BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk diperhatikan. Sejak
masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi mengenai bonding
attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu dan anak
yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi
orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir,
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya
reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh,
misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain.
Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif
dan ada juga yang negatif. Ibu ketika masa antenatal juga harus diberi
informasi mengenai respon ayah dan keluarganya terhadap kelahiran anak. Dengan
begitu, ibu dapat mengantisipasi jikalau respon yang diberikan ayah
dari anaknya ataupun keluarga tidak seperti yang ibu bayangkan. Merasa
kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tua, anak pertama akan
merespon dengan merasa cemburu terhadap adiknya yang baru lahir. Perasaan
tersebut mendorong anak pertama untuk menyaingi adik barunya dan ingin
mencuri lagi perhatian yang dulu hanya untuk dirinya dengan bermacam
perilaku. Perilaku anak yang lebih tua pada saat itu merupakan sesuatu yang wajar dan disebut sebagai sibling rivalry. Pada dasarnya, sibling rivalry ini bersifat ambivalent atau love hate relationship,
maka dari itu ibu harus diajarkan untuk mencegah maupun memfasilitasi
anak mereka dengan bijak dan diperlukan pembelajaran agar tidak
merugikan salah satu anaknya. Dengan
demikian Bidan sangat perlu untuk memahami seluruh situasi yang akan
terjadi pada waktu sekitar setelah kelahiran tersebut dengan menggali
keadaan ibu dan keluarga agar fase-fase tersebut berjalan secara
terkontrol.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan bounding attachment ?
2. Apa saja faktor yang memengaruhi keberhasilan proses bounding attachment?
3. Bagaimana cara untuk melaksanakan bounding attachment ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dan upaya dalam meningkatkan bounding attachment?
5. Apa saja manfaat dari bounding attachment ?
6. Apa saja hambatan dalam melaksanakan bounding attachment ?
7. Bagaimana respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir ?
8. Apa yang dimaksud dengan sibling rivalry ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami mengenai bounding attachment
2. Mengetahui dan memahami mengenai respon ayah dan keluarga
3. Mengetahui dan memahami mengenai sibling rivalry
4. Mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi keberhasilan proses bounding attachment
5. Mengetahui dan memahami cara melaksanakan bounding attachment
6. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dan upaya dalam meningkatkan bounding attachment
7. Mengetahui dan memahami manfaat dari bounding attachment
8. Mengetahui dan memahami hambatan dalam melaksanakan bounding attachment
9. Mengetahui dan memahami respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir
10. Mengetahui dan memahami mengenai sibling rivalry
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan studi pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bounding Attachment
Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment. Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment
adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan
batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai
hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan. Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang, mungkin mulai di awal kehamilan dan berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkan. Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan dirangsang menurut permintaan atau pesanan. Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun setelah kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap diri sendiri dan kondisi emosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada bayinya. Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat proses terjalinnya ikatan antara ibu dengan bayinya. Oleh karena itu penting juga memperhatikan kondisi psikologis ibu saat proses persalinan. Adapun beberapa definisi para ahli:
1. Klause
dan Kennel (1983): interaksi orang tua dan bayi secara nyata, baik
fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera
bayi setelah lahir.
2. Nelson (1986), bounding: dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3. Saxton dan Pelikan (1996), bounding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4. Bennet dan Brown (1999), bounding: terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
5. Brozeton
(dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang
seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6. Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7. Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8. Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9. Maternal
dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan
bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post
partum.
10. Harfiah, bounding: ikatan; attachment: sentuhan.
2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berhasil atau Tidaknya Proses Bounding Attachment
2.2.1 Kesehatan emosional orang tua
Orang
tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan
memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak
menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat
membantu tercapainya proses bounding attachment ini.
2.2.2 Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam
berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu
dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang
dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya
maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
2.2.3 Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan
dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga
penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari
orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif
yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada
bayinya.
2.2.4 Kedekatan orang tua dan anak
Dengan
metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin
secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara
keduanya.
2.2.5 Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
Pada
awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan
anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan
bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat
keduanya memiliki hubungan yang unik.
2.3 Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment
2.3.1 Pemberian ASI ekslusif
Dengan
dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara
langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan
ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua
manusia.
2.3.2 Rawat gabung
Rawat
gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu
dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi
perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang
merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya
diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan
kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI,
karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga
karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi
berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
2.3.3 Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Beberapa
ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak
waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi
baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang
tuanya. Kesadaran
untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata
mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan
rasa percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada
umumnya.
2.3.4 Suara (Voice)
Mendengar
dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang
tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut
membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut
membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara
dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah
mereka. Respon
antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan
menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi
tenang karena merasa bayinya baik-baik saja (hidup). Bayi dapat
mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat
mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir,
meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan
amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
2.3.5 Aroma /Odor (Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya. Indera
penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan
bayinya Asi pada waktu tertentu.
2.3.6 Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi
mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak
sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan
tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment
terjadi pada saat anak mulai bicara. Bayi
baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa.
Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum
ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Dengan demikian terdapat
salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara
(gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik positif bagi
orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
2.3.7 Bioritme (Biorhythmicity)
Salah
satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme).
Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku
yang responsif. Janin
dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah
ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah
lahir adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih sayang
secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk
belajar.
2.3.8 Inisiasi Dini
Setelah
bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan
merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat
melakukan reflek sucking dengan segera.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
- Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
- Reflek menghisap dilakukan dini.
- Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
- Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
2.4 Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4. Kesehatan emosional orang tua.
5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6. Persiapan PNC sebelumnya.
7. Adaptasi.
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9. Kontak
sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada
bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11. Penekanan pada hal-hal positif.
12. Perawat maternitas khusus (bidan).
13. Libatkan anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
2.5 Manfaat Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding attachment jika dilakukan secara baik yaitu:
1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
3. Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.
2.6 Hambatan Bounding Attachment
Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari bounding attachment dan dapat dikatakan sebagai penghambat dalam bounding attachment adalah:
1. Kurangnya support sistem.
2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
2.7 Peran Bidan dalam Mendukung Terjadinya Bonding Attachment
1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.
2. Memberikan
dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang
bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
3. Sewaktu pemeriksaan ANC, Bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar
4. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
5. Bidan
juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran nanti
ibu tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri
dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
6. Ketika
dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu
cara bonding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya
Bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan Bidan mampu
untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayinya dan
ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu dengan risiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu member ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal.
2.8 Respon Ayah dan Keluarga Terhadap Bayi Baru Lahir
Reaksi
orangtua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal
ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun
pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada
jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka
perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang
negatif. Respon dari setiap ibu dan ayah kepada bayi mereka dan pengalaman mereka dalam melahirkan berbeda yang meliputi seluruh spectrum reaksi dan emosi, seperti perasaan sukacita tak terbatas, kedalaman keputusasaan dan kesedihan. Bidan ikut merasakan kebahagiaan klien ketika ia dapat memenuhi harapan dan kepuasan klien. Jika tanggapan tidak menyenangkan,
bidan perlu memahami apa yang terjadi dan memfasilitasi proses kerja
yang sehat melalui respon untuk kesejahteraan setiap orang tua, bayi,
dan keluarga. Ini membantu untuk menyimpan persepsi mereka tentang bayinya.
2.7.1 Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.
2.7.2 Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:
1. Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan.
2. Kurang berbahagia karena kegagalan KB.
3. Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang mendapat perhatian.
4. Faktor
ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam
membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya.
5. Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat.
6. Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
2.7.3 Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir
2.7.3.1 Perilaku Memfasilitasi
1. Menatap, mencari ciri khas anak.
2. Kontak mata.
3. Memberikan perhatian.
4. Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5. Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6. Memberikan senyuman.
7. Berbicara/bernyanyi.
8. Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9. Mengajak anak pada acara keluarga.
10. Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11. Bereaksi positif terhadap perilaku anak.
2.7.3.2 Perilaku Penghambat
1. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
2. Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
3. Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4. Tidak menggenggam jarinya.
5. Terburu-buru dalam menyusui.
6. Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
2.7.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Orang Tua Terhadap Bayinya
2.7.4.1 Faktor Internal
Yang
termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka
praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai,
kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang
telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka
sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah
diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan.
2.7.4.2 Faktor Eksternal
Yang
termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama
kehamilan, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan
apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan
hari-hari dalam kehidupannya.
2.7.5 Kondisi yang Memengaruhi Sikap Orang Tua Terhadap Bayi
1. Kurang kasih sayang.
2. Persaingan tugas orang tua.
3. Pengalaman melahirkan.
4. Kondisi fisik ibu setelah melahirkan.
5. Cemas tentang biaya.
6. Kelainan pada bayi.
7. Penyesuaian diri bayi pascanatal.
8. Tangisan bayi.
9. Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran.
10. Gelisah tentang kenormalan bayi.
11. Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi.
12. Penyakit psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.
2.7.6 Peran Bidan dalam Mengatasi Respon Negatif Ayah dan Keluarga
1.
2.8 Sibling Rivalry
2.8.1 Pengertian Sibling Rivalry
1. Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling
(anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang
sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry
adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih,
afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk
mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
2. Sibling rivalry adalah
kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan
saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai
dua anak atau lebih.
Sibling rivalry atau
perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa
bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun
sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
2.8.2 Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
4. Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.
2.8.3 Segi Positif Sibling Rivally
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting.
2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.
2.8.4 Mengatasi Sibling Rivally
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8. Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14. Kesabaran
dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
2.8.5 Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon
kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan
bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak
kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan
persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah
laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada
anak-anak ini.
Tingkah laku ini antara lain berupa:
Tingkah laku ini antara lain berupa:
1. Masalah tidur.
2. Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
3. Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.
2.8.6 Peran Bidan
Peran bidan dalam mengatasi sibling rivalry, antara lain:
1. Bidan mengarahkan ibu untuk menyiapkan secara dini kelahiran bayinya
2. Bidan
menyarankan pada ibu untuk memberi penjelasan yang kongkrit tentang
pertumbuhan bayi dalam rahim dengan menunjukan gambar sederhana tentang
uterus dan perkembangan fetus pada anak pertama atau tertuanya
3. Bidan
memberi informasi pada ibu bahwa memberi kesempatan anak untuk ikut
gerakan janin/adiknya dapat menjalin kasih sayang antara keduanya, dan
anak akan mengerti akan kehadiran adiknya
4. Bidan menyarankan ibu untuk melibatkan anak dalam perawatan bayi
5. Bidan
mengingatkan ibu untuk selalu memberi pengertian mendasar tentang
perubahan suasana rumah seperti alasan pindah kamar pada anak tertuanya
6. Bidan
menyarankan kepada ibu untuk tetap melakukan aktifitas yang biasa
dilakukan bersama anak seperti mendongeng sebelum tidur atau piknik
bersama
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah
mendiskusikan makalah yang telah disusun ini, dapat disimpulkan bahwa,
ketika kelahiran akan menimbulkan respon keterikatan bayi dan
orangtuanya (bonding attachment) yang juga telah dimulai sejak saat
dalam kandungan dan akan lebih baik jika ibu tidak menghiraukan saja
bayi/janin yang sedang dikandungnya melainkan ibu seharusnya
berkomunikasi dengan janin, baik itu dengan sentuhan untuk meraba
gerakan janin dan membiarkan janin mendengar ibunya berbicara
terhadapnya. Setelah kelahiran
bayi juga akan menimbulkan respon dari sang ayah dan keluarga, dimana
respon tersebut ada yang bersifat positif dan negatif. Seorang
ayah dan keluarga seharusnya memberikan respon yang positif dan
memfasilitasi bayi agar merasa diterima dan dapat tumbuh serta
berkembang tanpa ada masalah penolakan dari ayahnya. Untuk meminimalisir segala bentuk respon ayah yang negatif, kehamilan ibu sebaiknya harus benar-benar direncanakan. Pada
saat kehamilan, anak pertama atau tertua ibu sebaiknya diberi
pengertian bahwa sebentar lagi dia akan memiliki seorang adik yang akan
menemaninya, anak juga jangan sampai merasa perhatiannya berkurang
karena ibu lebih memerhatikan janinnya, sehingga pada saat kelahiran
bayi/adiknya anak pertama akan merasa tersaingi dalam arti kasih sayang
yang dulu ibu dan ayahnya berikan hanya untuk dirinya, sekarang sudah
tidak bisa lagi penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 7172).
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 56- 57).
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Kyla, B. 2009. Sibling Rivalry. Diunduh 29 Januari 2009, 06: 49 PM. med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 67-76).
Varney Hellen, Varney’s Midwifery.1997. London
Tidak ada komentar:
Posting Komentar