Bagi
wanita yang telah melahirkan pasti merasa lega dan bahagia atas kelahiran
putra-putrinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa bagi wanita pasca melahirkan
atau yang biasa disebut dengan masa nifas terdapat beberapa masalah yang perlu
menjadi perhatian dan penanganan yang khusus jika telah hal ini telah ia alami.
Satu dari beberapa masalah pada masa nifas ini adalah Mastitis.
MASTITIS
Adalah peradangan
payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya
menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktsional atau mastitis
puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi
tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah local didalam payudara
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan ini menyebabkan beban
penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.
Semakin disadari bahwa
pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat tehnik menyusui yang buruk merupakan
penyebab yang penting, tetapi dalam benak petugas kesehatan, mastitis masih
dianggap dengan infeksi payudara.
Mastitis dapat terjadi
pada setiap tahap laktasi. Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6
minggu pertama pasca kelahiran.
Penyebab
Mastitis
·
Stasis
ASI
biasanya merupakan
penyebab primer, yang disertai atau berkembang menuju infeksi.
·
Infeksi
Menurut Gunter (1958)
menyatakan bahwa infeksi (bila terjadi), hal ini bukan primer tetapi akibat
darai stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri.
STATIS
ASI
Statis ASI terjadi jika
ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera
setelah melahirkan, atau setiap saat bila bayi tidak menghisap ASI, yang
dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara. Penyebabkan termasuk kenyutan
bayi yang buruk pada payudara, penghisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekwensi atau durasi menyusui, dan sumbatan pada saluran ASI.
a. Bendungan
ASI
Pada bendungan,
payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan
limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat, dan tekanan pada tekanan ASI
dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edema.
Baik kepenuhan
fisiologis maupun bendungan, kedua payudara biasanya terkena. Namun, terdapat
beberapa perbedaan penting, yaitu:
-
Payudara yang penuh terasa panas berat
dan keras. Tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir
dengan lancar, dan kadang-kadang menetes keluar sacara spontan. Bayi mudah
menghisap dan mengeluarkan ASI.
-
Payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema.
Putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi
sulit mengenyut untuk mengisap ASI sampai pembengkakan berkurang. Wanita
kadang-kadang menjadi demam. Walaupun demikian, demam biasanya hilang dalam 24
jam.
b. Frekuensi
menyusui
Bendungan payudara
dapat dikurangi apabila bayi disusui tanpa batas. Wanita yang menderita
mastitis biasanya karena tidak menyusui atau bayi mereka tidak mau menyusu
seperti biasanya.
c. Kenyutan
pada payudara
Nyeri puting dan
putting peceh-pecah sering ditemukan pada penderita mastitis. Nyeri putting
biasa disebabkan karena kenyutan bayi yang buruk sehingga pengeluaran ASI pun
tidak efektif.
INFEKSI
Organisme
paling sering ditemukan pada penderita mastitis adalah Stapylococcus aureus,
Staph
albus, Escheria colli, dan Streptococcus.
Rute
infeksi melalui payudara belum diketahui namun diduga melalui duktus laktiferus
ke dalam lobus dengan penyebaran hematogen dan melalui fisura putting susu ke
dalam system limfatik.
FAKTOR PREDISPOSISI
·
Umur
·
Paritas
·
Serangan sebelumnya
·
Melahirkan
·
Gizi
·
Fektor kekebalan dalam ASI
·
Stress dan kelelahan
·
Pekerjaan diluar rumah
·
Trauma
Gejala
Mastitis
Gajala mastitis non
infeksius
-
Adanya “bercak panas” atau nyeri tekan
yang akut
-
Ada bercak kecil dan keras pada daerah
nyeri tekan tersebut
-
Tidak demam
Gejala mastitis
infeksius
-
Lemah dan sakit pada otot-otot seperti
flu
-
Sakit kepala
-
Demam
-
Terdapat area luka yang lebih luas pada payudara
-
Kulit payudara tampak kemerahan
-
Payudara terasa keras dan tegang
(pembengkakan)
Pencegahan
Mastitis sangat mudah
dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal dan apabila terjadi
tanda-tanda mastitis seperti bendungan ASI, nyeri putting, dll segera diobati.
a. Memberikan
pemahaman tentang menyusui
Wanita harus mengetahui
mengenai penatalaksanaan menyusui yang efektif dan pemberian makanan bayi
dengan tepat. Hal yang harus diperhatikan misalnya:
-
Segera susui bayi setelah proses
kelahiran
-
Pastikan bahwa bayi mengenyut payudara
dengan baik
-
Menyusui secara eksklusif 6 bulan
-
Atur frekuensi menyusui.
b. Perawatan
pada kehamilan dan persalinan
-
Bayi harus di IMD
-
Rawat gabung itu sangat penting
-
Ibu harus mendapat bantuan dan dukungan
mengenai tehnik menyusui yang baik
c. Penatalaksanaan
yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
-
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki
kenyutan bayinya
-
Dukung ibu untuk menyusui sesering
mungkin
-
Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan
maka bantu ibu untuk memeras susu
-
Lakukan kompres pada payudara
d. Periksa
gejala statis ASI
Bila ibu mempunyai
gejala statis ASI maka ibu perlu:
-
Beristirahat
-
Anjurkan untuk lebih sering menyusui
-
Kompres panas kompres dingin
-
Pijat lembut pada daerah benjolan saat
menyusui
e. Pengendalian
infeksi
Petugas kesehatan perlu
sekali memperhatikan mengenai pencegahan infeksi ini misalnya dengan mencuci
tangan sebelum melakukan tindakan, menggunakan sarung tangan DTT bila melakukan
tindakan dsb.
Penanganan
jika
semua pencegahan telah dilakukan namun mastitis tetap terjadi maka penanganannya
harus cepat dan tepat serta cari penyebabnya terlebih dahulu..
Beberapa
tindakan yang dapat dilakukan dalam penanganan mastitis
a.
Memberi dukungan
Mastitis
merupakan keadaan yang sangat nyeri sekali sehingga sering membuat ibu depresi
dan sangat cemas. Ibu juga akan merasa binggung apakah harus melanjutkan
menyusui atau tidak, Tetapi ibu cenderung tidak mau melanjutkan menyusui karena
sangat sakit. Maka dari itu ibu harus diberi keyakinan untuk tetap menyusui
bayinya dan payudaranya akan pulih kembali.
b.
Pengeluaran ASI dengan efektif
Terapi
antibiotic dan simtomatik akan membuat ibu merasa lebih nyaman untuk sementara
waktu dan akan semakin buruk bila pengeluaran ASI tidak diperbaiki.
-
Memberi dukungan kepada ibu untuk
menyusui bayinya tanpa batas, sesering dan selama mungkin
-
Memperbaiki tehnik menyusui dan kenyutan
bayi agar pengeluarannya lebih banyak
-
Peras ASI dengan tangan atau alat
pemompa ASI
c.
Terapi antibiotic
Terapi
antibiotik biasa dilakukan pada mastitis karena infeksi bakteri. Pemberian antibiotic
harus tepat.
Antibiotic
|
Dosis
|
Eritromisin
|
250-500mg
setiap 6 jam
|
Flukloksasilin
|
250 mg setiap
6 jam
|
Dikloksasilin
|
125-500 mg
setiap 6 jam peroral
|
Amoksasilin
|
250-500 mg
setiap 8 jam
|
Sefaleksin
|
250-500mg
setiap 6 jam
|
d.
Terapi simptomatik
Terapi
nyeri ini biasanya dengan analgesic. Bisa diberikan ibu profen atau paracetamol
untuk mengurangi nyeri. Dan pantau suhu tubuh ibu. Namun istirahat juga sangat
penting dipertimbangkan sebaiknya tidur jika mungkin karena dengan berbaring
akan dapat meningkatkan frekuensi menyusui dan pengeluaran asi nya juga akan
lebih baik.
Tindakan
yang lain dapat juga dilakukan dengan kompres hangat-dingin pada payudara untuk
membantu aliran ASI namun ibu juga harus minum air yang banyak.
ABSES
PAYUDARA
Bila abses terbentuk
maka pus harus segera dikeluarkan, dapat dilakukan dengan insisi dan penyaliran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar