BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rahim merupakan jaringan otot yang
kuat terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rectum. Dinding
belakang dan dinding depan rahim dan bagian atas rahim tetutup peritonium.
Sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih. Untuk
mempertahankan posisinya rahim disangga oleh beberapa ligamentum, jaringan ikat
dan parametrium. Dinding rahim terdiri dari tiga lapisan :
- Peritonium
Peritonium meliputi dinding rahim bagian luar dan
menutupi bagian uterus peritonium merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat
dan pembuluh darah limfe serta urat syaraf.
- Tonjolan yang tepat diatas tulang selangka di dekat kemaluan wanita;
- Bibir besar pada alat kelamin wanita bagian luar
- Bibir kecil pada alat kelamin wanita bagian luar
- Organ erektil kecil pada amniota betina
- Bagian luar alat kelamin wanita
- Jaringan konektif yang menguatkan tulang
- Jaringan ikat penyangga.
- Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
lapisan luar, dalam, dan tengah. Lapisan luar berbentuk cup melengkung dari
fundus uteri menuju ligamentum. Lapisan dalam berasal dari osteum tuba uteri
sampai osteum uteri internum. Lapisan tengah terletak diantara ke-2 lapisan
tersebut, membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah
ditembus oleh pembuluh darah ateri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka delapan, sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah
terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti.
- Endometrium (selaput lendir kavum uteri)
Endometrium Pada endometrium terdapat lubang kecil yang
merupakan muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal tipisnya, fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus
menstruasi.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh
otot rahim sendiri, otot tonus ligamentum yang menyangga dan tonus otot-otot
dasar panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,
ligamentum rotundum, dan ligamentum infundibulopelvikum.
Histerektomi berasal dari bahasa yunani
yakni hystera yang berarti “rahim” dan ektmia yang berarti “pemotongan”.
Histerektomi berarti operasi pengangkatan rahim. Beberapa keadaan yang memerlukan pengangkatan
rahim :
- Mioma uteri
- Endometriosis berat dan Adenomiosis
- Kanker mulut rahim dan badan rahaim
- Kanker indung telur
Pelaksanaan histerektomi dengan
pendekatan vaginal sebagai cara pengangkatan kandungan untuk meningkatkan
kualitas hidup perempuan dianggap lebih baik dibanding dengan teknik yang lain.
Para dokter bedah ginekologi mempunyai
kewajiban memberikan akses cara operasi yang paling baik yang bisa dilakukan
dalam suasana klinis yang ada. (Prof Dr dr H Ibnu Pranoto SpOG(K) SpAnd
‘Histerektomi Vaginal sebagai Cara
Pengangkatan Kandungan untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita’. dalam
histerektomi maka jalan yang paling baik pendekatan vaginal atau histerektomi
vaginal yang merupakan rute primer paling baik.
Pelaksanaan itu dilanjutkan dengan
kolporafi anterior, perineoplasti yang merupakan operasi vaginoplasti dan
memberikan kepuasan seksual bagi pasangan yang masih aktif. Penggunaan metode
histerektomi abdominal masih lebih banyak dibandingkan dengan histerektomi
vaginal, namun saat ini penggunaan metode histerektomi vaginal meningkat karena
beberapa keuntungan.
Histerektomi abdominal merupakan
tindakan operasi yang invasif pada perempuan dengan kelainan ginekologik.
Prosedur terbaru yaitu histerektomi laparoskopik memerlukan kemampuan operasi
yang tinggi, sedang histerektomi vaginal tidak memiliki luaran yang lebih buruk
dan dinilai lebih aman.
1.2. Tujuan
Berdasar kan latar belakang di atas, maka tujuan dari
penyususnan makalah ini adalah untuk membahas tentang Histerektomo (Operasi
Pengangkatan Rahim). Yang bertujaun untuk :
1.
Mengetahui Anatomi Rahim Wanita
2.
Mengetahui Pngertian Histerektomi
3.
Mengetahui Etiologi dari
Operasi Histerektomi
4.
Mengetahui Klasifikasi
Histerektomi
5.
Agar mahasiswi dapat Mengetahui
dan memahami dengan lebih jelas tentang cara melakukan Opeasi Histerektomi
6.
Agar Mahasiswi Mengetahui dan
Memahami dengan lebih jelas Teknik Operasi Histerektomi
7.
Dan mengetahui apa efek samping
dan komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien setelah melakukan Operasi
Histerektomi
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Rahim
Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang
utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah
serviks, membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang
dianggap badan rahim, disambung di kedua pihak dengan tabung Fallopian. Rahim
terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran di organisme yang berbeda. Pada
manusia adalah berbentuk buah pir. Beberapa organisme seperti kelinci, kambing
dan kuda mempunyai rahim bipartite atau "bertanduk".
Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya
agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada
tempatnya oleh beberapa ligamen. Di luar kehamilan, ukuran garis tengahnya
adalah beberapa sentimeter. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan
permanen jaringan itu yang paling dalam disebut endometrium. Pada kebanyakan
mamalia, termasuk manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu-waktu
tertentu yang, jika tak ada kehamilan terjadi, dilepaskan atau menyerap
kembali.
Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan
oleh menstruasi (dikenal dengan istilah "datang bulan" seorang
wanita) sepanjang tahun-tahun subur seorang wanita. Pada mamalia lain mungkin
ada siklus yang panjang selama enam bulan atau sesering beberapa hari saja.
Fungsi utama rahim menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalam endometrium,
dan berasal makanan dari pembuluh darah yang berkembang secara khusus untuk
maksud ini. Ovum yang dibuahi menjadi embrio, berkembang menjadi fetus dan
gestates sampai kelahiran.
Karena rintangan anatomis seperti pelvis, rahim didorong
sebagian ke dalam perut sampai perluasannya selama kehamilan. Di kehamilan pun
rahim manusia beratnya hanya sekitar sekilogram (2.2 pon)
2.2. Pengertian
Histerektomi
- Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita. Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut rahim atau kanker rahim.
- Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-penyakit berat pada kandungan (uterus).
- Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar melalui vagina), kanker (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per vaginam yang menetap, dan lain-lain.
2.3. Etiologi
- Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.
- Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya.
- Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.
2.4. Klasifikasi
1.
Histerektomi parsial
(subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi mulut rahim
(serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena
kanker mulut rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2.
Histerektomi total, yaitu
mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3.
Histerektomi dan
salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus, mulut rahim, kedua
tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan
seperti menopause.
4.
Histerektomi radikal, dimana
histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian atas vagina serta jaringan dan
kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu.
5.
Selain itu, histerektomi dapat
dilakukan melalui irisan di perut atau melalui vagina. Pilihan teknik ini
tergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lain.
2.5. Cara Melakukan Operasi Histerektomi
Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1.
Histerektomi abdominal, dimana
pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik irisan
vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini adalah dokter
yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan jaringan
sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan uterus. Cara
ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker
pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang
lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta menimbulkan
jaringan parut yang lebih banyak.
2.
Histerektomi vaginal, dilakukan
melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan tersebut, uterus
(dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya
kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini
adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang
tampak.
CONTOH GAMBAR OPERASI
HISTERETOMI VAGINAL
3.
Histerektomi laparoskopi.
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu laparoskop
(laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan histerektomi
supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy, LSH). LAVH
mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop yang
dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut.
Melalui irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong
menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik
ini hanya menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit
jaringan parut.
Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan
berhenti dan wanita tidak dapat lagi hamil. Jika pada histerektomi juga
dilakukan pengangkatan ovarium (indung telur), maka dapat timbul menopause
dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan
menggunakan teknik open surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada
dinding perut.
Namun saat ini tindakan tersebut dapat dilakukan dengan
cara yang lebih baik, yakni melalui vagina atau menggunakan laparoskopi. Kedua
tindakan ini lebih baik dibandingkan
dengan open surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat, nyeri pasca operasi lebih ringan, serta tidak
meninggalkan jaringan parut (bekas luka) besar di peut. Pada operasi pengangkatan rahim melalui vagina bahkan
tidak ada luka sama sekali di perut.
Laparoskopi memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ di sekitar
rahim sehingga apabila didapatkan
perlengketan atau kelainan pada organ di sekitar rahim, lebih mudah untuk
melakukan tindakan untuk memperbaikinya.
2.6. Teknik Operasi
Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi
dilakukan menggunakan anestesi (pembiusan)
umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya
penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan
stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan laparoskopi. Untuk ini
diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama.
Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan
rahim dikeluarkan menggunakan alat khusus yang disebut morcellator sehingga
dapat dikeluarkan melalui llubang 10 mm.
Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan
rahim dikeluarkan melalui vagina, kemudian vagina dijahit kembali.
Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil
berukuran 5‐ 10 mm, satu di pusar dan tiga di perut
bagian bawah.
2.7. Komplikasi dan efek samping
Komplikasi histerektomi menggunakan laparoskopi pada
umumnya sama dengan tindakan operasi
laparoskopi lainnya, diantaranya :
- Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini terutama timbul apabila didapatkan perlengketan hebat pada organ‐organ tersebut.
- Perdarahan : perdarahan yanga cukup banyak kadangkala memerlukan transfusi darah
- Infeksi : Jarang dijumpai
- Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan misalnya perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih membawa resiko sehingga open surgery lebih dipilih.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
- Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita. Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan mempunyai anak.
- Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut rahim atau kanker rahim. Beberapa penyebab lain adalah :
- Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.
- Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga panggul lainnya.
- Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.
- Dan lain-lain.
3.2. Saran
Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan
di perut atau melalui vagina. Pilihan teknik ini tergantung pada jenis
histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan berbagai
pertimbangan lain.
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung
dua hingga enam minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak
banyak bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari
segi makanan,? disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas
seperti kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu
pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan
meminum cukup air akan membantu proses pemuihan.
KEPUSTAKAAN
Bacaan :
Dey, S. K., Lim, H., Das, S. K.,
Reesee, J., Paria, B.C., Daikoku, T., and Wang, H. 2003. Molecular Cues to Implantation. Endocrine
Reviews. 95, 7191-7196.
Hakimi, M. 1996. Fisiolgi dan
Patologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica. Jakarta.
Manuaba, I.
1998. Ilmu kebidana dan Penyakit Kandungan. EGC. Jakarta.
Sylvia, W. C., James, C., Page, M
and Korach, K.S. 1999. Disruption of estrogen signaling does not prevent
progesterone action in the estrogen receptor knockout mouse uterus. J. Biochemistry Vol. 96 3646-3651.
Abercrombie. 1993. Kamus Lengkap
Biologi. Erlangga. Jakarta.
Bibhas, C., Paria., Ma, W., Tan, J.,
Raja, S., Sonjoy, K., Sudhansu, K., Dey. Brigid, L., M., Hogan. 2000. Cellular and molecular responses of the
uterus to embryo implantation can be elicited by locally applied growth
factors. J. Dev. Bio. 98, 1047-1052.
Internet :
WikiPedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Hysterectomy
MecineNet: http://www.medicinenet.com/hysterectomy/article.htm
WomensHealth: http://www.womenshealth.gov/faq/hysterectomy.cfm
WomensHealthChannel:
http://www.womenshealthchannel.com/hysterectomy/index.shtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar