BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan
adalah terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur)
mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi) selesai setelah 4 jam dan
sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau
partus lama) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak
kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa
bantuan artificial (seperti forseps) tidak mencakup komplikasi (seperti
pendarahan hebat) mencakup pelahiran plasenta yang normal.
1.2 Tujuan
- Menjelaskan persalinan normal
- Menjelaskan proses melahirkan/persalinan
- Untuk menambah penilai pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Persalinan
Proses
melahirkan/persalinan dalam proses melahirkan bayi biasanya membuat
gelisah sampai panik bagi orang tua yang baru akan menjalani proses
tersebut. Berkonsultasi terus dengan dokter atau bidan adalah langkah
tepat untuk mengetahui proses persalinan yang akan dijalani nantinya.
Dokter
atau bidan umumnya akan menjelaskan secara dasar bahwa proses
persalinan bayi secara normal ataupun proses melahirkan normal itu
terdiri dari 4 tahap proses :
- Tahap
pertama, proses persiapan persalinan dengan fase awal, aktif, transisi.
Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim sampai penuh.
- Tahap kedua, tahap kelahiran sampai bayi keluar dengan selamat.
- Tahap ketiga, pengeluaran plasenta.
- Tahap keempat, pasca lahir, yakni observasi terhadap ibu selama 1 jam usai plasenta keluar
Beberapa kejadian yang akan dialami oleh ibu hamil saat akan melahirkan secara normal :
- kontraksi
- Leher rahim makin terbuka lebar
- Mendorong calon bayi sesuai petunjuk dokter/bidan
- Pengeluaran plasenta
Tips mempermudah melahirkan :
Banyak orang-orang tua memberi berbagai saran diantaranya :
- minum minyak kelapa murni VCO
- Menelan telor ayam kampung mentah
- Meminum ramuan rumput fatimah
- Meminum Habbatussauda
Agak
berbeda jika proses melahirkan dengan cara bedah Caesar kadang juga
disebut dengan c-section (cs). Bedah caesar merupakan proses persalinan
(melahirkan bayi) dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan di
perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan bayi. Bedah
caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina
tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya.
Sebuah
prosedur persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter
yang beranggotakan spesialis kandungan, spesialis anak, spesialis
anastesi serta bidan.
Ada
juga proses melahirkan dengan sedikit memaksa yaitu dengan istilah
vakum dan forseps. Persalinan dengan menggunakan vakum atau alat
penghisap. Alat ini menjadi semacam alat/energi tambahan, bagi ibu yang
akan melahirkan ketika kekuatan dorong si ibu sudah mulai melemah.
Persalinan dengan menggunakan forseps adalah proses persalinan dengan
menggunakan alat bantu dari logam berbentuk sendok. Hal ini sangat
jarang dilakukan karena lebih beresiko.
Metode
baru adalah melahirkan dengan cara persalinan hipnotis/hipnosis dan
proses persalinan di air. Persalinan dengan hipnosis tidak berubah
metode dasar melahirkan hanya persalinan ini dibantu dengan cara/tehnik
relaksasi agar si ibu tidak begitu merasakan sakit. Hampir mirip dengan
persalinan di air yang akan membuat si ibu lebih relaks dan si bayi
keluar tanpa mengalami traumatis dan menghadapi transisi dengan lembut,
selembut air.
2.2 Persalinan Normal
1. Defenisi persalinan normal
Persalinan normal adalah persalinan yang :
- Terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau post matur)
- Mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi)
- Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partu presipitatus atau partus lama)
- Mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis
- Terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forseps)
- Tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat)
- Mencakup pelahiran plasenta yang normal
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang terlibat dalam persalinan adalah :
- Power
Kontraksi
dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot volunter dari ibu,
yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengedan atau
meneran.
- Passage
Merupakan bagian tulang panggul, serviks vagina dan dasar panggul (displascement)
- Passenger
Terutama janin (secara khusus bagian kepala janin) plus plasenta, selaput dan cairan ketuban atau amnio.
Power
Tenaga utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
- kontraksi
Kontraksi
adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk
sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar kesadaran di bawah
pengendalian sistem saraf simpatik dan secara tidak langsung mungkin
dipengaruhi oleh sistem endokrin. Kontraksi uterus yang kuat seperti
pada bagian akhir kala I persalinan memberikan tekanan intra uteri
sebesar 45 mmHg.
- Retraksi
Retraksi
adalah pemendekan otot-otot rahim yang menetap setelah terjadinya
kontraksi, serabut otot tidak mengadakan relaksasi penuh pada akhir
kontraksi tetapi akan mempertahankan sebagian gerakan memendek dan
menebal tersebut. Retraksi merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh
otot rahim.
Sebagai
akibat dari retraksi segmen atas dinding uterus secara berangsur-angsur
menjadi lebih pendek tebal dan kavum uteri menjadi lebih kecil.
Sementara itu otot-otot segmen atas yang mengadakan kontraksi dan
retraksi menyebabkan serabut-serabut segmen bawah yang memiliki fungsi
khusus serta serviks tertarik keluar sehingga terjadi penipisan.
- Tenaga sekunder – Mengejan
Tenaga
kedua yang meliputi otot perut dan diafragma digunakan dalam kala II
persalinan. Tenaga ini dapat dipakai untuk mendorong bayi keluar dan
merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan otot-otot volunter.
Diafragma
dibuat kaku oleh dada yang diisi udara glotis yang ditutup untuk
menahan tekanan rongga dada. Kedua keadaan ini akan melipat gandakan
tekanan pada janin dan mengurangi ruangan di dalam rongga abdomen
sehingga janin terdorong ke bawah bagian paling rendah ke lintasan
keluar di vagina.
Mengejan
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi
otot-otot dasar panggul. Meskipun mengejan melibatkan otot volunter
gerakan ini menjadi involunter kalau tekanan kepala janin pada dasar
panggul mejadi sangat kuat. Kadang-kadang pada saat mengejan
dikendalikan dan digantikan bernapas terengah-engah (mulut dan glootis
terbuka sementara otot abdomen dibiarkan lemas)
Passager (lintasan)
Janin
harus berjalan lewat rongga panggul serviks dan vagina sebelum
dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi pula tekanan
tahanan yang ditumbulkan oleh struktur dasar panggul.
Rongga Pelvis
Pelvis minor merupakan bagian panggul yang berada di bawah pintu atas panggul merupakan rongga sempit yang harus dilewati janin.
a. Pintu atas panggul (Pelviks Inlet)
Janin
pertama-tama harus masuk kedalam pintu atas panggul pada ginekoid yang
normal pintu atas panggul membentang dari bagian posterior puncak
simfisis pubis ke promontorium sakrum dengan ukuran :
1. anteroposterior 11 cm
2. lateral 13,5 cm
b. Inklinasio panggul
Panggul
tidak teletak dalam posisi tegang lurus terhadap tulang belakang tetapi
miring melandai ke depan dengan pintu atas panggul berada dalam sudut
60 terhadap bidang horizontal jika wanita tersebut berdiri tegak.
c. Rongga Panggul
Rongga panggul atau kavum pelvic memiliki bentuk serkuler melengkung ke depan dengan diameter rata-rata 12 cm
d. Pintu bawah panggung (Pelvic outlet)
Pintu
bawah panggul dibatasi oleh 2 tuber iskiadikum, permukaan posterior
bagian terendah simfisis fubis dan artikulasio sakrokoksigeal ukurannya :
- anterioposterio 13,5 cm
- lateral 11 cm
Untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala janin harus mengalami beberapa rangkaian gerakan positif.
Lintasan Lunak (Soft Passages)
Bagian
jalan lahir yang lunak adalah segmen bawah uterus osserviks ekterna
vagina dan vulva setelah terjadi dilatasi serviks yang berbentuk jalan
lahir yang bersambung dengan kepala janin yang menimbulkan dilatasi
vagina dan vulva.
Efacement dan Dilatasi
Segmen
bahwah uterus tertarik ke atas serta keluar dan os services harus
teregang serta terbuka yang cukup luas untuk memungkinkan kepala janin
terdorong melalui bagian tersebut. Kepala kita mula-mula meregangkan
bagian leher kaus yang mirip tabung sampai bagian ini bersambung dengan
bagian yang lain sedemikian rupa, lubang leher itu sendiri akan dipaksa
membuka sehingga memungkinkan kepala kita untuk melewatinya.
Ketika
menarik kaus berleher bundar tersebut kebanyakan secara naluri akan
menekuk kepalanya merapatkan dagunya ke dada sehingga diameter kepala
terkecil dapat lewat leher kaus dan kemudian meluruskan kepala sehingga
dahi serta muka dapat keluar dari lubang kaus tersebut. Mula-mula kepala difleksikan sehingga pada saat inilah terjadi ekstensi pada vulva.
Otot-otot pada dasar panggung teregang sehingga terbentuk saluran badan perineum mendatar karena tekanan dari kepala janin yang bergerak maju.
Kandung
kemih bersama uretra yang berada di depan akan tertekan serta tertarik
ke atas, rektum serta anus yang berada di belakang terdorong ke bawah.
Passenger
Passenger
utama lewat jalan lahir adalah janin yang paling penting karena
ukurannya paling besar adalah kepala janin. Ukuran kepala lebih lebar
dari pada bahu dan kurang lebih ¼ dari panjang bayi. 96% bayi dilahirkan
dengan bagian kepala lahir pertama :
1. tengkorak janin
Kubah tengkorak terbentuk dari 5 buah tulang utama :
1. dua buah os parietal
2. dua buah os parietalis 1 buah os oksipitalis
Sutura
Merupakan garis sambungan antara tulang-tulang tersebut sutura yang utama adalah :
1. frontalis antara kedua os frontalis
2. koronaria antara os frontalis dan parientalis
3. sagitalis antara kedua os parietalis
4. lamdoidea antara os parietalis dan oksiput
Ubun-Ubun
Merupakan bagian kepala yang berdenyut tempat pertemuan 2 sutura atau lebih.
A. Moulage
Tulang
tengkorak janin berbentuk dari membran kemudian mengalami kalsifikasi.
Karena tulang tersebut tidak bersambung secara kaku bagian tepi dapat
saling bergeser di atas satu sama lain selama perjalanan kepala bayi.
B. Sikap
Kepala janin berat dalam sikap fleksi dengan dada merapat selama proses persalinan normal.
Pada sikap ini terdapat 2 diameter yang terbesar.
Biparietal 9,5 cm
Suboksipito bregmatika 9,5 cm dari bagian tengkuk ke ubun-ubun anterior.
Kepala janin pada posisi fleksi adalah oksiput diameter yang terbesar bentuk sirkuler.
Kepala bayi tetap fleksi sampai tahanan perineum dapat teratasi.
Diameter
suboksipito prontal pada saat kepala bayi ekstensi besar 10 cm
merupakan diameter yang mergangkan vulva sebelum muka bayi terlihat.
3. Mekanisme Persalinan
Penurunan (decent)
Sekitar
96% dari semua persalinan diawali dengan janin dalam posisi fleksi,
kepala ke bawah dan tubuhnya agak berputar ke sisi kanan dan kiri.
Sebagaimana kontraksi mulai terjadi kepala bergerak lebih ke dalam ke
pelvik dan dalam posisi menyamping, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke
kiri, atau sebaliknya.
Fleksi
Sebagimana
kepala menurun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi ke dada, yang
menyebabkan os occipitable di belakang kepala untuk petunjuk jalan.
Rotasi interna
Karena
kepala mencapai tingkat spina isciadica, yang disebut station O,
struktur pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik, atau berputar,
sehingga kepala akan dapat melewati tempat yang sangat sempit dalam
pelvik. Kemudian terus ke bawah, bergerak di bawah tulang pubis
Ekstensi
Pada
saat ini jalan lahir ini sudut suduh berubah. Kepala, yang mengalami
dorongan ke bawah pada dada fleksi, meluncur ke luar di bawah tulang
pubis dan melewati introitus, atau orivisium vagina, ke luar. Dagu
terangkat ke atas atau kestensi dan kepala lahir.
Restitusi
Kini kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dalam hubungan dengan bahu.
Rotasi eksternal
Bahu
dan tubuh bayi biasanya meluncur dengan kesulitan yang relatif sedikit
karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil.
Sebagaimana hal ini terjadi, kepala berbalik atau berputar, dalam
hubungan yang normal dengan bahu.
Bila
oksiput pada posterior, kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dengan
kurvatura pelvik ibu. Bayi akan lahir dengan wajah menghadap ke bahwah
daripada ke atas, dan ibu mungkin mengalami sakit pada pinggang serta
persalinan yang lebih lama.
Ekspulasi Plasenta
Segera
setelah bayi lahir, uterus berkontraksi, mengurangi permukaan
internalnya sampai 400% sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama.
Hal ini akan menyebabkan akar plasenta atau
vili, untuk runtuh dari endometrium, memisahkan plasenta dari uterus.
Bila ujungnya tetap menleka, terkumpul darah di belakang plasenta.
Kemudian ketika plasenta runtuh, terjadi semprotan darah, dan permukaan
amnion keluar seperti payung yang terbuka. Hal ini diesebut mekanisme
Schultze’s nama orang yang pertama kali menjelaskan hal tersebut.
Terjadi dalam 80% persalinan. Bila keseluruhan plasentas terpisah dalam
waktu yang bersamaan, tidak terdapat pengumpalan darah, dan plasenta
dengan mudah meluncur keluar dengan sisi kedua terlebih dahulu. Hal ini
pertama kali dijelaskan oleh Ducan, sehingga disebut mekanisme Ducan.
Inn terjadi dalam 20 % persalinan.
Setelah
plasenta terpisah dan seblum uterus kembali berkontraksi, toto utersu
cendrung untuk relaksasi. Hal ini memungkinkan darah untuk mengalir dari
sinus-sinus besar dalam uterus. Darah menekan uterus dan menstimulus
uterus untuk berkontraksi, mengubah uterus dari massa spogiosa lembut
menjasi bentuk bola bulat yang halus yang naik ke atas pada dinding
abdomen yang kita telah relaksasi. Uterus harus tetap berkontraksi dan
mengecil. Bila terjadi relaksasi, kehilangan darah yang serius akan
terjadi dalam beberapa menit. Masase eksternal uterus melalui abdomen
menstimulus uterus untuk berkontraksi, menyebabkan sinus-sinus tertutup,
dan mencegah perdarahan.
Regresi Uterus
Uterus
yang berat mungkin jatuh pada salah satu sisi atau kembali ke dalam
rongga abdomen. Untuk alasan ini beberapa lembaga yang menyarankan ibu
untuk berbaring telungkup ketika istirahat sampai regresi uterus ke
keadaan seblum kehamilan, sekitar 4 sampai 6 minggu. Setelah 10 hari
uterus biasanya turun ke dalam panggul sejati dan tidak lagi teraba
dalam abdomen. Refleks saraf yang diberikan oleh puting karena isapan
bayi menstimulus kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin, yang
menyebabkan kontraksi uterus. Untuk alasan ini, regresi uterus
dipercepat dengan menyusui.
4. Kala I atau Kala Pembukaan
4.1 Pengertian
Kala
pertama dalam persalinan dimulai bila didapat kontraksi uterus dengan
frekuensi, intensitas, dan lama yang memadai sehingga terjadi perlunakan
dan pembukaan dari serviks. Kala pertama dalam persalinan berakhir bila
serviks sudah membuka dengan lengkap yaitu bila serviks sudah membuka
sedemikian rupa sehingga dapat dilalui oleh kepala janin. Jadi kala pertama dari persalinan merupakan tahapan dimana terjadi perlunakan dan pembukaan dari serviks (William, 1991)
4.2 Proses membukanya serviks sebagai akibat his yang dibagi dalam dua fase :
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif : diabgi 3 fase :
- fase eksselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
- fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
- Fase deselerasi : pemukaan lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Mekanisme Pembukaan Serviks :
- Primigravida Multigravida
- Lamanya 10-12 jam 4-8 jam
- Proses pembukaan servik.
- Serviks mendatar dan menipis.
- Serikv mendatar, menipis dan membuka secara bersamaan.
- Pembukaan servik perjam ±1 cm ±2
4.3 Hal-hal yang terjadi pada kala I :
1. His
- His atau kontraksi uterus yang terjadi secara teratur dan semakin meningkat frekuensinya.
- Interval his makin lama makin pendek
- Nyeri mulai dari bagian punggung kemudina menyebar ke abdomen bawah
- Mempengaruhi dilatasi dan pendataran serviks
- Berjalan biasanya menyebabkan meningkatnya intensitas kontraksi
2. Bloody show
-
Diartikan sebagai keadaan terlibatnya mucus atau lendir yang disertai
dengan sedikit darah yang berasal daru ruptura pembuluh-pembuluh kapiler
yang halus di dalam servik. Lendir yang memenuhi canalis servicalis selama kehamilan disebut sebagai overculum.
3. Pembukaan tonjolan ketuban
- Terbentuk di depan kepla janin
- Tonjolan ketuban terasa tegang saat his dan dapat mengalami ruptus.
- Ruptura selaput amnion dapat terjadi seitap saat tetapi biasanya terjadi pada akhir kala I
4. Dilatasi serviks
- Dilatasi os serviks eksterna terjadi secara bertahap5. Engagement atau Presenting Pant
- Pada primigravida peristiwa ini terjadi 3-4 minggu sebelum proses persalina.
- Pada multi engagement terjadi setelah proses persalinan dimulai
5. Kala II atau Kala Pengeluaran
5.1 Pengertian :
Merupakan stadium yang diawali dengan dilatasi sempurna serviks danvdiakhiri dengan kelahiran bayi.
5.2 Lama kal kedua
Lamanya
kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung
50 menit untuk nullipara, dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini
dapat sangat bervariasi. (Pritchard, MacDonald, Grant, 1991). Kemampuan
ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi bagian presentasi
berpengaruh pada durasi kala II . pada literatur lain, lamanya kala II
bisa berkahir sekitar 20 menit pada multipara dan 2 jam pada primipara. (Hamilton,
1995) atau bisa berlangsung rata-rata 1,5 jam pada primigravida dan
pada multipara rata-rata 0,5 jam (Prawirohardjo, 2002)
5.3 Hal-hal yang terjadi pada kala II :
Pada
kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Karena biasanyanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk
di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasa pula tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah dapat lebih berelaksasi, kepala
tidak masuk lagi diluar his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan, dan anggota bayi.
6. Kala III
Kala
II diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan
keluarnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan
berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10
menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus
uteri. Kadang-kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding rahim.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (dapat
ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila langsung
dikeluarkan secara manual dan diberikan uterus tonika. Hal ini juga
dilakukan bila perdarahan sudah > 500 cc). Kala uri ini merupakan
waktu yang paling kritis untuk mendegah perdarahan post partum.
Kala III terdiri dari 2 fase :
1. Fase Pelepasan Uri
Proses
pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di
belakang uri adalah membantu uri ini. Plasenta biasanya terlepas dalam
4-5 menit setelah anak lahir, malahan mungkin pelepasan sudah mulai
sewaktu anak lahir. Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan yaitu
antara plasenta dan desidua basalis, dan karena hematoma ini membesar,
maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut
sehingga daerah pelepasan meluas.
Perdarahan ini disebut “retroplasenta hematoma”.
Cara lepasnya plasenta ada 2 macam :
- Secara SCHULTZE
Cara
ini yang paling sering terjadi (80%) dimana lepasnya seperti kita
menutup paying. Yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah lalu
terjadi retroplasenta hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah
kemudian seluruhnya menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada
sebelum palsenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir.
- Secara DUNCAN
Pelepasan
mulai darai pinggir plasenta sehingga bagian pinggir plasenta lahir
terlebih dahulu. Darah ini akan mengalir keluar antara selaput ketuban
dengan diding rahim. Jadi perdarahan sudah ada sejak bagian plasenta
terlepas terus berlangsung sampai seluruh plasensta lepas.
Pelepasan secara Ducan terutama terjadi pada plasenta letak rendah.
2. Fase Pengeluaran Uri
Uri
yang sudah terlepas akan terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (Segmen
Bawah Rahim) hal ini dibantu oleh tekanan abdominal sehingga uri dapat
dilahirkan 20% secara spontan selebihnya memerlukan pertolongan.
Managemen Aktif Kala III
Langkah-langkah inti deskripsi dan keterangan :
- Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai pelepasan plasenta.
- Membrikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
- oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi jika petugas lebih dari 1 pasti hanya ada bayi tunggal
- oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika hanya ada seorang petugas dan hanya ada bayi tunggal
- oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir.
- Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
Melakukan
penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled Cord Traction)
PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas.
- satu
tangan diletakkan corpus uteri tepat diatas simfisis pubis selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso cranial ke
arah belakang kepala ibu.
- Tangan
yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan melakukan
tarikan tali pusat yang terus menerur dalam tegangan yang sama tangan ke
uterus selama kontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi ibu
dapat juga memberi tahu petugas ketika merasakan kontraksi. Ketika
uterus sedang tidak berkontraksi tangan petugas dapat tetap berada pada
uterus tetapi bukan melakukan PTT.
Ulang
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta
searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masa
fundus segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus
agar menimbulkan kotraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah
dan mencegah perdarahan post partum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat
selam 10-15 detik jika perdarahan hebat terjadi mulailahi segera
melakukan kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam
waktu 1-2 menit ikut protokol untuk perdarahan post partum.
BAB III
KESIMPULAN
Proses
melahirkan dengan sedikit ”memaksa” yaitu dengan istilah vacum dan
forsep persalinan dengan menggunakan vacum atau alat pneghisap (negatif
presure vacum extractor).
Persalinan dengan menggunakan forsep adalah proses persalinan dengan menggunakan alat bantu dari logam berbentuk sendok.
Persalinan
hipnotis tidak merubah metode dasar melaharkan hanya persalinan ini
dibantu dengan cara tehnik relaksasi agar si ibu tidak begitu merasakan
sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Neonatal, yayasan bidan pustaka sarwono,prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati,2008.asuhankebidanan
nifas.yogyakarta:mitra
cendikia.borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forsep/diunduh
1september2009:20.00 wib
Ibrahim,cristin s,1993.prewatan keidanan (perawtan nifas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar