BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah suatu cara atau alat yang digunakan
untuk mencegah kehamilan. Biasanya wanita menggunakan kontrasepsi untuk menunda
kehamilan pertamanya dahulu atau menjarangkan kelahiran dengan anak berikutnya.
Dengan adanya berkontrasepsi maka bisa membuat menjadi
keluarga sejahterah dan kontrasepsi disediakan dengan sistim kafetaria. Ditahun
2000 program KB telah berhasil mencegah kelahiran sekitar 80 juta jiwa. Bila
terjadi peningkatan program KB baik untuk penduduk Indonesia sudah mencapai 2,27 jiwa.
Komposisi penduduk Indonesia di tahun 1971 sekitar 118 juta dan ditahun 2008
mencapai 227 juta jiwa.
Wanita di Indonesia untuk berkontrasepsi paling diminati
KB suntik dan yang terendah KB Kondom. Menurut Kepala BKKBN dr. Sugiri Sjarief,
MPA mengatakan, sebagai suatu kebutuhan, kontrasepsi terkait dengan kebutuhan
fisik dan sosial. Sebagai kebutuhan fisik, kontrasepsi memiliki peranan dalam
setiap reproduksi yaitu menunda kehamilan, menjarangkan / mengakhiri kesuburan
sehingga kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan tujuan pengaturan
kelahirannya dan kondisi fisik biologisnya.
- Salah satu bentuk alat kontrasepsi pertama dalam sejarah adalah vaginal suppository yang dilubrikasi dengan menggunakan madu oleh wanita Mesir pada tempo dulu.
- Kondom banyak digunakan pada peradaban kuno dan kebanyakan terbuat dari kain linen dan jaringan binatang.
- Pil KB pertama mendapatkan ijin edar di Amerika tahun 1960 dan digunakan oleh setengah juta wanita.
- Sekitar 85 % wanita aktif secara seksual yang tidak menggunakan kontrasepsi akan hamil dalam waktu 1 tahun, alasan wanita tidak menggunakan alat tersebut karena kurangnya kesadaran akan resiko terjadinya kehamilan.
- Harga dari alat kontrasepsi dijadikan alasan oleh 1/3 wanita untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Prevalensi peserta KB di Indonesia adalah mencapai 66,2
% dengan angka prevalensi peserta KB tertinggi di Bali 77 % dan terendah di
Papua 44 %. Salah satu berita disitus milik BKKBN 2,3 juta aborsi tiap tahun
dilakukan di Indonesia.
Angka kepersertaan KB kaum pria di Indonesia mencapai 5 %.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengenal
jenis kontrasepsi Spermisida, dan pembahasan dalam makalah ini meliputi
beberapa hal sebagai berikut :
- Pengertian kontrasepsi Spermisida.
- Jenis kontrasepsi Spermisida
- Cara kerja kontrasepsi Spermisida
- Pilihan kontrasepsi Spermisida
- Manfaat kontrasepsi Spermisida
- Keterbatasan kontrasepsi Spermisida
- Cara pakai kontrasepsi Spermisida
- Dan Penanganan bila ada atau terjadi efek samping dari pemakaian kontrasepsi Spermisida.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Spermisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan
kimia (non oksinol-9) yang digunakan
untuk membunuh sperma.
Spermisida merupakan alat kontrasepsi sederhana yang
mengandung zat kimia untuk membunuh
sperma, dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual untuk
mencegah kehamilan. Sebagai alat kontrasepsi, spermisida dapat digunakan
sendiri. Namun demikian, akan jauh lebih efektif bila dikombinasikan dengan
alat kontrasepsi lain seperti kondom, diafragma, cervical caps ataupun spons.
Bentuk spermisida bermacam-macam, antara lain: aerosol (busa), krim dan jeli,
vaginal contraceptive film/tissue, maupun suppositoria.
Contraceptive Technology menyatakan bahwa angka
kegagalan dari alat kontrasepsi spermisida ini 18 persen per tahun apabila
digunakan dengan benar dan konsisten dan 29 persen apabila digunakan tidak
sesuai petunjuk dan kurang berkesinambungan.
2.2. Jenis
Jenis spermisida terbagi menjadi:
- Aerosol (busa).
- Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
- Krim.
2.3. Cara Kerja
Cara kerja dari spermisida adalah sebagai berikut:
- Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah.
- Memperlambat motilitas sperma.
- Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
2.4. Pilihan
Pilihan
1.
Aerosol (busa) akan efektif
setelah dimasukkan (insersi).
2.
Aerosol dianjurkan bila
spermisida digunakan sebagai pilihan pertama atau metode kontrasepsi lain tidak
sesuai dengan kondisi klien.
3.
Tablet vagina, suppositoria dan
film sangat mudah dibawa dan disimpan. Penggunaannya dianjurkan menunggu 10-15
menit setelah dimasukkan (insersi) sebelum hubungan seksual.
4.
Jenis spermisida jeli biasanya
digunakan bersamaan dengan diafragma.
2.5. Manfaat
Alat kontrasepsi spermisida ini memberikan manfaat
secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
Manfaat
kontrasepsi
1.
Efektif seketika (busa dan
krim).
2.
Tidak mengganggu produksi ASI.
3.
Sebagai pendukung metode lain.
4.
Tidak mengganggu kesehatan
klien.
5.
Tidak mempunyai pengaruh
sistemik.
6.
Mudah digunakan.
7.
Meningkatkan lubrikasi selama
hubungan seksual.
8.
Tidak memerlukan resep ataupun
pemeriksaan medik.
Manfaat non
kontrasepsi
Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular
seksual termasuk HBV dan HIV/AIDS.
2.6. Keterbatasan
1.
Efektifitas kurang (bila wanita
selalu menggunakan sesuai dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100
perempuan akan hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan
sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100 perempuan akan hamil
setiap tahun).
2.
Spermisida akan jauh lebih
efektif, bila menggunakan kontrasepsi lain (misal kondom).
3.
Keefektifan tergantung pada
kepatuhan cara penggunaannya.
4.
Tergantung motivasi dari
pengguna dan selalu dipakai setiap melakukan hubungan seksual.
5.
Pengguna harus menunggu 10-15
menit setelah spermisida dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
6.
Hanya efektif selama 1-2 jam
dalam satu kali pemakaian.
7.
Harus selalu tersedia sebelum
senggama dilakukan.
Penilaian Klien Meskipun tidak memerlukan pemeriksaan
khusus, namun perlu diperhatikan kondisi pengguna alat kontrasepsi spermisida.
Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
2.7. Cara Pakai Spermisida
Petunjuk Umum
- Sebagai alat kontrasepsi, spermisida harus diaplikasikan dengan benar sebelum melakukan hubungan seksual.
- Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi spermisida.
- Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa), tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
- Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum diisi ke dalam aplikator).
- Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama dilanjutkan berulang kali.
- Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis tertutup secara keseluruhan.
Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi
spermisida sesuai dengan bentuknya:
- Aerosol (busa)
Cara pemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit.
Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut
kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan aplikator ke dalam vagina
mendekati serviks dengan posisi berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika
menarik aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong karena busa
dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan
air kemudian keringkan. Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida
aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu jam sebelum
melakukan hubungan seksual.
- Krim dan Jeli
Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina dengan
aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau jeli biasanya digunakan
dengan diafragma atau kap serviks, atau dapat juga digunakan bersama kondom.
Masukkan spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual. Isi
aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke dalam vagina mendekati
serviks. Pegang aplikator dan dorong sampai krim atau jeli keluar. Kemudian
tarik aplikator keluar dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun
dan air kemudian keringkan. Cara memasukkan spermisida bentuk busa, krim atau
jeli dengan inserter.
- Kontrasepsi Vagina Film/Tissue
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa
kotak-kotak tipis yang larut dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film
menjadi dua dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke dalam
vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati serviks. Keadaan jari yang
kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu
penempelan dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar film
larut dan bekerja efektif.
Suppositoria
Cara pemakaian:
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul yang
dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
membuka kemasan. Lepaskan tablet vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil
berbaring, masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15 menit
sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu tablet vagina atau
suppositoria. Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.
2.8. Penanganan Efek Samping
Beberapa perempuan yang memakainya mengeluh gatal-gatal
atau lecet dalam vagina. Pemakaian alat kontrasepsi spermisida juga mempunyai
efek samping dan masalah lain. Di bawah ini merupakan penanganan efek samping
dan masalah-masalah yang timbul akibat pemakaian spermisida.
Bila spermisida langsung dipakai dalam vagina, dalam
bentuk tablet, masukkan 10 sampai 15 menit menjelang berhubungan seks. Spermisida
dalam bentuk busa, jeli, atau krim sebaiknya dioleskan persisi sebelum
berhubungan seks.
Bila Anda memasukkan spermisida ke dalam vagina, tapi
sudah lebih dari 1 jam berlalu dan hubungan seks belum berlangsung juga,
tambahkan lagi tabletnya. Jika Anda melakukan hubungan seks berkali-kali secara
berurutan, tambahkan spermisida setiap kali.
Efektivitas :
Kehamilan terjadi pada 6-26/ 100 wanita
Keuntungan :
Tidak mengganggu kesehatan, berfungsi sebagai pelumas,
dapat mencegah PMS bakterial
Kerugian : Angka kegagalan tinggi, dapat
meningkatkan transmisi virus
HIV, hanya efektif; 1-2 jam, rasa yang tidak enak
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan dan Saran
Spermisida adalah agen yang menghancurkan membran sel
sperma dan menurunkan motilitas (pergerakan) sperma. Tipe spermisida mencakup
foam aerosol, krim, vagina suposituria, jeli, sponge (busa) yang dimasukkan
sebelum melakukan hubungan seksual.
Gerakan pada waktu berhubungan akan menyebarkan busa
sehinga busa akan meliputi leher rahim dan mencegah masuknya sperma ke dalam
rahim. Bahan kimia yang dikandungnya
dapat terdiri atas nonoxynol 9 atau nonilfenoksi polietanol. Penggunaan
spermisida kurang efektif apabila tidak dikombinasi dengan kontrasepsi lain
seperti kondom atau diafragma.
Bila spermisida langsung dipakai dalam vagina, dalam
bentuk tablet, masukkan 10 sampai 15 menit menjelang berhubungan seks.
Spermisida dalam bentuk busa, jeli, atau krim sebaiknya dioleskan persisi
sebelum berhubungan seks.
Bila Anda memasukkan spermisida ke dalam vagina, tapi
sudah lebih dari 1 jam berlalu dan hubungan seks belum berlangsung juga,
tambahkan lagi tabletnya. Jika Anda melakukan hubungan seks berkali-kali secara
berurutan, tambahkan spermisida setiap kali
KEPUSTAKAAN
Birth-control-comparison.info/spermicide.htm
diunduh 8 Maret 2010, 05:56 PM.
emedicinehealth.com/birth_control_spermicides/article_em.htm diunduh 9 Maret
2010, 12:21 PM.
en.wikipedia.org/wiki/Spermicide diunduh 11 Maret 2010, 11:42 AM.
health.alberta.ca/documents/Birth-control-Spermicide.pdf diunduh 10 Maret 2010,
7:32 PM.
hu-berlin.de/sexology/ATLAS_EN/html/methods_of_contraception.html diunduh 10
Maret 2010, 7:24 PM.
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK 24- MK 27).
Where Women Have No Doctor: A Health Guide for Women, 1997. The
Hesperian Foundation, Berkeley,
California
Tidak ada komentar:
Posting Komentar