BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan
pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan
muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup
janin di luar uterus.
Perdarahan antepartum
biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu,
walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22
minggu. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu, perlu
diberikan penangan yang berbeda. Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan
plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk
menentukannya, ialah plasenta previa, dan solusio plasenta ( atau abrupsio
plasenta). Perdarahan antepartum terjadi pada kira-kira 3% dari semua
persalinan yang terbagi kira-kira antara plasenta previa, solusio plasenta, dan
perdarahan yang belum jelas sumbernya. Di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
antara tahun 1971-1975, terjadi 2114 kasus perdarahan antepartum diantara 14824
persalinan, atau kira-kira 14% ( Sarwono,2005).
B. TUJUAN
Agar mahasiswa
mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala serta cara
penanganan Insersio Velamentosa.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Insersio Velamentosa
2. Etiologi Insersio Velamentosa
3. Patofisiologi Insersio Velamentosa
4. Tanda dan gejala Insersio Velamentosa
5. Penanganan Insersio Velamentosa
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tali pusat sangat
penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion, sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali pusat
mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat
menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan
menimbulkan bahaya asfiksia sampai kematian.
Insersio velamentosa
adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada
selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan
korion menuju plasenta (Sarwono, Ilmu Kebidanan.2005).
Hubungan plasenta dengan tali pusat :
Hubungan plasenta dengan tali pusat :
v Ditengah
: keadaan ini disebut Insersio sentralis.
v Agak
kepinggir : keadaan ini disebut Insersio lateralis.
v Dipinggir
: keadaan ini disebut Insersio marginalis.
v Diluar
plasenta : keadaan ini disebut Insersio velamentosa. Hubungan tali pusat dengan
plasenta melalui selaput janin.
B.
Etiologi Insersia Velamentosa
Insersi velamentosa ini biasanya
terjadi pada kehamilan ganda/ gemeli, karena pada kehamilan ganda sumber
makanan yang ada pada plasenta akan menjadi rebutan oleh janin, sehingga dengan
adanya rebutan tersebut akan mempengaruhi kepenanaman tali pusat/ insersi.
C.
Patofisiologi
Insersio Velamentosa
Pada insersio velamentosa tali
pusat yang dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang
berjalan dalam selaput janin. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan di daerah
oestium uteri internum maka disebut vasa previa. Hal ini dapat berbahaya bagi
janin karena bila ketuban pecah pada permulaan persalinan pembuluh darah dapat
ikut robek sehingga terjadi perdarahan inpartum dan jika perdarahan banyak
kehamilan harus segera di akhiri.
D.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejalanya belum diketahui
secara pasti, perdarahan pada insersi velamentosa ini terlihat jika telah
terjadi vasa previa yaitu perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena
perdarahan ini berasal dari anak dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
Bisa juga menyebabkan bayi itu meninggal.
Satu-satunya cara mengetahui adanya insersi velamentosa ini sebelum terjadinya perdarahan adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya pada ibu dengan kehamilan gemeli dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala kemungkinan penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.
Satu-satunya cara mengetahui adanya insersi velamentosa ini sebelum terjadinya perdarahan adalah dengan cara USG. Jadi sebaiknya pada ibu dengan kehamilan gemeli dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG, karena untuk mengantisipasi dengan segala kemungkinan penyulit yang ada, salah satunya insersio velamentosa ini.
E.
Penanganan Insersio Velamentosa
Bidan tidak memiliki kewenangan
untuk menangani insersio velamentosa. Hanya melakukan diagnosa dan bila
dicurigai bahwa ibu hamil mengalami kehamilan ganda segera lakukan USG. Dan
apabila mengetahui ibu positif mengalami insersio velamentosa, lakukan rujukan
pada Rumah Sakit.
BAB
III
PENUTUP
Berdasarkan apa yang
telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Insersio Velamentosa
adalah kelainan letak tali pusat yang tidak bisa diketahui secara pasti kecuali
dengan penggunaan USG. Dan bidan tidak mempunyai kewenangan untuk menangani
kelainan ini, sehingga harus di rujuk ke Rumah Sakit ataupun spesialis
kandungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998.
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.
Mochtar, R.1998.
Sinopsis Obstetri. Edisi 1. EGC,
Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa dkk.2005.
Ilmu Kebidanan. Edisi 3. cetakan 7.
Yayasan bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2003.
Obstetri Patologi. Edisi 2. FKUNPAD.
EGC, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar