersalin dan nifas
c. Bersalin,
prahamil, menyusui
d. Hamil,
bersalin, nifas, KB
e.
Pra hamil, hamil, bersalin, nifas, menyusui
5.
Pelayanan kesehatan pada anak meliputi, kecuali
a.
Pemeriksaan kesehatan anak balita
b.
Imunisasi,
c.
Identifikasi kelainan
d.
Pengobatan bayi bermasalah
e.
Pengawasan tumbuh kembang anak
6.
Dibawah ini adalah gambaran keluarga sehat, kecuali
a. Anggota
keluaraga dalam kondisi sehat fisik, mental maupun sosial
b. Cepat
meminta bantuan kepada Nakes bila timbul masalah kesehatan satu anggota
keluarga
c. Dirumah
tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K
d.
Tinggal dirumah dan lingkungan yang sehat
e.
Menyediakan oksigen dirumah
7.
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki bidan dalam
melaksanakan kesehatan bidan dikomunitas adalah, kecuali :
a.
Konsep dasar kebidanan komunitas
b.
Masalah kebidanan komunitas
c.
Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dan
masyarakat
d.
Strategi pelayanan kebidanan komunitas
e.
Pelayan terhadap seluruh penyakit di masyarakat
8.
Keterampilan dasar yang harus dimiliki bidan dikomunitas
adalah :
a.
Melakukan penhgelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, bayi,
balita dan KB dimasyarakat
b.
Sistem layanan kesehatan ibu dan anak
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
d.
Ruang lingkup kebidanan komunitas
e.
Strategi pelayanan kebidanan komunitas
9.
Bentuk peran serta masyarakat dalam kebidanan komunitas meliputi
:
a.
Pelatihan dukun
b.
Pelayanan kontrasepsi
c.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
d.
Pencatatan dan pelaporan
e.
Pelayanan rujukan KB
10.
Pelayanan
kebidanan komunitas dapat dilakukan di :
a.
Rumah pasien
b.
Polindes
c.
Posyandu
d.
Puskesmas
e.
Semua benar
11.
Layanan kebidanan komunitas dilakukan dengan menggunakan
pendekatan
a.
Asuhan keperawatan
b.
Asuhan kesehatan
c.
Manajemen kebidanan
d.
Manajemen kesehatan
e.
Etika profesi
12.
Bidan berperan sebagai penyuluh di bidang kesehatan
khususnya kesehatan ibu, anak, dan keluarga. Dalam hal ini bidan berperan
sebagai :
a.
Pendidik
b.
Pengelola
c.
Pelaksana
d.
Peneliti
e.
Semua benar
13.
Segala aktifitas
yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan
merupkan pengertia
a.
Pelayanan kesehatan
b.
Pelayanan kebidanan
c.
Pelayanan keperawatan
d.
Pelayanan komunitas
e.
Pelayanan komuniti
14.
Tokoh yang mempelajari mengenai panggul dan menemukan
ukuran-ukuran panggul, serta memberi banyak sekali pelajaran tentang panggul
adalah
a.
Hugh L. Hodge
b.
Fallopius
c.
Boudeloque
d.
Arantius
e.
William Harley
15.
Perlunya mendidik bidan untuk di tempatkan didesa dimulai
pada tahun
a.
1990
b.
1991
c.
1992
d.
1993
e.
1994
Penutup
Kunci jawaban :
1.
c. Keluarga sehat
dan sejahtera
karena pelayanan
kebidanan komunitas adalah bagian upaya kesehatan keluarga
2.
d. bidan yang bekerja dikomunitas
karena bidan komunitas
adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat disuatu wilayah
3. c. Ibu
dan anak dalam konteks keluarga
karena
sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak yang berada didalam
keluarga dan masyarakat
4. c.
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan balita didalam keluarga
karena
pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan keluarga yang sehat,
sejahtera sehingga derajat kesehatan yang optimal, hal ini sesuai dengan Visi
Indonesia sehat 2010
5.
e. Pra hamil, hamil bersalin, nifas, menyusui
Karena pelayanan
kesehatan ibu bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu,
meliputi :
-
pra hamil
-
hamil
-
persalinan
-
nifas
-
menyusui
6. d.
Pengobatan bayi bermasalah
pelayanan
kesehatan pada anak meliputi :
-
pemeriksaan kesehatan balita secara berkala
-
penyukuhan pada orang tua tentang gizi, kesehatan
lingkungan dan tumbuh kembang anak
-
imunisasi
-
identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin
timbul pada bayi dan balita serta cara penanggulangannya.
7. e. Menyediakan oksigen dirumah
karena gambaran
keluarga sehat meliputi :
-
anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental
maupun sosial
-
cepat meminta bantuan kepada nakes bila timbul
masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarganya
-
dirumah tersedia P3K
-
tinggal dirumah dan dilingkungan sehat
-
selalu memperhatikan perkembangan kesehatan keluarga dan
masyarakat
8.
c.
Pelayanan terhadap seluruh penyakit
karena
pengetahuan dasar yang dimilki oleh bidan komunitas adalah meliputi :
-
konsep dasar kebidanan komunitas
-
masalah kebidanan komunitas
-
pendekatan ASKEB pada keluarga, kelompok dan masyarakat
-
strategi pelayanan komunitas
-
ruang lingkup kebidanan komunitas
-
upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam keluarga dan masyarakat
-
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak
-
simtem pelaynan KIA
9.
a. Melakukan pengelolaan pelayanan Bumil, nifas, bayi
balita, KB dimasyarakat
karena
keterampilan dasar yang harus dimiliki bidan komunitas meliputi :
-
Melakukan poengelolaan pelayanan Bumil, nifas, bayi
balita, KB dimasyarakat
-
Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak
-
Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes
-
Mengelola polindes
-
Melakukan kunjungan rumah pada bumil, nifas, laktasi,
bayi dan balita
-
Melakukan pempinaan dan pengerakan PSM
-
Melakukan penyuluhan dan konseling ksehatan
-
Melakukan pencatatan dan pelaporan
10.
a. Pelatihan dukun
karena PSM
meliputi :
-
pelatihan dukun
-
pelatihan kader
-
kursus ibu
-
PKMD
-
Poyandu
-
Dana sehat
11.
e. Semua benar
karena pelayanan
kebidanan komunitas dapat diakukan di rumah pasien, polindes, posyandu dan
puskesmas
12.
c. Manajemen kebidanan
karena pelayanan
kebidanan komunitas dilakukan dengan mengunakan pendekatan manajemen kebidanan
yang merupakan metode asuhan atau pelayanan yang dilakukan oleh bidan untuk
menyelamatkan pasien dari gangguan keshatan yang membahayakan hidupnya
13.
a. Pendidik
karena sebagai
pendidik, bidan selalu berupaya agar sikap perilaku komunitas diwilayah
kerjanya dapat berubah sesuai dengan kaedah kesehatan
14.
b. Pelayanan kebidanan
karena hubungan
interaksi antara bidan dan pasien dilakukan melalui pelayanan kebidanan yang
merupakan segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan
15.
c. Boudeluque
karena tokoh yang mempelajari dan menemukan ukuran-ukuran panggul adalah
Boudeluque dari prancis
16.
a. 1990
karena
pendidikan bidan untuk ditempatkan di desa dimulai pada tahun 1990
Indonesia
Sehat 2010
Ditetapkannya
Paradigma baru “PARADIGMA SEHAT” Merupakan upaya untuk lebih
meningkatkan kes.bangsa yg bersifat proaktif dlm waktu jk.pjg mampu mendorong
masyarakat utk bersikap mandiri dlm menjaga kes.mereka sendiri melalui kesadran
yg lebih tinggi pd pentingnya pelkes yg bersifat promotif dan preventif
(menghapus paradigma pembkes yg mengutamakan pelkes yg bersifat kuratif dan
rehabilitatif)
5 Fenomena Utama Yang Berpengaruh Besar Dalam Pembagunan
Kesehatan :
1. Perubahan mendasar pada dinamika
kependudukan, yg mendorong lahirnya transisi demografis dan epidemiologis
2. Temuan-temuan substansial dlm iptek
kedokteran yg membuka cakrawala baru dalam memandang proses sehat, sakit dan
mati.
3. Tantangan global akibat kebijakan
perdagangan bebas dan pesatnya revolusi dalam bidang informasi, telekomunikasi
dan transportasi.
4. Perubahan lingkunangan yang
berpengaruh terhadap derajat dan upaya kesehatan.
5. Demokratisasi di segala bdg yg menuntut
pemberdayaan&kemitraan dlm pembangunan kes.
Disebabkan oleh :
Adanya tuntutan Reformasi Total Dibidang kesehatan. Disebabkan oleh :
ü Adanya
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah & antar golongan
ü Derkesmas
yg masih tertinggal dg negara lain
ü Kurangnya
kemandirian dalam pembangunan kesehatan
Pembangunan
kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang merupakan upaya seluruh
poetensi bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pada
hakekatnya adalah nilai kebenaran/aturan pokok sebagai landasan utk berpikir
atau bertindak dalam pembangunan kesehatan adalah :
Ada
dua penyebab utama rendahnya derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.
Pertama, terjadinya transisi epidemiologis dengan adanya “ Beban ganda Penyakit
“ (Doeble Burden of deases), yaitu pada saat masalah penyakit infeksi belum
hilang, sudah muncul masalah penyakit degenerative 9 non-communicable disease),
seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus, kanker yang
pengobatannya memerlukan biaya besar. Kedua, masalah pendanaan kesehatan yang
disebabkan oleh, antara lain,, oleh tariff yang tidak terjangkau, system
pembayaran pelayanan kesehatan yang ditetapkan berdasarkan pembayaran jasa per
pelayanan (fee for services), serta terbatasnya dana kesehatan, sehingga
masyarakat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Masyarakat,
bangsa & negara yg sehat ditandai oleh penduduknya hidup dlm lingkungan
& dgn perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan utk menjangkau pelkes yg
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derkes yg setinggi-tingginya di
seluruh wilayah RI.
Misi
Pembangunan Kesehatan adalah :
F
Perilaku
masyarakat Indonesia 2010 : perilaku proaktif utk memelihara & meningkatkan
kes, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penykt
serta berpartisipasi aktif dlm gerakan kesmas. Menggerakkan pembangunan nasional
berwawasan kesehatan
F
Mendorong
kemandirian masyarakat utk hidup sehat
F
Memelihara
& meningkatkan pelkes yg bermutu, merata & terjangkau
F
Memelihara
dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga masyarakat dan lingkungan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derkesmas yg optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa & negara Indonesia yg ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yg sehat, memiliki kemampuan
menjangkau pelkes yg bermutu secara adil & merata serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal diseluruh Wilayah RI
Sasaran Pembangunan kesehatan
Menuju Indonesia Sehat 2010
§
Perilaku
hidup sehat
§
Lingkungan
hidup sehat
§
Upaya
kesehatan
§
Manajemen
pembkes
§
Derajat
kesehatan
KEBIJAKSANAAN
UMUM PEMBANGUNAN KESEHATAN
Untuk
mencapai tujuan & sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010
§ Peningkatan perilaku, pemberdayaan
& kemandirian masy.
§ Peningkatan kesehatan lingkungan
§ Peningkatan upaya kesehatan
§ Peningkatan sumber daya kesehatan
§ Peningkatan kebijakan dan manajemen
pembangunan kes.
§ Peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi kes.
4 Strategi Pembangunan Kesehatan adalah :
1.
Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Faktor penentu keberhasilan :
o
Wawasan
kes.sebagai azas pembangunan nasional
o
Paradigma
sehat sebagai komitmen gerakan nasional
o
Sistem
yg mendorong aspek promotif dan
preventif dlm pemeliharaan kesehatn komprehensif
o
Dukungan
sumber daya yg berkesinambungan
o
Sosialisasi
internal dan eksternal
o
Restrukturisasi
dan revitalisasi infrastruktur terutama yg terkait dengan rencana
desentralisasi
2.
Profesionalisme
Faktor penentu keberhasilan :
o Pemantapan
manajemen SDM
o Pemantapan
aspek ilmu & teknologi, iman & taqwa serta etik profesi
o Penajaman
konsep profesionalisasi kedokteran dan kesehatan
o Penciptaan
aliansi strategis dgn pihak-pihak yg turut memainkan peranan penting dlm
mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010
3.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Faktor penentu keberhasilan :
o
komitmen
& perencanaan JPKM bersama gerakan paradigma sehat
o
Dukungan
peraturan perundang-undangan
o
Sosialisasi
Internal & eksternal
o
Intervensi
pemerintah terutama dalam inisiasi penghimpun dana awal
o
Kebijakan
yg memberi keleluasaan pengelolaan secara tanggung jawab
4.
Desentralisasi
Faktor penentu keberhasilan :
o
Keseimbangan
& sinergi azas-azas desentralisasi dan dekonsentrasi
o
Penegasan
jenis dan peringkat kewenangan
o
Kejelasan
pedoman pengelolaan disertai dengan indikator/parameter kinerja kota
sehat/kabupaten sehat
o
Pemberdayaan
: kemampuan/kapasitas untuk menetapkan desentralisasi
o
Sistem
& kebijakan SDM yg mendukung
o
Infrastruktur
lintas sektoral yg mendukung
o
Mekanisme
pengendalian yang andal
6 Pokok
program kesehatan :
§ Pemerdayaan & kemandirian
masyarakat
§ Lingkungan sehat
§ Upaya kesehatan
§ Pengembangan sumberdaya kesehatan
§ Pengembangan kebijakan &
manajemen pembangunan kesehatan
§ Pengembangan iptek kesehatan
10 Program
kesehatan ungulan :
§ Program Perbaikan gizi
§ Program Pencegahan penyakit menulat
termasuk imunisasi
§ Program Peningkatan perilaku hidup
sehat dan kesehatan mental
§ Program Kebijakan kesehatan
pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
§ Program Lingkungan pemukiman air
& udara sehat
§ Program Keselamatan dan kesehatan
kerja
§ Program Kesehatan keluarga, kesehatan
produksi, KB
§ Program Anti tembakau, alkohol dan
mandat
§ Program POM ( Bahan Berbahaya)
§ Program Pencegahan kecelakaan dan
ruda paksa
Indikator Keberhasilan pembangunan kesehatan KIA
1. Indikator input (masukan)
¡ Komitmen politik
¡ Alokasi sumber daya
¡ Peningkatan pendapatan perkapita
¡ Penyebaran pendapatan
¡ Angka melek huruf orang dewasa
¡ Ketersediaan sarana kesehatan
¡ Tingkat pertumbuhan penduduk
¡ Partisipasi aktif peserta KB
¡ Penduduk ikut JPKM
¡ Kerangka organisasi & manajerial
2. Indikator proses
¡
Keterlibatn
masyarakat dlm mencapai kesehatan bagi semua
¡
Tingkat
desentralisasi pengambilan keputusan
¡
K1
& K4
¡
Penduduk
yg tidak merokok Dan miras
¡
Indikator
output ( keluaran) Cakupan pelayanan dasar
¡
Cakupan
pelayanan rujukan
¡
Status
gizi
¡
Angka
kematian
¡
Penurunan
fertilitas
BAB II
MASALAH-MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS
Masalah
reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten
yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor
termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah
timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker.
Dalam globalisasi ekonomi kita
diperhadapkan pada persaingan global
yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai
generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten
dilakukan sejak dini yakni sejak janin
dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut.
Bidan merupakan salah satu tenaga
kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan
memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus
pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap
melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk
menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan
untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek
pengabdian profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek
input, proses dan output.
Angka
kematian Ibu (AKI) di Indonesia diperkirakan 248/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Itu artinya
jika diperkirakan setiap tahun ada lima juta ibu yang melahirkan maka setiap
tahun pula ada sebanyak 18.000 Ibu yang meninggal dunia atau 2 orang ibu setiap
satu jam. Dan tiga penyebab utama kematian ini adalah pendarahan (28%),
eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Berdasarkan data itu pula, Angka Kematian
Ibu Indonesia menempati peringkat tertinggi di Asia Tenggara.
Persoalan terpenting lainya
adalah persoalan kelangsungan hidup anak. Dari 18 juta balita yang ada di
Indonesia saat ini, paling tidak 5 juta diantaranya menderita kekurangan gizi
dan 1,7 juta lainnya mengalami gizi buruk (Kompas,26/1/2007). Penyebabnya adalah
faktor kemiskinan dan faktor lain adalah budaya dan ketidaktahuan. Hal ini pula
yang menyebabkan tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Berdasarkan
Human Development Report tahun 2007, AKB
Indonesia bertengger pada posisi 43,5/1000 kelahiran hidup, dan itu artinya dari 5 juta bayi yang lahir, 217 ribu
diantaranya meninggal dunia atau sekitar 650 anak setiap harinya.
Penyebab
kematian ibu adalah:
·
Perdarahan 42%
·
Eklampsi 13%
·
Komplikasi Aborsi 11%
·
Infeksi 10%
·
Partus lama 9%
·
Tidak diketahui
15%
Seperti
: - Sosial ekonomi
-
Pendidikan
-
Kedudukan dan peran wanita
-
Sosial budaya
-
Transportasi
Penyebab
kematian bayi adalah:
·
Derajat kesehatan hamil rendah dan komplikasi obstetri
·
Tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat
·
Proses persalinan (aspiksia, trauma, hipotemi)
Hasil survey dilaporkan bahwa Perilaku seksual
remaja yang mengaku
terus terang pernah hubungan seks
adalah Perempuan : < 1%
dan Laki-laki : 5%, dan
hasil survey lainnya melaporkan siswa-siswi di 3 SMU DKI 2002 pernah hubungan
seks, yang terdiri dari Laki-laki
: 8,9% dan Perempuan
: 7.2%.
Angka
remaja hamil di indonesia masih sulit untuk didapatkan karena masih ditutupi /
dirahasiakan. Dalam hal ini perlu
peran para bidan untuk mensosialisasikan
fungsi alat reproduksi di kalangan remaja pra puberitas dan puberitas.
Pengalaman seksual dan penggunaan
kondom (Susenas,
2002)
Umur
|
♀
|
♂
|
15-19 tahun
|
34,7%
|
30,9%
|
20-24 tahun
|
48,6%
|
46,5%
|
Tempat tinggal
|
||
Kota
|
44,2%
|
44,1%
|
Desa
|
30,3%
|
29,9%
|
Masalah yang berhubungan dengan kehamilan
remaja adalah Jumlah / proporsi besar (22,9), penanganan belum
komprehensif, kurangnya
info yang benar dan adanya
penolakan beberapa pihak sekolah terhadap pemberian pendidikan seks kepada
remaja.
Akibat yang paling terlihat adalah meningkatkan
angka arbosi yang tidak aman
serta perkawinan usia muda.
Berdasarkan
penjelasan pasal 15 ayat 12 UU Kes No. 23 / 1992 dinyatakan bahwa peluang untuk
beraborsi tetap terbuka, tetapi hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Pengertian Unsafe Abortion adalah pengguguran
kandungan yang dilakukan dengan tindakan yang tidak steril serta tidak aman,
secara medis.
Komplikasi yang
dapat ditimbulkan dari Aborsi adalah :
1.
Gangguan psikis
2.
Perporasi
3.
Infeksi
4.
Syok
Peran
bidan dalam menangani
Unsafe Abortion adalah memberikan penyuluhan pada
klien tentang efek-efek yang ditimbulkan dari tindakan unsafe abortion. Untuk bidan atau nakes perlu
disadari bahwa siapa saja yang melakukan tindakan aborsi tanpa indikasi (ilegal) akan dijerat
hukum denda dan hukuman kurungan serta perjanjian kepada Tuhan yang Maha Esa.
Berat badan bayi
< 2500 gram. Masih rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan,
semakin tinggi morbilitas dan mortilitas bayi. Faktor
predisposisi BBLR adalah:
1.
Faktor ibu
·
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
·
HAP
·
Malnutrisi
·
Hidramnion
·
Penyakit kronis (jantung)
·
Hipertensi
·
Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun
·
Jarak kehamilan < 2 tahun
2.
Faktor janin
·
Cacat bawaan
·
KPD
·
Hidramnion
3.
Ekonomi
yang rendah
4.
Kebiasaan
·
Pekerjaan yang melelahkan
·
Merokok
5.
Tidak diketahui
Tingkat fertilitas /
tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (Pasangan Usia Subur)
merupakan salah satu masalah kebidanan komunitas yang perlu mendapatkan
perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh
tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan adalah memberikan
penyuluhan pada PUS tentang sistem
reproduksi dalam kehidupan suami-istri.
Biasanya
disebabkan oleh tingkat
kepercayaan masyarakat pada dukun
masih tinggi, rendahnya
profesionalisme bidan dalam menolong persalinan, kurangnya pendekatan personal antara bidan dan bumi, peran bidan dalam
hal ini adalah lebih
meningkatkan kebersamaan dengan anggota masyarakat meningkatkan
profesionalisme dalam bidang pertolongan persalinan / ilmu kebidanan
PMS adalah infeksi
yang ditularkan melalui
hubungan seksual.
Umumnya mata rantai penularan PMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan
hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS yang banyak
ditemui Gonorrhoe (60), Sifilis, Trikomoniasis, Herpes simplek, HIV / AIDS.
Peran
bidan adalah memberikan
penyuluhan tentang resiko yang ditimbulkan akibat seks bebas yang dilakukan
bukan dengan pasangan yang sah terutama dengan PSK, penyuluhan
tentang penggunaan kondom dalam kondisi tertentu. Perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada
pelayanan kebidanan di komunitas.
Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat adalah :
o
Kurangnya pengetahuan, salah satunya dibudang kesehatan
o
Adat istiadat yang dianut / berlaku di wilayah setempat
o
Kurangnya peran serta masyarakat
o
Perilaku masyarakat yang kurang terhadap kesehatan
o
Kebiasaan-kebiasaan / kepercayaan negatif yang berlaku
negatif dan positif.
Sosial
budaya yang ada di masyarakat memberi 2 pengaruh pada masyarakat tersebut
yaitu: pengaruh negatif dan positif.
Sosial budaya
masyarakat yang bersifat positif antara lain :
§ Rasa
kekeluargaan dan semangat gotong royong
§ Mengutamakan
musyawarah dalam mengambil keputusan
§ Rasa
tolong menolong / perasaan senasib sepenanggungan
Sosial budaya
masyarakat yang bersifat negatif antara lain :
§ Membuang
sampah sembarangan sehingga timbul daerah kumuh
§ Penyalahgunaan
obat-obatan
§ Industri-industri
yang tidak memperhatikan pembuangan limbah yang baik
§ Wanita
pekerja yang tidak dapat merawat anaknya dengan baik
§ Masalah
kesehatan jiwa yang menonjol.
BAB III
STRATEGI PELAYANAN
KEBIDANAN DI KOMUNITAS
Pendekatan Edukatif
dalam Peran Serta Masyarakat
Pendekatan
edukatif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis, terencana,
terarah, dengan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat secara
keseluruhan untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh masyarakat dengan
memperhitungkan faktor ekonomi dan budaya setempat.
Dasar pemikiran
:
1.
Pelayanan kesehatan harus dikembangkan dan bertolak dari
pola hidup dibidang kesehatan
2.
Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem
kesehatan nasional dan pola pelayanan di masiing-masing tingkat administrasi
harus serasi dan saling menunjang
3.
Pelayanan kesehatan terintegrasi dengan kegiatan sektor
lain dan merupakan pelayanan terpadu dan terkoordinir
4.
Masyarakat setempat harus dilibatkan secara aktif dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sesuai dengan masalah dan
kebutuhan prioritas setempat. Oleh karena itu perlu interaksi yang dinamis,
timbal balik dan berkesinambunganantara masyarakat dan prosedur
5.
Pelayanan yang diberikan harus mampu memacu, menggali dan
memanfaatkan potensi yang ada
6.
Pelayanan yang diberikan hendaklah dilaksanakan oleh
petugas yang bisa diterima oleh masyarakat dengan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang sudah disiapkan
Partisipasi
diarahkan untuk :
1.
Meningkatkan pengetahuan dan awareness (kesadaran)
tentang tanda bahaya (masyarakat, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat)
2.
Meningkatkan kesiapan keluarga dan masyarakat dalam
menghadapi persalinan dan bahaya yang mungkin terjadi (pendanaan dan
transportasi)
3.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan
pemanfaatn pelayanan kesehatan ibu dan anak
4.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penjagaan mutu
pelayanan
Pelayanan yang
Berorientasi pada Kebutuhan Masyarakat
Kewajiban bidan
terhadap klien dan masyarakat (Kode Etik Bidan Indonesia)
1.
Sikap bidan terhadap klien, tugas dan tanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klie, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Langkah-langkah
:
1.
Bersama tim kesehatan dan pemuka masayarakat mengkaji
kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk
meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerja
2.
Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian
bersama masyarakat
3.
Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta sesuai dengan rencana
Dengan makin
terlihatnya ketersediaan sumber daya termasuk pembiayaan pelayanan kesehatan
ibu dan anak, penentuan kegiatan prioritas yang langsung mempengaruhi penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sangat penting. Untuk itu,
program harus mampu merencanakan kegiatan yang cost effective berdasarkan
sumber daya yang ada dan menggali sumber daya dari sector lain, swasta dan
masyarakat.
Menggunakan /
Memanfaatkan Fasilitas dan Potensi yang Ada di Masyarakat
1.
Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana (KB)
termasuk sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
2.
Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
BAB IV
TUGAS DAN TANGGUNG
JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS
1.
Tugas utama bidan di komunitas
Melakukan
pengolahan pelayanan ibu hamil, nifas dan loktasi bagi bayi dan balita
Ø Mengidentifikasi
status ibu dan anak
Ø Melakukan
pertolongan persalinan di rumah dan polindes
Ø Mengelola
polindes
Ø Melaksanakan
kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas, dan loktasi bayi serta balita
Ø Melakukan
penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat
Ø Untuk
menolong upaya-upaya kesehatan ubu dan anak
Ø Melaksanakan
penyuluhan dan konseling kesehatan
Ø Melaksanakan
pencatatan dan pelapukan
2.
Tugas tambahan bidan di komunitas
Ø Melakukan
pemantauan KIA dengan menggunakan plus-KIA
Ø Melaksanakan
pelatihan dan pembinaan dukun bayi
Ø Mengelola
dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya
Ø Menggunakan
teknologi kebidanan tepat guna
3.
Tanggung jawagb bidan di komunitas
Ø Menjaga
agar pengetahuannya tetap up-to-date. Terus mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek
dari peran seorang bidan
Ø Mengenali
batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui
wewenangan dalam praktek kliniknya
Ø Menerima
tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekwensi dari keputusan itu
Ø Berkomunitas
dengan pekerja kesehatan professional lainnya (bidan, Dokter, dan perawat)
dengan bias hormat dan martabat
Ø Memelihara
kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk
memastikan sistem penyuluhan yang optimal
Ø Kegiatan
memantau mutu, yang bisa mencakup penilaian sejawat, pendidikan
berkesinambungan, kaji ulang kasus-kasus, dan audit maksimal / perinatal
Ø Bekerja
sama dengan masyarakat dimana ia berpantau meningkatkan aksis dan mutu asuhan
kesehatan
Ø Menjadi
bagian dari upaya untuk meningkat status wanita serta kondisi hidup mereka
serta menghilangkan prakte-praktek kultur yang sudah terbukti merugikan kaum
wanita
a.
Bidan praktek swata
Petunjuk
pelaksanaan praktek bidan
1.
Pendahuluan
Umum
Ø Bidan
sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan terdepan kepada
masyarakat mempunyai kedudukan penting oleh karena itu perlu selalu
meningkatkan mutu pelayanannya
Ø Agar
bidan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik perlu adanya
pengaturan yang mudah dipahami oleh bidan
b.
Tujuan
Ø Mempermudah
bidan untuk memahami dam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang sudah yang sudah
ditetapkan serta memberikan kejelasan batas-batas kewenangannya. Dalam
menjalankan praktek sehingga meningkatkan mutu pelayanan
Yang
diberikan serta meningkatkan citra yang baik bagi bidan
Ø Memberikan
kepastian dan perlindungan hukum bagi bidan sebagai pemberi pelayanan serta
masyarakat penerima pelayanan
II.
Penyelenggaraan praktek
1.
Bidan dalam menjalankan prakteknya harus :
a.
Memiliki tempat dan ruangan praktek yang memenuhi
persyaratan kesehatan
b.
Menyediakan tempat tidur untuk persalianan 1 (satu)
maksimal 5 (lima) tempat tidur
c.
Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan
melaksanakan prosedurnya tetap (protap) yang berlaku
d.
Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peraturan
yang berlalu
2.
Bidan yang menjalankan praktek harus mencantumkan surat
izin praktek bidannya atau fotocopy izin praktek bidannya atau fotocopy izin
prakteknya diruang praktek atau tempat yang mudah dilihat
3.
Bidan dalam prakteknya menyediakan lebih dari 5 tempat
tidur harus memperkerjakan tenaga bidan yang lain memiliki SIPB untuk membantu
tugas pelayanannya
4.
Bidan yang menjalankan praktek harus mempunyai peralatan
minimal sesuatu dengan ketentuan yang berlalu dan harus tersedia tempat
prakteknya
5.
Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan praktek
bidan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan
6.
Dalam menjalankan tugas bidan haru senantiasa
mempertahankan dan meningkatkan keterampilan prosesnya antara lain dengan :
a.
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling
tukar informasi dengan sesama bidan
b.
Mengikuti kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
organisasi prosesi
c.
Memelihara dan mearawat peralatan yang digunakan untuk
praktek agar tetap siap dan berfungsi dengan baik
A. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
Keberadaan bidan di Indonesia sangat
diperlukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya, salah satu
upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah mendekatkan pelayanan kebidanan
kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Pada tahun 1993 WHO merekomendasikan agar
bidan di bekali pengetahuan dan ketrampilan penanganan kegawatdaruratan
kebidanan yang relevan. Untuk itu pada tahun 1996 Depkes telah menerbitkan
Permenkes No.572/PER/Menkes/VI/96 yang memberikan wewenang dan perlindungan
bagi bidan dalam melaksanakan tindakan penyelamatan jiwa ibu dan bayi baru
lahir.
Pada pertemuan pengelola
program Safe Mother Hood dari negara-negara di wilayah Asia Tenggara pada tahun
1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan diupayakan agar dapat
memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya WHO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan
untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai
acuan pelayanan di tingkat masyarakat.
Dengan adanya standar pelayanan,
masyarakat akan memiliki rasa kepercayaan yang lebih baik terhadap pelaksana
pelayanan. Suatu standar akan lebih efektif apabila dapat diobservasi dan
diukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Pelayanan kebidanan
merupakan pelayanan profesional yang menjadi bagian integral dari pelayanan
kesehatan sehingga standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk
menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek
sehari-hari. Standar ini dapat juga digunakan sebagai dasar untuk menilai
pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan kurikulum pendidikan
serta dapat membantu dalam penentuan kebutuhan operasional untuk penerapannya,
misalnya kebutuhan pengorganisasian, mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan
serta ketrampilan bidan. Maka, ketika audit terhadap pelayanan kebidanan
dilakukan, kekurangan yang berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditemukan
sehingga perbaikannya dapat dilakukan secara lebih spesifik.
Adapun ruang lingkup standar pelayanan
kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut :
A. Standar Pelayanan
Umum (2 standar)
Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan
Keluarga Sehat
Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan
B. Standar Pelayanan
Antenatal (6 standar)
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Standar 4 : Pemeriksaan dan
Pemantauan Antenatal
Standar 5 : Palpasi Abdominal
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada
Kehamilan
Standar 7 : Pengelolaan Dini
Hipertensi pada Kehamilan
Standar 8 : Persiapan Persalinan
C. Standar Pertolongan Persalinan
(4 standar)
Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Standar 10 : Persalinan kala II yang
Aman
Standar 11 : Penatalaksanaan aktif
persalinan kala III
Standar 12 : Kala II dengan Gawat
Janin melalui Episiotomi
D. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
Standar 13 : Perawatan Bayi Baru
Lahir
Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam
Pertama Persalinan
Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan
Bayi pada Masa Nifas
E. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri – Neonatal (9 standar)
Standar 16 : Penanganan Perdarahan
pada Kehamilan trimester III
Standar 17 : Penanganan Kegawatan
pada Eklamsia
Standar 18 : Penanganan Kegawatan
pada Partus Lama/Macet
Standar 19 : Persalinan dengan
Penggunaan Vakum Ekstraktor
Standar 20 : Penanganan Retensio
Plasenta
Standar 21 : Penanganan Perdarahan
Postpartum Primer
Standar 22 : Penanganan Perdarahan
Postpartum Sekunder
Standar 23 : Penanganan Sepsis
Puerperalis
Standar 24 : Penanganan Asfiksia
Neonatorum
B.
KODE ETIK BIDAN
Kode etik merupakan ciri profesi yang
bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal dari suatu disiplin ilmu dan
merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi
anggota dalam melaksanakan pengabdian kepada profesinya baik yang berhubungan
dengan klien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.
Secara umum tujuan menciptakan suatu kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
serta meningkatkan mutu profesi.
Kode etik bidan Indonesia pertama
kali disusun pada tahun 1986 yang disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan
Indonesia X, petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan dalam Kongres
Nasional IBI XII pada tahun 1998.
Secara umum kode etik tersebut berisi
7 bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh
klien.
e. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi
dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
(3 butir)
a.
Setiap bidan senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat
b.
etiap bidan berkewajiaban memberikan
pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk
mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.
c.
Setiap bidan harus menjamin
kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali
bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan
klien.
3. Kewajiban bidan terhadap rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
a.
Setiap bidan harus menjalin hubungan
dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
b.
Setiap bidan dalam melaksanakan
tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
a.
Setiap bidan wajib menjaga nama baik
dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang
bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat
b.
Setiap bidan wajib senantiasa
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.
Setiap bidan senantiasa berperan
serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan
mutu dan citra profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan
baik
b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan
diri.
6.
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya
dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan
Keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
7. Penutup (1 butir).
Sesuai dengan wewenang dan peraturan
kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik merupakan pedoman dalam tata
cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional.
C. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
Standar asuhan kebidanan sangat
penting di dalam menentukan apakah seorang bidan telah melanggar kewajibannya
dalam menjalankan tugas profesinya. Adapun standar asuhan kebidanan terdiri
dari :
Standar I : Metode Asuhan
Merupakan asuhan kebidanan yang
dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu :
pengumpulan data, analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan dokumentasi.
Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data mengenai status
kesehatan klien yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data
yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa Kebidanan dirumuskan dengan
padat, jelas dan sistematis mengarah pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh
klien sesuai dengan wewenang bidan berdasarkan analisa data yang telah
dikumpulkan.
Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat
berdasarkan diagnosa kebidanan.
Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan
berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan klien dan dilanjutkan dengan
evaluasi keadaan klien.
Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan
bersama-sama/pertisipasi klien dan keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan
dan pemulihan kesehatan.
Standar VII : Pengawasan
Monitoring atau pengawasan terhadap
klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk mengetahui
perkembangan klien.
Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan
dilaksanakan secara terus menerus seiring dengan tindakan kebidanan yang
dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan
sesuai dengan standar dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.
D. REGISTRASI PRAKTIK BIDAN
Bidan merupakan profesi yang diakui
secara nasional maupun intenasional oleh International
Confederation of Midwives (ICM). Dalam menjalankan tugasnya, seorang bidan
harus memiliki kualifiksi agar mendapatkan lisensi untuk praktek .
Praktek pelayanan bidan perorangan
(swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup
besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan
ibu dan anak.
Setelah bidan melaksanakan pelayanan
dilapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam
memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya1. Pihak pemerintah dalam
hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki
kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan
praktek perlu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Penyebaran dan pendistribusian bidan
yang melaksanakan Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan
penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam
memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan
memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya
regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan
melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan
praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar1.
Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai registrasi dan praktik bidan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 (Revisi dari Permenkes No.572/MENKES/PER/VI/1996). Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang ditetapkan.
Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai registrasi dan praktik bidan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 (Revisi dari Permenkes No.572/MENKES/PER/VI/1996). Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang ditetapkan.
Bukti tertulis seorang bidan telah
mendapatkan kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh
wilayah Indonesia disebut dengan Surat Izin Bidan (SIB), setelah bidan
dinyatakan memenuhi kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang
ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental bidan mampu melaksanakan praktek
profesinya.
Bidan yang baru lulus dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh SIB dengan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima ijazah bidan.
Bidan yang baru lulus dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh SIB dengan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima ijazah bidan.
Kelengkapan registrasi meliputi :
1. Fotokopi ijazah bidan.
2. Fotokopi transkrip nilai akademik.
3. Surat keterangan sehat dari
dokter.
4. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak
dua lembar.
Bidan yang menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau dan perorangan harus memiliki SIPB dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, dengan melampirkan persyaratan yang meliputi :
- Fotokopi SIB yang masih berlaku.
- Fotokopi ijazah bidan.
- Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai pegawai negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.
- Surat keterangan sehat dari dokter.
- Rekomendasi dari organisasi profesi.
- Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali.
E. KEWENANGAN BIDAN DI KOMUNITAS
Bidan dalam menjalankan praktiknya di
komunitas berwenang untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu
bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga,
kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat, yang meliputi :
1. Pengetahuan dasar
a. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga,
kelompok dan masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
dalam keluarga dan masyarakat.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
g. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.
2.
Pengetahuan tambahan
1. Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)
2. Pemasaran social
3. Peran serta masyarakat
4. Audit maternal perinatal
5. Perilaku kesehatan masyarakat
6. Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan
ibu dan anak (Safe Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
7. Paradigma sehat tahun 2010.
3. Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi,
bayi, balita dan KB di masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta
masyarakat untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4. Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan
kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.
BAB VI
SKRINING
Skrining adalah usaha untuk
mengindentifikasi suatu penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas
dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat membedakan orang-orang yang kelihatan sehat, benar –
benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
Test
skrining dapat dilakukan dengan cara :
1.
Pertanyaan/kuesioner
2.
Pemeriksaan
Fisik
3.
Pemeriksaan
Laboratorium
4.
X-ray,
termasuk diagnostic imaging
Jenis
penyakit yang tepat untuk skrining :
1.
Merupakan
penyakit yang serius
2.
Pengobatan
sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan setelah gejala muncul
3.
Prevalensi
penyakit pre klinik harus tinggi pada populasi yang diskrining
Syarat
– syarat skrining :
1.
Penyakit
harus merupakan masalah kesehatan yang penting
2.
Harus
ada cara pengobatan yang efektif
3.
Tersedia
fasilitas pengobatan dan diagnosis
4.
Diketahui
stadium prepatogenesis dan pathogenesis
5.
Test
harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh
masyarakat
6.
Telah
dimengerti riwayat alamiah penyakit
7.
Harus
ada Policy yang jelas
8.
Biaya
harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuaensi
kesehatan
Jenis
skrining :
1.
Mass
Skrining
2.
Selective
skrining
3.
Single
Disease Skrining
4.
Case
finding skrining
5.
Multiphasic
skrining
Kombinasi
test Skrining :
1.
Skrining
Paralel
Positif,
bila individu member hasil positif untuk test yang manapun ( Salah satu atau
kedua tes skrining). Misalnya pada skrining ca mammae dengan pemeriksaan fisik
dan mammografi, sudah disebut positif jika pemeriksaan fisik saja + atau
mammografi saja yang +.
2.
Skrining
series / bertahap
a. Skrining tahap I
Lebih murah, tidak terlalu invasive atau
tidak terlalu mengganggu
b. Skrining tahap II
Skrining
tahap II dilakukan pada mereka yang positif pada pemeriksaan tahap I,
diharapkan dapat mengurangi positif palsu.
Kriteria penyakit yang sesuai untuk
dilakukan skrining :
1)
Penyakit
harus ada dipopulasi
2)
Penyakit
merupakan masalah morbiditas dan atau mortalitasnya tinggi di masyarakat
3)
Deteksi
dini dan intervensi harus dapat memperbaiki outcome (Anonymus,2009)
A. Skrining pada Kanker Payudara
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol
dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil
dari mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggungjawab
menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Gen di dalam
setiap inti sel, yang bertindak sebagai “ruang kontrol” dari masing-masing sel.
Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri secara teratur. Proses
pertumbuhan sel: sel sehat baru mengambil alih sel lama. Tapi seiring waktu,
mutasi bisa “menghidupkan” beberapa gen dan “mematikan” bagian lain dalam sel.
Sel yang berubah tersebut memiliki kemampuan untuk berpisah dan tanpa kontrol
memproduksi lebih banyak sel-sel seperti itu dan membentuk tumor.
Istilah “kanker payudara”
merujuk kepada suatu tumor ganas (malignan) yang berkembang dari sel-sel di
payudara. Kanker payudara biasanya dimulai pada sel di lobules, kelenjar
yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran yang
menghubungkan lobulus ke ‘puting susu’. Jarang terjadi, kanker payudara mulai
pada jaringan stromal, termasuk jaringan lemak dan jaringan ikat dari payudara.
Seiring dengan waktu,
sel-sel kanker dapat menyebar ke jaringan payudara sehat membuat jalan masuk ke
kelenjar getah bening di ketiak, suatu organ kecil yang menyaring benda asing
dalam tubuh. Jika sel kanker telah meluas ke kelenjar getah bening, maka ini
menjadi jalan ke bagian lain dari tubuh.
Kanker payudara selalu
disebabkan oleh abnormalitas/gangguan pada gen(suatu “kesalahan” dalam bahan
genetik). Hanya 5-10% dari kanker diwarisi dari ibu atau ayah. Kira-kira 90%
dari kanker payudara adalah karena abnormalitas genetik yang terjadi sebagai
hasil dari proses ketuaan dan lainnya.
Meskipun ada langkah-langkah
yang dapat dilakukan setiap orang untuk membantu tubuh tetap sehat seperti
makan diet seimbang, tidak merokok dan alkohol, serta latihan secara teratur,
kita tidak
Insiden kejadian
Insidens kanker
payudara pada perempuan di Amerika Serikat adalah 1 banding 8 (sekitar 13%).
Pada 2008, sekitar 182.460 kasus baru kanker payudara invasif diharapkan dapat
didiagnosis pada perempuan di Amerika Serikat, bersama dengan 67.770 kasus baru
kanker payudara non-invasif (in situ). Kira-kira 1.990 kasus baru kanker
payudara invasif akan didiagnosis pada pria pada 2008. Kurang dari 1% dari
semua kasus baru kanker payudara terjadi pada laki-laki. Dari 2001 hingga 2004,
tingkat insiden kanker payudara di AS turun 3,5% per tahun. Satu teori adalah
bahwa penurunan ini disebabkan karena berkurangnya penggunaan terapi
penggantian hormon/terapi sulih hormon (HRT/ Hormone Replacement Therapy).
Kira-kira 40.480
perempuan di AS diperkirakan meninggal pada 2008 akibat kanker payudara,
meskipun angka kematian telah turun sejak tahun 1990. Ini merupakan hasil dari
kemajuan pengobatan, deteksi dini, dan meningkatnya kesadaran. Untuk perempuan
di Amerika Serikat, angka kematian akibat kanker payudara lebih tinggi daripada
kanker paru-paru. Selain kanker kulit, kanker payudara adalah yang paling
sering didiagnosis kanker pada perempuan di AS. Lebih dari 1 dalam 4 penderita
kanker adalah kanker payudara.
Dibandingkan dengan
perempuan Amerika keturunan afrika, perempuan kulit putih sedikit lebih besar
untuk menjadi kanker payudara, tapi kemungkinan akan mati lebih kurang. Salah
satu alasan adalah bahwa perempuan keturunan afrika cenderung memiliki tumor
yang lebih agresif. Perempuan dari latar belakang etnis lainnya -Asia,
Hispanic, dan lainnya- memiliki risiko lebih rendah dalam perkembangan kematian
akibat kanker payudara dibandingkan dengan kulit putih dan Afro-american. Pada
2008, terdapat sekitar 2,5 juta perempuan di AS yang selamat dari kanker
payudara.
Resiko kanker payudara
dari seorang perempuan kira-kira dua kali lipat jika dia memiliki turunan
pertama (ibu, saudara perempuan, anak perempuan) yang telah didiagnosis dengan
kanker payudara. Sekitar 20-30% perempuan dengan diagnosis kanker payudara
memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara. Kira-kira 5-10% dari kanker
payudara disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan dari satu ibu atau ayah.
Mutasi dari gen BRCA1 dan BRCA2 adalah yang paling sering. Perempuan dengan
mutasi ini memiliki resiko terkena kanker payudara sampai 80%, dan mereka
sering didiagnosis pada usia muda (sebelum usia 50). Meningkatkan resiko kanker
‘ovarium’ juga dikaitkan dengan mutasi gen ini. Laki-laki dengan mutasi BRCA1
memiliki 1% risiko perkembangan menjadi kanker payudara pada usia 70 dan 6%
apabila mereka memiliki mutasi BRCA2.
Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker
paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker
hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa
urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar
getah bening, kulit dan kanker nasofaring.
Kira-kira 90% dari kanker
payudara adalah bukan herediter, tetapi abnormalitas genetik yang terjadi
sebagai proses aging/penuaan dan gaya hidup pada umumnya. Yang paling penting,
faktor risiko untuk kanker payudara adalah jenis kelamin (perempuan) dan
usia (semakin tua).
Angka kematian akibat
kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa
kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi
penyebab kematian setelah kanker rahim.
Tanda-
tanda atau Gejala Kanker Payudara
Pada awalnya, kanker
payudara mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Benjolan mungkin terlalu
kecil sehingga menyebabkan perubahan apapun yang tidak biasa untuk dilihat
sendiri. Seringkali daerah abnormal tersebut ditemukan pada screening mammogram
(x-ray/foto rontgen pada payudara), yang mengarah ke pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam beberapa kasus,
tanda pertama ‘kanker payudara’ adalah berupa benjolan atau massa di payudara
anda atau yang ditemukan pada pemeriksaan dokter. Benjolan yang terasa sakit,
keras, dan tidak rata lebih cenderung menjadi kanker. Tetapi kadang-kadang
kanker dapat tidak keras dan bulat. Sehingga penting diperiksa oleh dokter.(Alhamsyah,2009)
Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak
diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga
berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170
cm
Wanita
yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel
ganas.
2. Masa reproduksi yang
relatif panjang.
3. Menarche pada usia
muda dan kurang dari usia 10 tahun.
4. Wanita terlambat
memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
5. Wanita yang belum
mempunyai anak Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama
dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
6. Kehamilan dan
menyusui Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
7. Wanita gemuk. Dengan
menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
8. Preparat hormon
estrogen Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
9. Faktor genetic.
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita
yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara (Agung,2009)
Pencegahan
primer
Pencegahan pada tahap ini merupakan
yang sangat dianjurkan dan menjadi salah satu bentuk promosi kesehatan karena
dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri
dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup
sehat.
Pencegahan
sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan
terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap
wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk
dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi
dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining
melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker
payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang
sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena
itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain: Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan
melakukan cancer risk assessement survey.
Pencegahan
Tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan
pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang
tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi
kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi
penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila
kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan
sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa
simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan aiternatif
(Suryantoro,2009).
Cara
Skrining Ca Mamae
1.
Pemeriksaan
Payudara Sendiri (Sadari)
Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari)
harus menjadi bagian dari kesehatan rutin bulanan dan jika mengalami perubahan
pada payudara harus segera memeriksakan diri ke Dokter. Jika anda lebih dari 40
tahun atau memiliki resiko tinggi untuk penyakit ini, anda juga harus melakukan
pemeriksaan mammografi tahunan dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Semakin dini
kanker payudara ditemukan dan didiagnosis semakin baik kesempatan kita untuk
mengobatinya. Proses diagnosa dapat berminggu-minggu dan melibatkan berbagai
jenis tes.
2.
Pemeriksaan
Mammografi
Pemeriksaan
mammografi tahunan hasilnya disebut mammogram- diberikan secara rutin untuk
orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara. Tujuannya
adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala kanker
berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani. (Alhamsyah,2009)
Mammografi
adalah suatu pemeriksaan untuk mammae (payudara) dengan menggunakan sinar x-ray
dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa
disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan
pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya
nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan
bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual).
Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun
atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker payudara
Yang
harus diperhatikan pada saat melakukan mamografi :
1. Jangan memakai
deodorant pada ketiak, talk / bedak pada ketiak atau payudara dan sekitarnya.
Karena dapat mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik Kalsium
2. Beritahu semua
keluhan / gejala yang dirasakan pada ahli yang melakukan mamografi 3. Tanyakan
dengan jelas apa yang didapat dari hasil pemeriksaan mamografi 4. Jangan
memakai perhiasan atau baju diatas pinggang, Pasien akan mengenakan pakaian
khusus yang telah disediakan
Keuntungan Mammografi :
1. Pemeriksaan mamografi tergantung pada
operator / ahli yang melakukan pemeriksaan. Apakah bisa mendeteksi tumor
payudara yang kecil tergantung dari kemampuan operator. Idealnya yang melakukan
pemeriksaan mamografi adalah dokter yang sebelumnya telah melakukan pemeriksaan
terhadap payudara pasien sehingga hasilnya lebih akurat.
2. Jika pemeriksaan mamografi di lakukan
oleh yang benar-benar ahli, maka mamografi dapat mendeteksi adanya jenis tumor
ductal carcinoma in situ (DCIS) - jenis tumor yang paling tidak mem
Kerugian Pada waktu melakukan mamografi :
1. Tidak boleh dilakukan jika hamil
2. Banyak yang mengalami false positive,
artinya pada pemeriksaan mamografi hasilnya positif (berarti pasien yang
bersangkutan mengidap kanker), ternyata pada pemeriksaan lanjutan yaitu biopsi
(pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan tersangka kanker untuk diperiksa
di Lab.Patologi Anatomi) hasilnya negatif (pasien yang bersangkutan tadi tidak
mengidap kanker payudara). Biopsi ini adalah pemeriksaan invasif yang termasuk
gold standard untuk pemeriksaan tumor payudara (dilakukan dengan jalan
melakukan tindakan / operasi) Kejadian false positif (hasil mamografi positif
kanker tapi ternyata pada akhirnya tidak terbukti ganas), pada usia 40 - 49
tahun sebesar 30 % , sedangkan diatas usia 50 tahun, sebanyak 25 % . (sumber :
American College of Radiology)
3. Tidak semua kanker payudara dapat
tervisualisasi dengan baik lewat pemeriksaan Mamografi
4. Pemeriksaan mamografi dilakukan dengan
cara menekan payudara. Untuk sebagian pasien, penekanan payudara dirasa sesuatu
yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan terutama bagi mereka yang sebelumnya
mempunyai gejala nyeri pada payudara.
5. Hati-hati bagi pengguna payudara implant.
Bagi wanita yang telah menjalani operasi implant payudara terbuat dari silikon,
maka jaringan payudara yang abnormal bisa tidak terdeteksi kalau jaringan
implant tadi di letakkan diatas / di permukaan jaringan payudara tersangka
kanker. Bahkan dengan metode menekan payudara pada pemeriksaan mamografi ini
dapat mengakibatkan ruptur / pecahnya implant payudara yang terbuat dari
silikon. Sehingga bagi wanita pemakai implant, harap memberitahu sebelumnya
kepada operator yang melakukan mamografi. Akhirnya, mengingat keterbatasan dari
pemeriksaan mamografi ini maka tidak setiap wanita wajib melakukan mamografi.
MAMOGRAFI
DILAKUKAN BILA ADA INDIKASI, sebagai berikut :
1.
Skrining
pada wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara
2.
Jika
massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak jelas.
3.
Jika
dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan
supra klavikula (diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak disertai
terabanya massa / benjolan pada payudara
4.
Untuk
usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali, sedangkan lebih dari 50 tahun
dilakukan setahun sekali (Nawasasi,2006)
Stage
atau Stadium/Tahap Kanker Payudara
a.
Stage 0: tahap sel Kanker payudara tetap di dalam
kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang
berdekatan.
b.
Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang
jelas (Kelenjar getah bening normal).
c.
Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi
sel-sel kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan
ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening
ketiak/aksiller, ATAU tumor yang lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari
5 cm dan belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
d.
Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun
tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar getah
bening yg berhubungan dgn ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi
belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
e.
Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker
ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan
struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat
tulang dada, ATAU tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker
ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
f.
Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah
menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mngkin telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau
kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
g.
Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara
atau mugkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang
belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau
ke Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
h.
Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke
bagian lain dari tubuh. (Alhamsyah,2009)
B. Skrining Pada Kanker
Serviks
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah
tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan
kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan
dan pada semua jenis kanker.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di
Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri
dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat
ditemukan dan diobati (Nasir,2009)
Kanker serviks atau juga disebut
kanker leher rahim merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak diderita
wanita di dunia yang berusia di atas 15 tahun. Berdasarkan survey tahun 2001,
di Indonesia, ditemukan penderita baru yang mengidap kanker leher rahim
berjumlah 2429 atau 25,91% dari seluruh penderita kanker.
Penyebab kanker leher
rahim yaitu virus HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat menyerang semua wanita, khususnya
wanita yang aktif secara seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah
infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab
70% kasus kanker serviks di Asia.
Faktor risiko yang
potensial menyebabkan terjadinya kanker leher rahim adalah
a.
Melakukan
hubungan seks pada usia muda,
b.
sering
berganti-ganti pasangan
c.
sering
menderita infeksi di daerah kelamin terutama virus HPV ( Human Papilloma
Virus),
d.
melahirkan
banyak anak,
e.
Kebiasaan
merokok (risiko 2x lebih besar).
f.
Juga
kekurangan vitamin A, C, dan E.
Seringkali gejala kanker
leher rahim pada stadium dini tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas.
Sedangkan jika telah timbul gejala diantaranya keputihan, perdarahan setelah
hubungan intim suami istri, perdarahan spontan setelah masa menopause (masa
tidak haid lagi), keluar cairan kekuningan yang berbau busuk atau bercampur
darah, nyeri panggul, atau tidak dapat buang air kecil, maka kemungkinan besar
penyakit telah masuk stadium lanjut.
Maka sebaiknya wanita
terutama yang telah menikah segera melakukan pemeriksaan dini atau dikenal
dengan pemeriksaan SKRINNING, yaitu dengan
1. Pemeriksaan pap
smear
.
Pemeriksaan pap smear ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan
biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Pemeriksaan pap smear dilakukan
kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter, minimal
setahun sekali. Pemeriksaan pap smear dilakukan di atas meja periksa
kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat
untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk
mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini
kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil
pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan(
Diyanti,2009)
Pap smear, disebut juga tes Pap
adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung
dari uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD. Pap
smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan
sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini
merupakan langkah awal menghindari timbulnya kanker serviks.
Pap smear bukan digunakan untuk
mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes skrining untuk memperingatkan dokter
melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan
spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut beberapa istilah
yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan langkah yang dapat diambil
selanjutnya:
1.
Normal
Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
2.
Sel
bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of
undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan
datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear
mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum
jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan,
dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang
dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang
ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, perlu
melakukan tes lebih lanjut.
3. Lesi intraepitelial
sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
4. Sel glandular
atipikal (Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan
tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin
menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih
lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
5. Kanker sel bersisik
atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear
memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam
vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di
permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di
sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan
investigasi lebih lanjut.
Selain mencari abnormalitas, dokter akan
memutuskan untuk memeriksa jaringan dengan mikroskop khusus dalam prosedur
colposcopy & mengambil sampel jaringan (biopsi). Colposcopy sering
digunakan untuk melengkapi diagnosis.
Pap smear bukanlah pembuktian yang
main-main. Namun tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil negatif palsu.
Artinya tes memperlihatkan tidak ada sel abnormal, walaupun sebenarnya memiliki
sel atipikal. Perkiraan kejadian hasil negatif palsu dengan Pap smear
konvensional kurang dari 5% atau 1 dari setiap 20 wanita. Pap smear berbasis
cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit. Dengan tes yang
sama, hasil positif palsu sangat jarang.
Hasil
negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang
menyebabkan negatif palsu, yaitu:
1.
Pengambilan
sel yang tidak cukup
2.
Lokasi
lesi tidak dapat dijangkau
3.
Sel
abnormal meniru sel benigna
4.
Walau
sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak anda. Kanker serviks
memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes tidak dapat
mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjut
Hasil
Tes
Pap smear bukan
digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes skrining untuk
memperingatkan dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk
mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut
beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan langkah yang
dapat diambil selanjutnya:
a. Normal
Tes negatif (tidak ada sel abnormal
terdeteksi). Tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan
pemeriksaan panggul selanjutnya.
b. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi
signifikan (Atypical squamous cells of undetermined significance)
Sel
bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus
ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan
ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis
cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya
virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel
abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada
virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
c. Lesi intraepitelial
sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah
ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear
mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan
karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam
beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada
kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan
tes diagnostik.
d. Sel glandular
atipikal (Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan
tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin
menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih
lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
e.
Kanker
sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinomacells)
Sel
yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis
hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik
menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma
menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter
akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.
2. Pemeriksaan visual dengan Asam Asetat (IVA)
yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam
asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih yang disebut dengan aceto
white ephitelum, maka kemungkinan ada kelainan pada tahap pra kanker.
Ada
beberapa kategori yang dapat dipergunakan untuk analisis IVA, Yaitu :
a.
IVA
Negatif = Serviks normal
b.
IVA
Positif = Serviks dengan radang (Servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
c.
IVA
positif = ditemukan bercak putih (aceto white ephitelum).
d.
IVA
Kanker serviks.
4.
Pemeriksaan
visual dengan Asam asetat dan pembesaran ginekoskopi (IVAB)
5.
Pemeriksaan
test molekuler DNA HPV (Human papiloma virus)
Telah dibuktikan bahwa lebih 90 %
kondiloma servik, NIS dan kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya
dinilai kuat dan tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6
dan 11 termasuk tipe HPV resiko rendahjarang ditemukan karsinoma yang invasive
kecuali karsinoma verukosa. Sementara itu tipe 16,18, 31 dan 45 tergolong HPV
resiko tinggi. HPV typing dilakukan dengan hibridasi DNA.
Pemeriksaan dengan melihat porsio
(juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-15 x, untuk menampilkan porsio diulas
lebih dulu dengan asam asetat 3-5%.Pada Porsio dengan kelainan(Infeksi HPV /
INS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah.
Kolposkopi
dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersedaiaan alat ini
terbatas karena mahal. Oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan pada
prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil test Pap abnormal.l
6. Servikografi
Pemeriksaan
kelainan diporsio dengan membuat foto pembesaran porsio setelah dipulas dengan
3-5% asam asetat yang dapat diperiksa oleh bidan. Hasil pemeriksaan dikirimkan
ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai)
7. Pap Net dengan
Komputerisasi
Pada
dasarnya pemeriksaan pap net berdasarkan pemeriksaan slide test pap. Bedanya
untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil
test pap yang mengandung sel abnormal dapat dievaluasi ulang oleh ahli
patologi/sitologi.
Pusat
komputerisasi pap net adalah di New York, Amsterdam dan hongkong. Saat ini
jaringan pap net yang ada di Indonesia dikirim ke Hongkong(Nuranna, 2001)
Saat ini telah ditemukan cara terbaru
pencegahan kanker serviks yaitu dengan vaksinasi. Vaksin ini berpotensi lebih
dari 70% untuk mencegah kanker serviks. Vaksin akan meningkatkan kemampuan
sistem kekebalan, untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika masuk dalam
tubuh. Vaksinasi sebaiknya dilakukan sejak masa remaja, yaitu sejak usia 10
tahun, dengan jadual vaksinasi pada bulan 0, 1, dan 6. Karena pada usia
tersebut telah memasuki masa reproduksi dan anak belum terkontaminasi oleh
virus HPV, sehingga diharapkan dengan vaksinasi, tingkat kekebalan yang didapat
akan lebih tinggi dibandingkan pada usia dewasa.untuk itu, vaksinasi bersama
skrinning serta usaha mengurangi factor risiko, diharapkan dapat mengurangi
risiko terkena kanker leher rahim. Idealnya sebelum vaksinasi pada wanita yang
telah melakukan hubungan seksual harus dilakukan pemeriksaan terhadap infeksi
human papiloma virus.
Pemeriksaan
PAP SMEAR /IVA dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti : rumah
sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini kanker, praktek dokter
spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah
mempunyai peralatan untuk melakukan pemeriksaan PAP SMEAR. (Dwiyanti,2009)
American cancer society merekomendasikan papsmear
pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau setelah usia 21
tahun. Setelah usia 21 tahun petunjuknya sebagai berikut :
Usia (tahun)
|
Frekuensi
|
21 – 29
|
Sekali setahun Pap smear regular
atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan
|
30 – 69
|
Setiap 2 – 3 tahun jika anda
memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan
|
Lebih dari 70
|
Anda dapat menghentikan Pap smear
jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda
normal selama 10 tahun
|
Faktor
resiko terjadinya kanker servik :
a. Riwayat aktivitas
sexsual pada saat remaja, terutama jika berganti - ganti pasangan
b. Saat ini memiliki
pasangan yang multiple
c. Riwayat penyakit
menular sexsual
d. Riwayat keluarga
dengan kanker servik
e. Diagnosis kanker
servik atau pap smear menunjukkan gejala prakanker
f. Infeksi Human
papiloma virus (HPV)
g. Perokok
h. Infeksi HIV
i. Terpapar dietilstilbestrol
sebelum lahir
j. Sistem imun yang
lemah karena beberapa factor seperti transplantasi organ, kemoterapi atau
penggunaan kortikosteroid kronis(Nuranna,2001)
C. Skrining pada Kanker Ovarium
Merupakan kanker bagian kandungan yang paling sering terjadi,
yang diduga
disebabkan karena meningkatnya tingkat kemakmuran pada wanita sehingga
mereka enggan untuk melahirkan anak. Tercatat sejumlah 190.000 kasus di dunia dengan angka kematian hingga 115.000.
disebabkan karena meningkatnya tingkat kemakmuran pada wanita sehingga
mereka enggan untuk melahirkan anak. Tercatat sejumlah 190.000 kasus di dunia dengan angka kematian hingga 115.000.
Kanker ovarium tidak akan menunjukkan gejala hingga
penyakit sudah
berkembang lanjut, gejala yang ada sangat umum dan tidak spesifik.
berkembang lanjut, gejala yang ada sangat umum dan tidak spesifik.
Resiko
Kanker Ovarium dapat dicegah dengan : Mengandung, Menyusui dan
Mengangkat Ovarium/Indung telur (terutama pada wanita yang beresiko tinggi
pada riwayat keluarga).
Mengangkat Ovarium/Indung telur (terutama pada wanita yang beresiko tinggi
pada riwayat keluarga).
Skrining pada kanker ovarium tidak ada, Sedang dikembangkan penelitian mengenai skrining tes untuk kanker ovarium,antara lain:
a. Pemeriksaan pelvis
b. USG pelvis
c.
Tumor
marker : CA 125
D. Skrining pada Kanker Endometrium
Kanker Rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker
jaringan
endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.
endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.
Kanker endometrium
merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi,
terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika
terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena
kanker endometrium.
Tabel 1. Stadium
klinik karsinoma endometrium (FIGO 1971)7
Stadium
|
Keterangan
|
Stadium 0
|
Karsinoma insitu
|
Stadium I
|
Karsinoma terbatas pada korpus
Stadium IA Panjang kavum uteri <8
cm
Stadium IB
Panjang kavum uteri > 8 cm
|
Stadium II
|
Karsinoma mengenai korpus dan
servik
|
Stadium III
|
Karsinoma meluas keluar uterus tetapi
belum keluar dari panggul kecil
|
Stadium IV
|
Karsinoma meluas keluar dari
panggul kecil atau sudah mengenai mukosa kandung kemih atau rektum
|
(Suheimi,2007)
Faktor
resiko terjadinya kanker rahim:
a. Lanjut usia
c. Kegemukan (termasuk
contohnya pada penderita Diabetes)
d. Menstruasi pertama
di usia dini, Menopause yang terlambat.
e. Belum pernah hamil
f. Stimulasi estrogen
berlebihan (dari dalam tubuh sendiri atau berasal dari
luar tubuh)
luar tubuh)
g. Riwayat kanker
keluarga (berhubungan dengan kanker usus besar - Lynch
Syndrome)
Syndrome)
Banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa kadar estrogen
sangat memainkan peran dalam perkembangan kanker rahim. Selama kehamilan,
produksi hormon estrogen meningkat dengan diiringi peningkatan hormon
progesteron juga Wanita dengan produksi estrogen yang tinggi tanpa diimbangi
dengan peningkatanproduksi progesteron dapat meningkatkan faktor resiko terjadi
kanker rahim/ endometrium.
Tanda
dan gejalanya:
a. Perdarahan setelah
menopause
b. Siklus menstruasi
yang tidak teratur
c. Perdarahan diantara
periode menstruasi
d. Tercium bau yang
tidak biasanya (amis) dari vagina
e. Stadium lanjut :
nyeri pinggang, nyeri pada saat buang air kecil dan
hubungan seksual serta nyeri perdarahan pada saat buang air besar.
hubungan seksual serta nyeri perdarahan pada saat buang air besar.
Kanker rahim dapat ditangani dengan
sukses apabila terdiagnosa di awal,
terutama bila ditemukan adanya gejala-gejala tidak lazim, segera tegakkan
diagnosa.
terutama bila ditemukan adanya gejala-gejala tidak lazim, segera tegakkan
diagnosa.
Saran pada wanita muda:
a. Bersekolah, bekerja
dan atau menikah
b. Mempertahankan
kesuburan / kapan mendapatkan anak
c. Apakah seks sangat
penting, harus atau tidak dilakukan di usia muda
d. Memperhatikan
riwayat kanker pada keluarga
e. Memperhatikan
harapan hidup secara keseluruhan.(Sam, 2009)
BAB VII
MANAJEMEN/ASUHAN KEBIDANAN PADA KOMUNITAS
Identifikasi
Masalah
Bidan yang bekerja di desa memberikan
pelayanan KIA dan KB di masyarakat yang berada di desanya. Sebagai pemberi
pelayanan kesehatan, bidan melalukan identifikasi untuk mengatasi keadaan dan
masalah kesehatan masyarakat di desanya, terutama kesehatan ibu dan anak. Untuk
itu ia melakukan pengumpulan data. Berdasarkan sumber data, pengumpulan
dilaksanakan secara langsung ke masyarakat (data subyektif) dan tidak langsung
(data obyektif).
Data Subyektif
Data subyektif diperoleh dari
informasi langsung yang diterim dari masyarakat melalui wawancara.
Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang
diperoleh dari hasil o
Analisa Data
Seluruh data yang dikumpulkan, yang
relevan, digunakan sebagai bahan untuk analisa. Dari data yang terkumpul
diperoleh informasi tentang:
-
Hubungan
antara penyakit atau status kesehatan dengan lingkungan, keadaan sosial-budaya
(perilaku), pelayanan kesehatan yang ada, serta faktor-faktor keturunan yang
berpengaruh terhadap kesehatan.
-
Masalah-masalah
kesehatan (termasuk penyakit) ibu dan anak balita.
-
Masalah
utama kesehatan ibu dan anak serta penyebabnya.
-
Faktor-faktor
pendukung dan penghambat bila upaya perbaikan kesehatan ibu dan anak balita
serta KB dilakukan.
Perumusan Masalah
Setelah
data dianalisa, selanjutnya dirumuskan masalah kesehatan masyarakat.
Rumusan masalah kesehatan
masyarakat dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan
masyarakat karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam
tentang situasi kesehatan, lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh
masyarakat tersebut.
Dalam
penyusunan masalah kesehatan, seorang bidan harus selalu mengacu pada tipologi
masalah kesehatan. Dalam tipologi masalah kesehatan masyarakat, ada tiga
kelompok masalah besar, yaitu:
a. Ancaman Kesehatan
Adalah keadaan yang
dapat meningkatkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai
potensi kesehatan. Termasuk dalam ancaman kesehatan:
1)
Penyakit
keturunan seperti: diabetes mellitus, asma bronchial, dll.
2)
Masyarakat
yang menderita penyakit menular seperti TBC dan gonore.
3)
Jumlah
masyarakat yang terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber daya
keluarga.
4)
Risiko
terjadin kecelakaan dalam masyarakat.
5)
Kekurangan
atau kelebihan gizi dalam masyarakat.
6)
Keadaan
yang dapat menimbulkan stress.
7)
Sanitasi
lingkungan yang kurang.
8)
Kebiasaan
yang merugikan kesehatan, seperti merokok.
9)
Sifat
kepribadian yang melekat, misal pemarah.
10) Riwayat persalinan sulit
b. Kurang atau Tidak Sehat
Adalah kegagalan dalam memantapkan
kesehatan. Termasuk di dalamnya:
1)
Kecelakaan
sakit.
2)
Kegagalan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Situasi Krisis
Adalah saat-saat yang banyak menuntut
individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri. Termasuk di dalamnya:
1)
Perkawinan.
2)
Kehamilan.
3)
Persalinan.
4)
Masa
nifas.
5)
Menjadi
orang tua.
6)
Abortus.
7)
Anak
masuk sekolah.
8)
Kehilangan
pekerjaan.
9)
Kematian.
10)
Pindah
rumah.
11)
Remaja.
d. Prioritas Masalah
Setelah menentukan masalah, langkah
selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga. Dalam
menyusun prioritas masalah kesehatan keluarga, didasarkan pada beberapa
kriteria sebagai berikut:
a. Sifat masalah, dikelompokkan
menjadi:
1) Ancaman kesehatan
2) Keadaan sakit atau
kurang sehat
3) Situasi krisis
b. Kemungkinan masalah dapat diubah,
yaitu kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi kesehatan.
c. Potensi masalah untuk dicegah,
yaitu sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau
dicegah melalui tindakan kesehatan.
d. Masalah yang menonjol, yaitu cara
keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal berat dan mendesaknya masalah
tersebut untuk diatasi melalui intervensi kesehatan.
Untuk dapat menentukan
prioritas masalah kesehatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai
berikut:
Table 1. Skala Prioritas
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1
|
Sifat masalah
|
1
|
|
Skala:
Ancaman kesehatan
Tidak
atau kurang sehat
Situasi
krisis
|
2
3
1
|
||
2
|
Kemungkinan masalah
untuk diubah
|
2
|
|
Skala:
Dengan mudah
Hanya
sebagian
Tidak
dapat
|
2
1
0
|
||
3.
|
Potensi
masalah untuk diubah
|
1
|
|
Skala:
Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
||
4
|
Menonjolnya
masalah
|
1
|
|
Skala:
Masalah berat harus segera ditangani
Masalah
tidak harus segera ditangani
Masalah
dapat dirasakan
|
2
1
0
|
Scoring:
a. Tentukan skor
setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan
angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk
semua kriteria
d. Skor tertinggi
5.
Perencanaan
Langkah selanjutnya
setelah pengkajian adalah menyususn perencanaan kesehatan keluarga. Rencana
kesehatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan bidan untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah teridentifikasi.
Langkah-langkah dalam
pengembangan rencana:
a. Pengkajian
Dengan melakukan pengkajian, bidan
akan dapat menemukan:
1) Masalah-masalah kesehatan keluarga
2) Kebutuhan-kebutuhan kesehatan keluarga
b. Penentuan Sasaran
Sasaran adalah keadaan atau situasi
yang diharapkan tindakan dilaksanakan. Sasaran merupakan tujuan dimana segala
usaha diarahkan.
c. Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan yang lebih rinci
tentang hasil. Tujuan akan menentukan kriteria dan standar yang akan dipakai
untuk menilai keberhasilan tindakan.
Ada dua kriteria, yaitu kriteria
verbal atau kriteria yang diucapkan oleh keluarga dan kriteria non verbal yaitu
kriteria yang dapat diamati atau dilihat.
Standar adalah suatu tingkatan
pelayanan yang diinginkan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Rencana
pelaksanaan mencakup:
a.
Pemeliharaan
kesehatan yang diberikan dan perbaikan gizi yang dilakukan
b.
Penyuluhan
yang diberikan kepada kelompok ibu khusus untuk menjaga kesehatan individu dari
ibu dan bayi
c.
Penyuluhan
yang disampaikan kepada keluarga yang terkait dengan perbaikan lingkungan
d.
Dukungan
yang diharapkan dari sektor/instansi lain termasuk pimpinan dan tokoh
masyarakat serta organisasi masyarakat
e.
Dukungan
dari Dukuh dan kader kesehatan
6.
Kegiatan
Kegiatan yang
dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana pelaksanaan yang sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Dalam pelaksanaannya, bidan memonitor perkembangan
dan perubahan yang terjadi pada ibu, anak dan lingkungan. Tidak selalu upaya
yang dilakukan akan mencapai hasil yang diharapkan, karena dalam pelaksanaan
tindakan jarang ditemukan masalah dan hambatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan tindakan:
a. Merangsang
keluarga untuk mengenal dan menerima masalah dan kebutuhan kesehatan mereka,
melalui:
1) Memperluas
pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan.
2) Membantu melihat
situasi dan akibat dari situasi tersebut.
3) Meningkatkan
kebutuhan kesehatan dari sasaran masyarakat.
4) Mengembangkan sikap
positif dalam masyarakat.
b. Menolong keluarga
untuk melakukan tindakan
1) Merundingkan dengan
masyarakat mengenai akibat-akibat jika mereka tidak mengambil tindakan.
2) Memperkenalkan
kepada masyarakat tentang alternative yang dapat dipilih dan sumber yang
diperlukan dalam melakukan tindakan.
3) Membandingkan
dengan masyarakat akibat dari tindakan dan kemungkinan efek samping yang
mungkin timbul.
c. Menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap bidan
Memberikan asuhan kepada anggota
masyarakat yang sakit
1) Mencari data untuk
mengurangi ancaman kesehatan dan perkembangan kepribadian anggotanya.
2) Membantu
memperbaiki fasilitas fisik rumah dengan menolong keluarga memperbaiki yang
sudah ada.
3) Mengembangkan pola
komunitas dengan keluarga agar terjadi saling pengertian yang mendalam.
4) Membantu keluarga
mengembangkan kesanggupan mereka dalam memenuhi kebutuhan psikologis
anggotanya.
5) Mencegah rintangan
dalam mengadakan rujukan.
6) Bidan harus
mempunyai yang luas tentang sumber daya yang ada di masyarakat dan bagaimana
memanfaatkannya.
7. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah
untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang dicapai dengan
tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Suatu kegiatan dikatakan berhasil apabila
evaluasi menunjukkan data yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Walaupun
tujuan telah dicapai, bukan berarti tidak diperlukan pengkajian lebih lanjut.
Bila kegiatan berhasil mencapai tujuan, maka identifikasi dilakukan dalam
mengantisipasi kemungkinan terjadi masalah lain yang timbul akibat keberhasilan
tersebut. Metode evaluasi yang digunakan dalam penulisan laporan adalah metode
evaluasi format SOAP sebagai berikut:
S : Subjective adalah informasi yang
didapat dari klien
O : Objective adalah informasi yang
didapat dari pengamatan
A : Assessment adalah analisa masalah
klien atau keluarga
P : Planning adalah rencana tindakan
yang akan diambil
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar, Pengantar
administrasi kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta Barat, 1996
Bidan Menyongsong Masa
Depan, PP IBI. Jakarta.
Depkes RI. (2007) Rumah
Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.
Depkes RI. (2002).
Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002).
Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002).
Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta
Effendy Nasrul. (1998).
Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
HornGreen, Datar, and
Foster. Cost Accounting, A Managerial Emphasis, Prentice Hall, 2003.
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan Praktik Bidan;
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 741/MENKES/per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Tehnis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.
Mery Cronk,
Caroline F. 1994. Community Midwifery. London
Nuranna L, 2001,
Skrining kanker serviks dengan metode skrining alternative : IVA, Cermin Berita
Kedokteran
Sam, 2009, Kanker Pada Organ Reproduksi Wanita http: // sam4evi.multiply.com/ journal/item/129/Kanker_Pada_Organ_Reproduksi_Wanita
Suryantoro, J ,2009,
Cegah kanker payudara sejak dini, http://www.bunyu-online.com/2009/
Suheimi I,2007, Kanker Endometrium, http://ksuheimi.blogspot.com/2008/07/kanker-endometrium.htmldi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar