BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya
adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan
komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide
dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan
atau ide yang dipertukarkan.
B. PENYAJIAN
1. Pengertian
Komunikasi Interpersonal atau Konseling ( KIP/K )
Komunikasi interpersonal adalah
interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2 arah baik secara
verbal dan non verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara
individu dengan individu atau individu atau antar individu di dalam kelompok
kecil.
Konseling adalah proses pemberian informasi
objektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut (
Saifudin, Abdul Bari : 2002 ).
Montersen ( 1964 : 301 ) mendefinisikan
konseling sebagai suatu proses antar-pribadi, dimana satu orang dibantu oleh
satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
masalahnya. Willian Ratingan ( 1967: 114-115 ), mendeskripsikan konseling
sebagai usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri.
Suatu komunikasi interpersonal belum
tentu suatu konseling tetapi konseling selalu merupakan komunikasi
interpersonal. Orang yang memberi bantuan dalam konseling disebut
konselor. Sedangkan orang yang diberi konseling disebut konseli. Dalam
kebidanan konseli disebut juga Klien dalam konseling hubungan atau pertalian
antara konselor dengan klien memegang peranan yang penting bagi keberhasilan
konseling, dan ini berbeda dengan hubungan pada situasi lain.
a. Konseling
merupakan bentuk percakapan wawancara
Wawancara sebagai alat pengumpul data
digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi,
harapan, persepsi, keinginan dan lain- lain dari individu atau responden.
Caranya melalui pertanyaan – pertanyaan yang sengaja diajukan kepada individu.
Konseling merupakan salah satu bentuk wawancara.
b. Kelebihan
wawancara :
Apabila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang
diberikan dilakukan secara lisan, maka ini disebut wawancara. Bila pertanyaan
yang diajukan dan jawaban yang diberikan secara tertulis, disebut kuesioner.
1) Kelebihan
wawancara :
a) Pertanyaan bila
lebih bebas dan mendalam
b) Hubungan dapat
dibina lebih baik sehingga respon lebih bebas menggunakkan pendapatnya.
c) Dapat direkam
dan lebih lengkap ( komprehensif )
d) Sifat data
primer
e) Dapat
mengklarifikasi yang tidak jelas
f) Banyak
digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan.
2) Jenis wawancara
1. Terstruktur :
jawaban telah dipersiapkan, ada laternatif jawabannya. Keuntungan mudah diolah
dan dianalisis.
2. Tak terstruktur
( bebas ) : tidak perlu menyiapkan jawaban, klien bebas menjawab. Keuntungannya
informasi lebih padat dan lengkap. Sulit dianalisis karena jawaban aneka ragam
sehingga perlu pengaktagorian.
3) Tips wawancara
yang efektif
1) Ciptakan
suasana terbuka
2) Jangan memotong
pembicaraan
3) Berikan
perhatian
4) Jangan bersifat
evaluatif
5) Tenggang rasa
atau bijaksana
2. Faktor
Penghambat KIP/K
a.
Faktor Individual. Orientasi kultural ( keterikatn budaya ) merupakan
faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi
ini merupakan gabungan dari :
1)
Faktor fisik: kepekaan
panca indera ( kemampuan untuk melihat, mendengar), usia, jender ( jenis
kelamin ).
2)
Sudut pandang : nilai- nilai
3)
Faktor sosial : sejarah
keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial,
peran sosial.
4)
Bahasa.
b. Faktor- faktor
yang berkaitan dengan interkasi
1) Tujuan dan
harapan terhadap komunikasi
Ini biasanya terjadi apabila dalam suatu komunikasi/
konseling, komunikator tidak memberikan konseling sesuai kebutuhan klien, maka
apa yang disampaikan komunikator tidak akan didengar atau diperhatikan oleh
klien karena tidak sesuai dengan harapannya. Untuk menghindari hal tersebut
sudah seharusnya seorang komunikator memiliki kemampuan untuk menganalisa
masalah klien sehingga dapat memberikan konseling sesuai dengan kebutuhan
klien. Dengan demikian tujuan dan harapan dari kedua belah pihak dapat
tercapai.
2) Sikap terhadap
interkasi
Sikap terbuka dan bersahabat sangat mendukung komunikasi,
tetapi sebaliknya orang yang tertutup dan kurang bersahabat akan sulit untuk
diajak komunikasi, biasanya orang seperti ini mempunyai sifat introved sehingga
susah untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi. Mendapatkan klien yang seperti
ini sebagai seorang bidan harus mampu memancing percakapan dan menggunakan
pertanyaan- pertanyaan terbuka.
3) Pembawaan diri
seseorang terhadap orang lain ( seperti kehangatan, perhatian, dukungan ).
Pembawaan diri seseorang sangat mempengaruhi komunikasi.
Orang sombong, sinis dan tidak memberikan dukungan merupakan hambatan
komunikasi yang harus mampu kita hadapi. Kadang- kadang sebagai menusia biasa
kita sebagai petugas kesehatan sudah merasa malas dahulu untuk memberikan
konseling pada orang semacam itu. Tapi kita harus menyingkirkan sikap seperti
itu dan harus profesional. Cobalah untuk bersahabat dan tidak menggurui, tetapi
harus menguasai kontens/ materi yang akan kita berikan. Dengan sikap seperti
itu biasanya mereka akan merubah sikapnya.
4) Sejarah
hubungan
Sejarah hubungan adalah sesuatu yang telah lampau tetapi
akan sangat berpengaruh dimasa sekarang atau masa datang. Orang yang punya
hubungan kurang harmonis dimasa lalu dan tiba- tiba bertemu dalam suatu
konsultasi/ konseling akan menyebabkan sikap canggung dan malas untuk bertemu.
Tapi sekali lagi kita sebagai tenaga kesehatan harus profesional dalam
menhadapi ini, lupakan sejenak masalah yang lalu dan hadapi klien sesuai
masalah yang harus dipecahkan oleh klien saat ini. Tidak perlu mengungkit-
ungkit masa lalu dan pura- puralah lupa kalau pernah ada hubungan/ masalah yang
kurang harmonis dimasa lalu.
c. Faktor
Situsiasional
Situasi selama melakukan komunikasi sangat mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, lingkungan yang tenang dan terjaga privasinya
merupakan situasi yang sangat mendukung, begitu pula sebaliknya komunikasi yang
dilakukan ditempat keramaian akan sangat mengganggu pendengaran.
d. Kompetensi
dalam melakukan percakapan
Agar komunikasi interpersonal berjalan lancar dan
mendatangkan hasil yang diharapkan, baik komunikator maupun komunikan perlu
memiliki kemampuan dan kecakapan dalam melakukan komunikasi interpersonal.
Kompetensi KIP
adalah tingkat dimana perilaku kita dalam komunikasi interpersonal sesuai dan
cocok dengan situasiu dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi
interpersonal yang kita lakukan dengan orang lain. Dengan kompetensi, perilaku
komunikasi kita akan sesuai dengan peraturan- peraturan dalam KIP dan membantu
mencapai tujuan komunikasi. Agar komunikasi interpersonal berhasil kita perlu
memiliki keterampilan dalam komunikasi interpersonal baik sosial maupun
behavioral. Kompetensi tersebut meliputi :
a.
Empati ( emphati ) adalah
kecakapan memahami perasaan dan pengertian orang lain.
b.
Perspektif sosial adalah kecakapan
melihat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang diambil oleh orang yang kita
ajak komunikasi.
c.
Kepekaan ( sensitivity )
terhadap sesuatu hal dalam KIP.
d.
Pengetahuan akan situasi pada saat
melakukan KIP.
e.
Memonitor diri adalah kemampuan menjaga
ketepatan perilaku dan pengungkapan komunikan.
f.
Kecakapan dalam tingkah laku antara
lain keterlibatan dalam berinteraksi.
3. Pengaruh
Pemahaman Diri Terhadap Proses KIP/K
a. Memahami diri
sendiri
Memahami diri bertujuan untuk
mengetahui dan mengenal siapakah diri kita, apakah persepsi orang lain terhadap
diri kita sama atau tidak. Misal mungkin anda merasa ramah, namun menurut orang
lain anda judes dan lain- lain. Pemahaman diri meliputi pengetahuan tentang
siapa aku, aku kelemahanku, bagaimana perasaanku, apa keinginanku dsb. Kita
perlu memahami diri kita agar apa yang menjadi diri kita agar apa yang menjadi
potensi dari dalam diri kita pertahankan ayau bahkan kita tingkatkan dan apa
yang menjadi kelemahan dan kekurangan kita bisa kita rubah atau kita tutupi,
agar menjadi lebih baik, sehingga hal ini akan mengantar kita kearah
kesuksesan.
b. Pengetahuan,
keterampilan, sikap yang dimiliki konselor
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh
tiga aspek yaitu aspek kogniktif, aspek psikomotor dan aspek afektif (
perasaan, sifat, sikap ).
Pengetahuan yang harus dimiliki Bidan tidak hanya
pengetahuan kebidanan saja tapi dalam semua bidang ilmu. Antara lain
pengetahuan tentang psikologis, kesehatan reproduksi, kebidanan dan kandungan,
keluarga berencana, kesehatan neonatus, bayi dan balita, ilmu sosial budaya,
pengetahuan tentang hubungan antar manusia, komunikasi interpersonal,
pengetahuan tentang konseling dan sebagainya.
Keterampilan yang perlu dimiliki Bidan
tentunya semua keterampilan yang sesuai dengan kompetensi Bidan yaitu ada
sembilan kompetensi Bidan. Dalam komunikasi dan konseling keterampilan yang
harus dapat dikuasai Bidan adalah keterampilan dalam melakukan komunikasi
antara lain : terampil dalam membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien,
terampil dalam melakukan komunikasi interpersonal, terampil dalam menggunakan
alat bantu visual untuk pemberian informasi, terampil dalam mengatasi masalah
genting yang dihadapi klien, terampil membantu klien mengambil keptusan dan
sebagainya.
Adapun
sikap yang sebaiknya dimiliki bidan adalah mempunyai motivasi yang tinggi untuk
membantu orang lain, bersikap ramah, sopan santun, menerima klien apa adanya,
empati terhadap klien membantu dengan ikhlas, terbuka terhadap pendapat orang
lain.
c. Pengaruh
pemahaman diri terhadap KIP/K
Pentingnya pemahaman diri adalah karena
Bidan bekerja dengan melibatkan banyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu
memahami bahwa setiap orang mempunyai bio- psiko-sosial-spritual yang berbeda.
Sehingga perlu pemahaman diri untuk menghadapi orang dengan berbagai
karakteristik. Bidan harus mampu memahami untuk bisa menghadapi kecemasan,
kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan harus mengetahui bagaimana
dia harus mengambil sikap, dan ini bisa menghindarkan dari hal- hal yang tidak
diinginkan. Bayangkan apabila Bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tidak
tahu bisa mengendalikan diri, misalnya Bidan yang mudah marah.
BAB II
KETERAMPILAN OBSERVASI
A. PENDAHULUAN
Melatih kepekaan observasi adalah
keteramoilan dasar dalam membina komunikasi efektif. Yang perlu kita observasi
adalah tingkah laku verbal, non verbal dan kesenjangan antara tingkah laku
verbal dan non verbal.
Bidan perlu mengamatu tingkah laku
verbal dan non verbal untuk mengidentifikasi pesan- pesan yang tidak sinkron/
tidak sejalan dan campur aduk. Seorang bidan yang tajam pengamatannya akan
mengetahui bahwa ada beberapa konflik atau ketidaksesuaian antara tingkah laku
verbal dan non verbal, antara apa yang diucapkan dan dikerjakan.
B. PENYAJIAN
1. Keterampilan
Observasi
a. Tingkah
laku/komunikasi non verbal
1)
Komunikasi non verbal memberikan
arti pada komunikasi verbal. Dengan kata lain komunikasi verbal dan non verbal
merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan selalu dilakukan secara
bersamaan. Komunikasi nin verbal dapat berbentuk bahasa tubuh, tanda, tindakan/
perbuatan atau objek.
a) Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini meliputi ekspresi
wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh dan gaya gaya berjalan, sound, gerak
isyarat.
b) Tanda
Tanda dalam komunikasi non verbal
menggantikan kata- kata misalnya bendera, rambu- rambu lalu lintas, dsb
c)
Tindakan atau
perbuatan
Tindakan atau perbuatan secara khusus
tidak menggantikan kata- kata tetapi mengandung makna, misalnya pakaian,
aksesori dandan, dll. Dari pakaian atau aksesoris dandanan maka bisa kita
ketahui sosial ekonomi atau gaya orang tersebut.
d) Objek
Objek juga secara khusus tidak
mengganti kata tetapi mempunyai makna, misalnya pakaian, aksesori dandan, dll.
Dari pakaian atau aksesoris dandanan maka bisa kita ketahui sosial ekonomi atau
gaya orang tesebut.
e) Warna
Kita sering menggunakan warna untuk
menunjukkan suasana emosional, citra rasa, keyakinan agama, politik dll. Di
Indonesia warna merah muda adalah feminin ( warna roamntis, jatuh cinta ),
warna biru adalah maskulin, warna hijau sering diasosiasikan dengan islam dan
muslim karena dipercaya sebagai warna surga, warna putih sebagai warna suci,
murni dan bersih.
f) Fungsi
komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal dapat berfungsi
untuk
v Melengkapi
komunikasi verbal
Misalkan ada
anak kecil yang bertengkar maka, selain dengan kata- kata kita melerai biasanya
diikuti dengan mata yang melotot.
v Menekankan
komunikasi verbal
Misalkan dalam
suatu rapat ada orang yang tidak sependapat maka dia berkata saya akan out dari
ruangan sambil menutup pintu keras- keras.
v Membesar-
besarkan komunikasi non verbal
Misalkan
bercerita tentang gurila yang tubuhnya besar sambil melebar- lebarkan tangannya
kesamping
v Melawan
komunikasi verbal
Misalnya saat
orang mengatakan tidak malu tetapi pipi dan wajahnya memerah
v Meniadakan
komunikasi non verbal
Misalnya kita
dipaksa untuk memberikan uang lalu kita katakan ini uangnya sambil memasukkan
uang itu ke saku.
2) Komunikasi
verbal
Adalah komunikasi yang menggunakan
kata- kata, entah lisan maupun tertulis. Melalui kata- kata, perasaan, emosi,
pemikiran, gagasan bisa diungkapkan. Dalam komunikasi verbal ini bahasa
memegang peranan penting. Bahasa verbal merupakan sarana utama untuk menyatakan
perasaan, pikiran dan maksud kita. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti
bagaimana perasaan, pikiran dan maksud kita.
Sampai saat ini belum diketahui secara
pasti bagaimana bahasa bisa muncul dimuka bumi ini. Menurut Lary L. Barker
bahasa memiliki 3 fungsi yaitu penamaan, interaksi dan transmisi informasi (
Mulyana, 2007 ).
Komunikasi verbal menyangkut beberapa aspek, yakni :
vocabulary (perbendaharaan kata- kata), racing ( kecepataan ), intonasi suara,
humor, singkat, timing ( waktu yang tepat ).
b. Pengamatan dan
Penafsiran Interprestasi
Pengamatan objektif adalah berbagai
tingkah laku yang bisa kita lihat dan kita dengar. Penafsiran atau interpretasi
adalah kesan terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar. Interpretasi dapat
diartikan sebagai suatu usaha konselor untuk memberitahukan suatu arti kepada
konseli.
Tahap- tahap interpretasi meliputi :
1)
Refleksi perasaan, yaitu konselor tidak
pergi jauh dari apa yang dikatakan klien, dengan refleksi perasaan apa yang ada
dihati klien didengar oleh konselor.
2)
Klarifikasi yaitu menjelaskan apa yang
tersirat dalam perkataan klien.
3)
Refleksi yaitu penilaian konselor
terhadap apa yang diungkapkkan klien.
4)
Konfrontasi yaitu konselor membawa
kepada perhatian cita- cita dan perasaan klien yang tersirat tetapi tidak
disadari.
5)
Interpretasi yaitu konselor
memperkenalkan konsep- konsep, hubungan dan pertalian baru yang berakar dalam
pengalaman klien.
c. Keterampilan
Membina Hubungan Baik
Dalam konseling, bidan yang baik adalah
bidan yang selalu berusaha untuk membina hubungan baik dengan klien. Dan ini
akan terjadi bila ada kerjasama diantara keduanya. Keterampilan membina
hubungan baik merupakan dasar dari proses kmonikasi interpersonal bidan dengan
klien, dengan petugas kesehatan yang lain, tokoh masyarakat dan sebagainya.
Dalam membina hubungan baik perlu memberikan dukungan atau motivasi kepada
klien.
1) Tiga hal
penting yang perlu diperhatikan agar hubungan baik mantap.
a) Menunjukkan
tanda perhatian verbal
b) Menjalin kerjasama
c) Memberikan
respon yang positif, pujian, dukungan.
2) Sikap dan
perilaku dasar yang dibutuhkan
Keterampilan membina hubunganh baik
merupakan dasar dari komunikasi interpersonal. Membina hubungan baik bisa kita
awali dengan sikap hangat, menghormati, menerima klien apa adanya, empati dan
tulus. Hubungan baik harus dimulai sejak awal hubungan dan tetap dipertahankan
seterusnya. Perilaku bidan yang mendukung terciptanya hubungan baik antara lain
: Memberi salam dengan ramah, mempersilahkan duduk, tidak memotong pembicaraan,
menjaga kerahasiaan klien, tidak menilai klien dll. Selain itu sikap yang perlu
dimiliki adalah SOLER yang merupakan singkatan dari :
S : Face your squaerely (
mengahadap ke klien ) dan /nod at
client senyum / mengangguk ke
klien )
O : open and non judgemental facial
expressio ( ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak
menilai )
L : Lean towards client/ tubuh
condong ke klien
E : Eye contact in aculturally
acceptable manner/ kontak mata sesuai cara, budaya setempat.
R : Relaxed and freindy manner (
santai dan sikap bersahabat )
3) Beberapa sikap
yang bisa diamati dalam membina hubungan baik
( Sumber : Tarigan, 2002 )
No
|
Tingkah Laku Yang Diamati
|
Ya
|
Tidak
|
catatan
|
1.
|
Menyediakan lingkungan fisik yang dapat membuat klien
merasa nyaman.
|
|||
2.
|
Menyambut dan mempersilahkan duduk dengan ramah
|
|||
3.
|
Duduk menghadap klien.
|
|||
4.
|
Senyum dan mengangguk
|
|||
5.
|
Ekspresi wajah menunjukkan mendengar dengan penuh
perhatian
|
|||
6.
|
Tubuh condong ke klien
|
|||
7.
|
Kontak mata/ tatapan mata sesuai yang diterima budaya
setempat
|
|||
8.
|
Santai dan sikap bersahabat
|
|||
9.
|
Volume suara memadai
|
|||
10.
|
Intonasi dan kecepatan berbicara memadai
|
|||
11.
|
Memberi pujian/dikungan
|
|||
12.
|
Menyampaikan akan menjaga kerahasiaan
|
|||
13.
|
Tidak mengintererupsi/memotong pembicaraan klien
|
|||
14.
|
Tidak melakukan penilaian ( menyalahkan, komentar
negatif )
|
|||
15.
|
Menanyakan alasan kedatangan klien
|
|||
16.
|
Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
|
d. Mendengar Aktif
Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting
karena :
1) Menunjukkan
kepedulian
2) Merangsang dan
memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor,
3) Menimbulkan
situasi yang mengajarkan,
4) Klien
membutuhkan gagasan- gagasan baru
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi
perlu saling memahami dan saling mendengarkan. Dalam komunikasi terapeutik
bidan perlu mempelajari keterampilan mendengar aktif.
Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki
kemampuan sebagai berikut :
1) Mampu
berhubungan dengan orang diluar kalangannya
2) Mempunyai cara-
cara untuk membantu klien
3) Memperlakukan
klien untuk menimbulkan respon yang bermakna
4) Bertanggung
jawab bersama klien dalam konseling
Dalam komunikasi interpersonal konseling ada 4 bentuk
mendengarkan yang bisa digunakan sesuai situasi yang dihadapi
1)
Mendengar pasif ( diam )
Mendengarkan memerlukan keterampilan
dan latihan yang terus-menerus, dengan mendengarkan kita akan memperoleh
informasi yang lengkap dari klien. Meskipun ini memerlukan kesabaran. Di
Indonesia mendengar pasif biasanya dilakukan saat klien menceritakan
masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu- gebu dengan perasaan kesal atau
sedih, saat klien berhenti bicara sejenak, konselor dapat diam untuk memberi
kesempatan klien berpikir dan menenangkan diri.
2) Memberi tanda
perhatian verbal
Konselor perlu memberikan respon pada
klien dengan menggunakan kata- kata atau perhatian verbal. Hal ini dilakukan
untuk memberikan motivasi pada klien agar semangat dalam berbicara.
3) Membuka
pembicaraan, undangan untuk berbicara ( mengajukan pertanyaan untuk mendalami
dan klarifikasi )
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila
konselor belum puas dengan jawaban yang diberikan klien, perlu klarfikasi
mengenai hal yang diungkapkan klien, menandakan konselor mengikuti alur
pembicaraan klien.
4) Mendengar aktif
: memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan dan perasaan yaitu
merangkum, merefleksikan isi uacapan ( paraphrasing ) dan refleksi perasaan.
e. Kemampuan
Bertanya
Bertanya merupakan keterampilan yang
cukup penting dan strategis dalam proses komunikasi baik dalam memulai, selama
proses atau ataupun dalam mengakhiri.
Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1) Perhatikan
suasana konseling klien
2) Kuasai materi
yang berkaitan dengan pertanyaan
3) Ajukan
pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topik
4) Segera beri
respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan dengan sikap yang
baik dan empati.
Jenis pertanyaan :
1)
Pertanyaan
tertutup : pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah pasti dan
ini biasanya hanya membutuhkan jawaban “ ya atau Tidak’ untuk mengumpulkan
informasi yang faktual ( biasanya diawal percakapan ).
2)
Pertanyaan
terbuka : merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban yang
menungkinkan adanya berbagai macam jawaban, dan memberi kebebasan menjawab pada
klien. Ini akan menuntut partisipasi aktif dari klien dan merupakan cara
efektif untuk menggali informasi dari klien.
3)
Pertanyaan
mendalam : dimaksudkan untuk menggali lebih mkendalam apa yang
sudah diungkapkan oleh klien, sehingga informasi didapat secara lengkap dan
mendetail. Melengkapi dan menggali lebih dalam hal- hal yang diperlukan,
terutama yang bersifat privasi, untuk melakukan ini memerlukan pendekatan dan
keakraban dan didasarkan saling percaya, dimana ini memerlukan teknik yang
khusus agar tidak bias.
4)
Pertanyaan
mengarahkan/sugestif : mengarahkan berarti Bidan mengarahkan apa yang
dibicarakan klien. Tidak selalu tepat digunakan pada berbagai kondisi.
Pertanyaan mengarahkan ini sebaiknya dihindari oleh Bidan dan biarkan klien
mengungkapkan perasaannya secara spontan.
Bertanya efektif :
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan bisa
bertanya secara efektif :
1)
Gunakan intonasi suara yang menunjukkan
perhatian, minat dan keakraban. Jangan terlalu cepat/lambat atau terlalu keras/
lemah. Karena suara yang terlalu lemah dan lambat akan susah didengar dan
sering membuat ngantuk karena seolah- olah kita dibuai oleh suara seperti itu.
Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat telinga sakit dan mengurangi
konsentrasi untuk mendengar.
2)
Gunakan kata- kata yang difahami klien,
karena bahsa- bahasa ilmiah yang tidak dipahami klien tidak akan bisa terjadi
atau bahkan menyebabkan salah arti. Ini sering terjadi pada bidan- bidan diawal
pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan sering digunakan untuk berkomunikasi
dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3)
Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan
mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Karena ini tidak efektif kadang klien
hanya ingat pertanyaan yang terakhir saja sehingga kita harus mengulang- ulang
lagi. Sehingga ajukan pertanyaan satu persatu agar bisa terjawab sesuai apa
yang kita butuhkan.
4)
Tunggu jawaban dengan penuh minat,
jangan memotong. Biarkan klien menyelesaikan kalimatnya karena pemotongan
ditengah kalimat bisa menimbulkan salah persepsi.
5)
Gunakan kata- kata yang mendorong klien
untuk tetap bicara. Dengan demikian klien merasa diperhatikan dan lebih
semangat untuk mengungkapkan pembicaraannya.
6)
Bila harus menanyakan hal yang sangat
pribadi, jelaskan mengapa hal itu harus ditanya. Kadang- kadang klien malu
untuk mengungkapkan dan menutupi hal- hal tersebut. Dengan penjelasan bahwa hal
itu untuk tujuan penyembuhan dll maka klien akan mengungkapkan secara sukarela
dan terbuka.
7)
Hindari penggunaan kata tanya “ mengapa
“ karena kemungkinan kita dapat merasa disahkan.
BAB III
MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN
KEBIDANAN
A. PENDAHULUAN
Mengingat tugas yang perlu dulaksanakan
seorang bidan maka setelah memperoleh pendidikan, bidan diharapkan mempunyai
keterampilan berpikir, berkomunikasi dan menguasai keterampilan praktis. Bidan
dalam pekerjaannya sehari- hari perlu membantu pasien menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi pasien. Untuk itu dia harus mampu memahami berbagai
penyakit dan upaya kesehatan serta mampu mengkomunikasikannya baik pada pasien
perorangan maupun pada masyarakat. Lingkup berkomunikasi tak kalah pentingnya
bagi seorang bidan untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, Bidan harus
mampu berkomunikasi dengan pasien dalam proses anamnesis, pemeriksaan fisik,
menjelaskan hasil pemeriksaan bahkan bidan dikomunitas juga harus mampu
berkomunikasi dengan masyarakat agar program kesehatan yang direncanakan dapat
berjalan dengan baik.
B. PENYAJIAN
1. Macam – Macam
Klien Dalam Asuhan Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan, sesuai
dengan wewenang dan lingkup pelayanan, maka Bidang konseling kebidanan ( BK )
meliputi :
a. Komunikasi pada
bayi dan balita
Bayi merupakan mahkluk yang
menakjubkan, diciptakan untuk memberikan dan menerima kebahagiaan, ditakdirkan
untuk makan, tidur, beristirahat dan bermain kapanpun mereka mau. Bayi belum
bisa berkata- kata, sebagai gantinya bayi menangis untuk mengungkapkan perasaan
dan keinginannya. Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai
ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat bicara lancar, adapun prosesnya
dari bayi menangis sampai bisa berkata- kata belum dipahami secara pasti.
1) Perkembangan
Komunikasi
Fase pertumbuhan dan perkembangan
komunikasi pada bayi meliputi :
a) Fase prelinguistic
( fase sebelum bicara )
Suara pertama yang dikeluarkan bayi
baru lahir adalah tangis sebagai rekasi sehubungan perubahan tekanan udara dan
suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu
tahun, pada saat usia anak dua sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah
dapat membedakan tangis bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat
basah, kesakitan atau minta perhatian.
b) Kata pertama
v Usia 10-12
bulan tumbuh pengertian pasif dari bahasa
v Kata pertama
mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak akal untuk mengerti
perlu mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan
misal namun bisa berarti mama, bisa berarti makan.
v Anak memberikan
reaksi yang berbeda pada satu kata ucapkan dengan intonasi pada usia 4-5 bulan.
Ketika ada orang bilang diam sambil membentak akan berbeda ketika orang berkata
diam untuk menenangkan tangisan.
v Bicara sesungguhnya
mulai usia 12- 18 bulan karena sudah bisa dimengerti maksudnya.
v Satu kata
mengandung satu kalimat, misal mengatakan makan maka berarti saya mau makan.
v Menggunakan
empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata usia delapan belas bulan, lima
puluh kata usia dua tahun dan anak sudah bisa bereaksi terhadap perintah orang
tuanya.
c) Kalimat pertama
v Usia dua tahun
anak mulai menyusun kata
v Periode ini dikenal
sebagai pembicaraan komplit.
v Kalimat anak
seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan tata
bahasa. Misal anak bilang makan berarti aku mau makan. Jadi orang tua atau
orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata- kata anak tersebut.
v Kadang- kadang
disusun kombinasi kata yang aneh dan merubah- rubah huruf/kata karena sulit
mengucapkan satu nama. Contoh perahu diucapkan pelahu.
d) Kemampuan
bicara egosentris dan memasyarakat
Psikolog Perancis Jean Peeget
mengkategorikan anak usia empat sampai sebelas tahun keatas berbicara
egosentris dan memasyarakat. Kemampuan bicara egosentris ( berpusat pada
diri sendiri ) dibedakan tiga macam :
·
Repetitif ( pengulangan ). Kata yang
didengar diulang – ulang.
·
Menolong ( berbicara satu arah ) biasa
pada anak pra sekolah., anak bicar sendiri memainkan banyak peran dengan
berkata- kata sendiri.
·
Menolong kolentif. Beberapa anak
berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri – sendiri biasanya
asyik memainkan maianannya sendiri.
e) Perkembangan
semantik
Semantik adalah pengetahuan yang
mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan. Anak pertama kali
memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai mengetahui arti dan
jenis kata abstrak.
2) Faktor- faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa
a)
Intelegensi (
kecerdasan ). Ini jelas mempengaruhi bahasa, misalnya idiot akan
lebih lambat perkembangan bahasanya dibanding anak- anak yang punya intelegensi
normal atau rugi.
b)
Jenis kelamin. Tahun pertama
tidak banyak perbedaan, setelah itu wanita lebih superior. Usia sekolah akhir
setara kembali dalam perbendaharaan kata, laki- laki lebih unggul dalam kata-
kata tertentu, wanita unggul dalam tata bahasa.
c)
Bilingual (
dua bahasa ). Penelitian kontradiktif anak dengan dua bahasa lambat
perkembangan bahasanya.
d)
Status
tunggal atau kembar. Pada anak kembar rangasang bicara kurang dari orang
lain.
e)
Rangsangan/dorongan
orang tua. Ibu yang orientasi objek dan tidak kritis/instruktif
anak lebih cepat dalam perkembangan bahasa.
f)
Sosial
ekonomi. Sosial ekonomi tinggi lebih unggul ditunjang fasilitas.
3) Cara- cara
dalam memberikan dukungan rangsangan aktif adalah :
a)
Memperbaiki model orang tuanya : orang
tua didorong untuk melengkapi diri dan jadi model yang baik, mempelajari bahasa
yang baik, komunikatif sesuai tingkat perkembangan anak.
b)
Mendorong kemampuan komunikasi, baik
verbal maupun non verbal
c)
Berikan anak pengalaman untuk dapat
berbicarakan
d)
Mendorong anak untuk mendengar
e)
Mendorong anak berbicara sebagai
pengganti tindakan aksi
f)
Gunakan kata yang pasti dan benar.
Meskipun anak belum bisa menyebutkan R misal pelmen untuk menyebut permen tapi
orang tua harus tetap menyebutnya permen.
4) Prinsip
komunikasi efektif
Yang harus kita perhatikan saat komunikasi dengan
anak :
a)
Kesabaran
mendengar. Cobalah dengarkan seluruh ucapan anak, jangan memotong
sedikit pun kata- kata mereka. Sebagian besar orang tua tak tahan tidak
memotong pembicaraan anak, karena merasa lebih tahu dan lebih tua.
b)
Role playing. Bermain peran
sebagai guru, ayah ibu, polisi- penjahat, dokter hewan dan sebagainya akan
membuat anak- anak mampu mengekspresikan segala emosi, perasaan, pikiran dan
keinginan mereka secara bebas.
c)
Tepat guna. Bila anak
melakukan kesalahan, tegurlah pada saat itu juga. Bukan tindakan bijaksana
apabila kita menunda kemarahan/teguran sampai ayah pulang dari kantor atau
mengungkit-ungkit kesalahan anak yang sudah lalu.
BAB IV
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Pentingnya
pemahaman diri adalah karena Bidan bekerja dengan melibatkan banyak aspek,
orang dan kondisi. Bidan perlu memahami bahwa setiap orang mempunyai bio-
psiko-sosial-spritual yang berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri untuk
menghadapi orang dengan berbagai karakteristik. Bidan harus mampu memahami
untuk bisa menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien.
Mengingat tugas
yang perlu dulaksanakan seorang bidan maka setelah memperoleh pendidikan, bidan
diharapkan mempunyai keterampilan berpikir, berkomunikasi dan menguasai keterampilan
praktis. Bidan dalam pekerjaannya sehari- hari perlu membantu pasien
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Untuk itu dia harus mampu
memahami berbagai penyakit dan upaya kesehatan serta mampu mengkomunikasikannya
baik pada pasien perorangan maupun pada masyarakat.
B. Saran
Kegiatan
komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara
sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan
penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk
mencapai kesamaan pandangan atau ide yang dipertukarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar