1.1. Latar Belakang
Periode pascanatal didefenisikan sebagai “suatu periode yang tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 28 hari setelah akhir masa persalinan, selama masa ini ibu dan bayi membutuhkan kehadiran bidan yang kontinu” (UKCC,1993)
.
Asuhan kebidanan selama priode pascanatal secara tradisional ditentukan oleh kesehatan wanita pascaparum. Pada permulaan abad kedua puluh, angka kmatian ibu adalah 4/1000, yang sbagian besar disebabkan oleh infeksi puerperium ( Towler dan Brammal, 1986 ). Bidan memberi kontribusi unik dalam pemulihan pascanatal bagi setiap wanita. Agar kontribusi menjadi efektif maka bidan harus memiliki peran yang bermacam-macam, dan bahkan spesifik, bergantung dari kebutuhan ibu dan keluarganya. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif dengan orang tua untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan mengadopsi pola kerja yang fleksibel untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Bidan mempunyai peranan penting untuk mempermudah masa transisi wanita menjadi ibu. Kualitas asuhan pascanatal yang diberikan disekitar waktu kelahiran mempengaruhi pengalaman awal menjadi orang tua dan keyakinan atas kemampuan mengasuh yang telah dipelajarinya. Bantuan utama dari bidan adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan melibatkan keluarga dalam setiap asuhan postnatal misalnya suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Suami dapat menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah. Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Bidan juga dapat mendukung dan mengajarkan hal-hal yag terkait dengan menjadi orang tua. Menjadi orang tua adalah lebih dari sebuah kumpulan perilaku yang membutuhkan suatu komitmen untuk mengasuh dan memelihara.
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi para bidan dalam hal memberikan asuhan yang tepat pada ibu post partum.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dukungan atau motivasi yang dibutuhkan ibu post partum.
2. Untuk mengetahui dukungan yang dibutuhkan pada ibu saat menyusui (breastfeeding).
3. Untuk membahas tentang bagaimana peran menjadi orangtua bagi ibu dalam asuhan yang diberikan.
4. Untuk membahas dan mengetahui asuhan yang diberikan pada kelompok ibu post partum.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Support System Dalam Asuhan Postnatal
Support adalah dukungan atau bantuan, system adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Asuhan postnatal adalah manajemen atau pelayanan kesehatan yang diberikan dan dilakukan pada ibu pasca melahirkan. Support system dalam asuhan postnatal adalah pemberian pelayanan asuhan secara menyeluruh kepada ibu pasca melahirkan yang melibatkan peran dan dukungan seluruh keluarga atau sistem yang terkait sehingga tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal. Bidan memberi kontribusi unik dalam pemulihan postnatal bagi setiap wanita. Pengguna layanan kebidanan akan menghargai bidan yang baik, yang memberi dukungan dan memiliki pengetahuan. Bidan mempunyai peranan penting untuk mempermudah masa transisi wanita menjadi ibu. Kualitas asuhan pascanatal yang diberikan di sekitar waktu kelahiran mempengaruhi pengalaman awal menjadi orang tua dan keyakinan atas kemampuan mengasuh yang telah dipelajarinya.
Penyediaan asuhan postnatal adalah berdasarkan pada sejumlah prinsip yang bertujuan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan.
2. Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman dan penuh percaya diri.
3. Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan bayi.
4. Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuannya sebagai orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua.
5. Membantu keluarga mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka dan mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Aktivitas asuhan kebidanan dalam periode pascanatal/postnatal dapat dikategorikan sebagai pemulihan dan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan emosional dan pemberian informasi, pendidikan serta saran praktis dari ahli yang berpengalaman. Periode di sekitar kelahiran anak merupakan “kesempatan terbuka” yang penting bagi bidan untuk mendukung pria dan wanita dalam rangka meningkatkan kesehatan keluarga dan hubungan orang tua-anak.
Support system dalam asuhan postnatal meliputi :
1. Breastfidding
2. Peran menjadi orang tua
3. Kelompok ibu post partum (Post partum group)
2.2 BREAST FEEDING
2.2.1 Pengertian
Pengertian breastfeeding adalah menyusui. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu.
Breastfeeding atau menyusui yaitu proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks hisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari keluarga terutama suami. Menyusui adalah pemberian sangat berharga yang diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit dan kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.
Keberhasilan dalam menyusui dipengaruhi adanya dukungan keluarga, informasi yang jelas dan profesi atau tenaga kesehatan. Menyusui memerlukan dukungan dari berbagai macam faktor, antara lain payudara sebagai perangkat pemberian ASI, perlu diperhatikan apakah cukup mampu menghasilkan ASI dan kondisi putingnya memadai bagi bayi untuk bisa menyusui dengan mudah. Bayi dibiasakan menyusui sejak dini, yaitu segera setelah dilahirkan, ibu siap mental untuk menyusui bayinya, petugas kesehatan siap membantu ibu agar dapat menyusui dengan mudah, suami siap mendukung ibu untuk menyusui dengan baik. Misalnya dengan menyediakan menu makanan yang memenuhi keperluan ibu menyusui, membuat pikiran ibu tenang, mau berbagi dengan ibu dalam melaksanakan pekerjaan di rumah.
Hal senada telah diungkapkan oleh Soeharyono (1992), yang mennyebutkan bahwa keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu : faktor ibu melalui mekanisme fisiologi yang dapat menyebabkan payudara membentuk air susu, faktor bayi melalui refleks yang secara alami dibawa sejak masih dalam kandungan yang memungkinkan bayi mendapatkan air susu. Faktor eksternal yaitu petugas kesehatan yang berperan selaku katalisator proses fisiologi yang dapat membantu ibu dan bayi sukses dalam proses menyusui. Bantuan utama dari petugas kesehatan adalah memberikan keyakinan serta dorongan emosi kepada ibu yang sering diganggu oleh segala macam bentuk kecemasan.
“Peran Ayah Dalam Menyusui”
Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI dengan jalan memberikan dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya, seperti mengganti popok atau menyendawakan bayi. Pengertian tentang perannya yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eklusif. Untuk membantu ibu agar dapat menyusui dengan baik maka ayah perlu mengerti dan memahami persoalan ASI dan menyusui.
Beberapa cara “Ayah Menyusui” membesarkan bayinya :
• Setiap saat, siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan gendong ke ibunya untuk disusui.
• Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.
• Ganti popoknya sebelum atau sesudah bayi menyusu.
• Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan ayahnya.
• Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.
• Sekali-kali mandikan bayi atau bila sudah sedikit lebih besar mandilah bersama-sama
• Biarkan bayi berbaring didada ayahnya agar ia dapat mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.
• Biasakan memijat bayi Anda sejak baru lahir, bila mungkin sehari dua kali.
1. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 (tiga) refleks intrinsik, yang diperlukan untuk keberhasilannya menyusui seperti :
a. Refleks mencari ( Rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b. Refleks menghisap (Sucking refleks)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat mungkin dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk itu sudah dikatakan cukup bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara dibelakang putting susu, tidak dibenarkan bila bayi hanya menekan putting susunya. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. Cara ini akan membantu bayi mendapatkan jumlah air susu yang maksimal dan tidak akan menimbulkan luka pada putting susu ibu.
c. Refleks menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap ( tekanan negative) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk lambung. Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan botol. Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat mengalir dengan mudah dari lubang dot.
2. Manfaat menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif. Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik kualitas maupun kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih sayang (bonding), dan meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi pendarahan post partum (paska melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan penderita kanker payudara dan kanker indung telur, menjarangkan kelahiran, dapat mengembalikan lebih cepat berat badan dan besarnya rahim ke ukuran normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan terutama saat menyusui dimalam hari, juga dapat memberikan kepuasan dan rasa bahagia bagi ibu.
a. ASI sebagai nutrisi
Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi air susu untuk setiap mamalia berbeda satu sama lainnya. Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari ke-4 atau ke-7 sampai hari ke 10 atau ke-14setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 ( ASI matang). ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin ( zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah lahir. Badan bayi sendiri membuatzat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang bila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang ( mature). Zat kekebalan yang terdapat di ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian di Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkinkan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat.
c. ASI meningkatkan kecerdasan
Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas nutrisi secara langsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak.
Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali pada susu sapi, antara lain :
1. Taurin : suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI
2. Laktosa : merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi.
3. Asam lemak ( DHA, omega-3, omega-6) : merupakan asam lemak utama dalam ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian Dr. Lucas (1993) secara crossectional terhadap 300 bayi premature membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (RP = 8,3) dibanding dengan bayi prematur yang tidak diberi ASI.
1. CARA MENYUSUI YANG BENAR
1. Tetekkan bayi segera atau selambatnya setengah janin setelah bayi lahir. Mintalah kepada bidan untuk membantu melakukan hal ini.
2. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap kali sebelum menetekkan
3. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan sekitarnya.
4. Ibu duduk atau tiduran / berbaring dengan santai.
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi:
a. Perut bayi menempel keperut ibu.
b. Dagu bayi menempel ke payudara.
c. Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus.
d. Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar putting susu.
6. Cara agar mulut bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi.
7. Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting dan sebagian besar lingkaran/daerah gelap sekitar puting susu ke dalam mulut bayi.
8. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya.
Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang belum kosong tadi.
2. CARA MELEPASKAN PUTING SUSU DARI MULUT BAYI
Dengan menekan dagu bayi ke arah bawah atau dengan memasukkan jari ibu antara mulut bayi dan payudara ibu.
3. CARA MEMERAS ASI DENGAN TANGAN
Bidan menganjurkan pada Ibu untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Setelah itu :
1. Duduklah Ibu seenak/senyaman mungkin.
2. Pegang/letakkan cangkir dekat dengan payudara Ibu.
3. Letakkan ibu jari pada payudara diatas puting susu dan areola (bagian lingkaran hitam berwarna gelap pada payudara) dan jari telunjuk dibawah payudara, juga dibawah puting susu dan areola.
4. Tekan ibu jari dan telunjuk kedalam, kearah dada. Ibu tidak perlu menekan terlalu keras, karena dapat menghambat aliran air susu.
5. Kemudian tekanlah payudara Ibu kebelakang puting dan areola antara jari telunjuk dan ibu jari.
6. Selanjutnya tekan dan lepaskan, tekan dan lepaskan. Kegiatan ini tidak boleh menyakiti atau Ibu sampai merasa nyeri. Pada awalnya, mungkin tidak ada susu yang keluar, tetapi setelah dilakukan penekanan beberapa kali, ASI akan mulai menetes keluar.
7. Tekan areola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk meyakinkan bahwa ASI di tekan dari seluruh bagian payudara.
8. Hindari menggosok-gosok payudara atau memelintir puting susu.
9. Peras satu payudara sekurang-kurangnya 3-5 menit hingga aliran menjadi pelan; kemudian lakukan pada payudara yang satu lagi dengan cara yang sama. Kemudian ulangi keduanya. Ibu dapat menggunakan satu tangan untuk satu payudara dan gantilah bila merasa lelah. Memeras ASI membutuhkan waktu 20-30 menit. Terutama pada hari-hari pertama, ketika masih sedikit ASI yang diproduksi.
10. Simpan.
4. PENGERTIAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
5. PEMBENTUKAN DAN PERSIAPAN ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.
6. CARA PENGAMATAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.
7. LAMA DAN FREKUENSI MENYUSUI
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
8. Cara Meningkatkan ASI
1. Adalah dengan memberikan lebih sering, siang dan malam, setiap waktu sampai bayi tidak mau.
2. Bagi ibu memakan makanan dengan gizi seimbang dan dengan pola makan yang benar dan teratur.
2.3 Peran Menjadi Orang Tua
2.3.1 Pengertian
Proses pencapaian peran dan perubahan peran yang dimulai selama masa kehamilan ( Sank,1991). Mungkin anda membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dengan tanggung jawab menjadi orang tua, terutama jika ini berarti perubahan besar bagi gaya hidup anda. Tetapi melihat sikecil tumbuh dan berkembang akan memberikan kebahagiaan yang luar biasa , seiring semakin eratnya ikatan batin diantara anggota keluarga.
2.3.2 Peran Menjadi Orang tua :
A. Menciptakan suatu perubahan periode dan ketidak stabilan bagi laki-laki dan perempuan yang memutuskan untuk memiliki anak
B. Perempuan lebih banyak pengalaman memberikan kontribusi yang besar pembentukan image diri sebagai seorang ibu yaitu kehamilan ,melahirkan, masa nifas/masa menyusui
2.3.3 Ketrampilan dan pengetahuan
Meliputi asuhan pada bayi, misalnya menyusui, menggendong, memandikan, mengganti pakaian, melindungi bahaya dan asuhan pada diri sendiri
2.3.4 Nilai/Sikap dan Kenyamanan
Pengalaman awal menjadi orang tua dengan cinta kasih penerimaan figur sebagai orang tua selama dan memiliki rasa kepercayaan diri serta perhatian terhadap perkembangan untuk anak dengan kelembutan dan penuh perhatian dalam asuhan bayi.
Solusinya adalah untuk memberikan diri sendiri waktu dan ruang untuk mengenal dan merasa nyaman dengan si kecil. Minggu-minggu pertama juga sangat sangat penting untuk memulai menyusui, jadi paling baik jika anda istirahat dan merasa santai sebanyak mungkin dan terus makan dengan baik.
2.3.5 Kegiatan Orang Tua
A. Perlengkapan Bayi
Sebelum kelahiran, siapkan persediaan barang yang anda butuhkan sebanyak mungkin, seperti makanan bergizi favorit , minuman (anda membutuhkan banyak cairan jika anda menyusui), baju, pembalut, kapas dan popok
.
B. Menyambut si Kecil
Semua ibu berkhayal tentang anak yang belum dilahirkannya. Tetapi mencocokan ”anak impian” dengan realitas dari bayi yang sedang anda gendong tidak selalu mudah terutama jika sang bayi memiliki kelamin yang berbeda dengan dugaan anda, atau tidak terlalu sempurna, atau hanya berbeda dari yang anda perkirakan. Dibutuhkan waktu untuk jatuh cinta pada si kecil dan untuk memepelajari bagaimana caranya menjadi ibu atau ayah. Waktu yang dihabiskan bersama akan memberikan anda kesempatan untuk menyesuaikan dan membiasakan diri menjadi orang tua. Anda mungkin lebih memilih meletakkan si bayi bersama anda dikamar tidur awalnya. Jika ia dekat dengan jangkauan, menyusui akan lebih mudah dan anda akan dapat beristirahat di malam hari.
2.3.6 Kontak Orang Tua dengan Bayi ( Klauss dan Kennel)
A. Menggunakan batasan (Bonding Attachment)
Bonding Attachment adalah Kontak ibu dan bayi segera setelah lahir secara fisik dan psikologis dan merupakan modal awal untuk terbinanya hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
Bonding : Masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setelah kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal.
Attachment : Proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya
Komunikasi antara Orang Tua dan Bayi, antara lain:
• Menyentuh bayi dengan menyusui, memeluk, membuai, mengusap tubuh dengan lembut
• Kontak mata Dilakukan terus menerus face to face posisi wajah ibu dan bayi sejajar± 8 inci, di Amerika kontak mata memilki efek dalam perkembangan dari hubungan kepercayaan dan faktor penting dalam hubungan manusia dengan segala usia
• Suara : respon bayi terhadap suara yang didengarnya
• Bau : ciri khas bau antar ibu dan bayi
• Penyerapan : Umpan balik yang positif antara orang tua dan bayi untuk komunikasi
B. Komunikasi antara Orang Tua dan Bayi
Menyentuh dengan cara menyusui, memeluk, membuai, mengusap tubuh dengan lembut Kontak mata dapat dilakukan terus menerus face to face posisi wajah ibu dan bayi sejajar ± 8 inci. Di Amerika kontak mata memilki efek dalam perkembangan dari hubungan kepercayaan dan faktor penting dalam hubungan manusia dengan segala usia.
C. Tanggung jawab dan Tugas orang tua pada anak
a. Merawat anak
b. Memberikan perhatian
c. Menjadi rekan pada anak
Penyesuaian Diri menjadi orangtua dengan 3 tahapan :
Tahap I : Harapan
Tahap II : Kenyataan
Tahap III: Peralihan menjadi Kepala Keluarga
2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Orang Tua
• Umur : Ibu.Ayah yang terlalu muda
• Kesiapan berumah tangga kurang
• Dukungan sosial suami, keluarga kurang
• Ekonomi rendah
• Pengetahuan rendah
• Kurang informasi kesehatan
• Budaya yang bertentangan dengan kesehatan kuat
2.3.8 Istirahat dan Rileks
Beberapa minggu pertama dapat terasa seperti lingkaran menyusui dan mengganti popok yang tidak ada habisnya denga waktu-waktu pendek untuk melakukan hal lain atau istirahat ketika si kecil tidur. Banyak orang yang akan meneelpon dan ingin datang mengunjungi anda dan bayi. Bicarakan dengan suami bagaimana cara terbaik menyikapi pengunjung. Jangan merasa harus menghibur karena anda perlu menghemat kekuatan untuk bayi menyusui. Sebagai alternative beritahulah keluarga dan teman bahwa anda ingin sendirian untuk 2 minggu pertama dan meminta pengertian mereka. Kadangkala disebut sebagai “ babymoon”, dalam kata lain bulan madu dengan bayi. Memulai dengan cara ini akan memberikan semangat untuk kehidupan baru anda, dan saling berbagi merawat sibayi bersama pasangan. Keuntungannya adalah sang ayah bisa ada setiap saat untuk mempelajari perawatan bayi secara langsung, dan mengenali secara dekat anaknya, yang berarti ia akan menjalin ikatan yang kuat dengan bayinya.
2.3.9 Dukungan dari keluarga terdekat
Teman dekat dan saudara selalu ingin menolong, jadi mungkin dari mereka dapat membantu beberapa pekerjaan rumah, menyiapkan makanan dan lain-lain. Bantuan ini, juga dapat menjadi sis pada sumber dukungan yang berharga terutama jika mereka telah mempunyai anak. Di pihak lain, beberapa orang tua baru merasa bahwa semua orang ingin memberikan nasehat, yang dapat membingungkan atau berbeda dari pikiran anda sendiri. Jika ini terjadi, coba bicarakan dengan bidan atau petugas kesehatan yang bisa menjelaskan semua kebingungan.
Dukungan psikologis pada masa transisi untuk menjadi ornag tua telah terbukti membantu penyesuian diri wanita dan pria untuk menjadi orang tua baru dan meningkatkan proporsi hubungan orang tua-anak yang bebas dari rasa takut atau cemas. Perilaku orang tua juga terjadi dalam konteks masa kanak-kanak dan riwayat keluarga, hubungan pasangan dan keluarga, serta dunia social yang lebih luas, termasuk dunia kerja.
Maka dari itu bidan perlu memahami hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa kehamilan, kelahiran dan periode awal pascanatal merupakan pengalaman formatif bagi orang tua dan bayi mereka
2. Mengklarfikasi hubungan antara makna kejadian-kejadian bagi wanita dan pasangannya secara lebih tepat selama masa transisi untuk menjadi orang tua
3. Bahwa perubahan psikologis yang terjadi selama masa ini merupakan suatu proses
4. Memahami bagaimana kuatnya pengaruh hubungan orang tua-bayi dan ehidupan keluarga secara umum
5. Mengklarifikasi tipe dukungan yang sesuai yang ditawarkan ornag tua pada masa ini
2.4 Kelompok Ibu Postpartum
Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa menjadi seorang ibu yang ingin mencari kelompok khusus dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadangkala ibu postpartum yang sudah pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung untuk membentuk kelompok pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut, ternyata kelompok pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam membantu seorang wanita yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan. Kelompok pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden.
Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari kelompok dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetrik memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinan terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konsseling bila memang diperlukan. Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan,, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbuldalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan penanganan menyeluruh dan dukungan dari kelompok pendukung dari penanganan paraibu yang mengalami post partum. Pengobatan medis, konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat prilaku, emosional,intelektual, social dan psicologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.
Cara dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dan jugapasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b) Dapat memahami dirinya
c) Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2. Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
a) Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll.
b) Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayinya.
c) Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.
d) Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertam yang akan lahir.
e) Memperbanyak dukungan dari suami.
f) Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
g) Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan.
h) Bayi memakai pammpers untuk meringankan kerja ibu.
i) Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j) Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
3. Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
a) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.¬
b) Tidurlah ketika bayi tidur.
c) Barolahraga ringan.
d) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.
e) Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi.
f) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
g) Bersikap fleksibel.
h) Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
i) Bergabung dengan kelompok ibu postpartum.
DAFTAR PUSTAKA
Arcan. 2006. Menyusui Moody Jane, Jakarta : EGC.
Handerson, Christine. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan, Jakarta: EGC.
http://scribd.com/doc/40735271.
Riordan, Jan. 2000. Buku Saku Menyusui dan Laktasi, Jakarta: EGC.
Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Ekslusif, Jakarta: Trubus Agriwidya.