BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini dibicarakan tentang "karakteristik siswa sekolah dasar" dan "perkembangan siswa sekolah dasar". Materi ini dirancang untuk memberikan pemahaman terhadap murid sekolah dasar terutama tentang karakteristik dan perkembangannya.
Pemahaman tentang siswa yang mengikuti kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan oleh seorang guru yang mempunyai tugas sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar.
Sebagai penjabaran dari tujuan di atas adalah :
a. karakteristik,
b. perkembangan intelektual,
c. perkembangan kognitif,
d. perkembangan emosi siswa sekolah dasar.
B. Permasalahan
Berdasarkan pendahuluan di atas yang telah kami uraikan, maka kami rumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar?
b. Apa saja macam-macam karakteristik itu?
c. Faktor-faktor apa saja yang mendukung karakteristik?
d. Apakah yang dimaksud dengan intelektual?
e. Bagaimana proses perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar?
f. Bagaimana proses perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar?
g. Menyebutkan pola dan proses perkembangan emosi siswa Sekolah Dasar!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
A. Pengertian Karakteristik
Yang dimaksud dengan karakteristik adalah tanda-tanda, alamat, ciri khas, sifat-sifat. Karakteristik adalah tanda-tanda, ciri khas atau sifat-sifat yang dimiliki dan melekat pada diri seseorang. Jadi karakteristik siswa adalah sifat-sifat atau ciri khas yang dimiliki dan melekat pada diri siswa yang nantinya siswa akan mengetahui siapa dirinya dan siswa akan menunjukkan kekuasaannya melalui sikap, tingkah laku dan perbuatannya.
B. Macam-macam karakteristik
Karakteristik Umum
Seorang ahli berpendapat bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa anak sekolah, karena sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar, karena mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, disamping perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena mereka sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.
Pendapat lain menyebutkan masa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya dan sesudahnya. Menurut pendapat ini, masa keserasian bersekolah ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu :
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6,0 atau 7,0 sampai umur 9,0 atau 10,0.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai kira-kira 12,0 atau 13,0
Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6,0 – 8,0) anak menghendaki nilai (angka rapot) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Masa Kelas-kelas Tinggi Sekolah Dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistic, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Masa keserasian bersekolah ini akhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut masa pueral. Masa pueral adalah akhir masa dari sekolah. Masa ini mempunyai ciri-ciri khusu, di mana anak berkecenderungan mempunyai tujuan untuk berkuasa dan bersifat ekstavers. Anak menginginkan sesuatu yang sifatnya ideal dan hal ini pun ditunjang dengan sifat masa ini yaitu selalu berorientasi di luar dirinya. Maka sering terjadi grup/kelompok, persaingan-persaingan. Karena perkembangannya di sekolah, juga membawa sifat anak peureal dapat menerima otoritas orang tua ataupun guru dengan wajar.
2. Karakteristik Khusus
Karakteristik khusus ini didukung oleh beberapa faktor yaitu faktor intelektual, faktor kognitif, faktor verbal, faktor motorik, dan faktor emonsional.
a. Faktor Intelektual
Yang dimaksud dengan intelektual ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dalam bentuk suatu representasi, khususnya melalui konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).
Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Jadi faktor intelektual adalah aspek psikologi yang sangat berhubungan dengan kemampuan berbahasa, pengetahuan siswa dan bakat yang semuanya ini diperoleh dari faktor dalam maupun dari luar individu selama dalam perkembangannya. Kerjasamanya faktor-faktor tersebut dalam individu membentuk suatu kemampuan dari individu untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya dalam bentuk representasi, khususnya konsep dan lambang (huruf, angka, kata, dan gambar).
b. Faktor Kognitif
Faktor kognitif adalah aspek psikologi yang terdapat pada siswa yang sedang belajar memperoleh dan menggunakan objek-objek melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Aktivitas kognitif yang memegang peranan penting dalam belajar di sekolah adalah mengingat dan berpikir. Sehingga melalui aktivitasnya ini dapat dikatakan seorang siswa dalam perkembangannya menjadi bertambah luas dan kaya alam kognitifnya.
Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek itu yang dihadapi, entah objek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu dipresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Oleh karena itu melalui kemampuan kognitif ini, siswa dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri, dari hal-hal yang bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah tangga, kendaraan, bangunan, dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan berperaga sepereti ide, keadilan, kejujuran, dan lain sebagainya.
c. Faktor Verbal
Yang dimaksudkan faktor verbal pada masa usia sekolah adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa. Dasar-dasar atau fondasi bahasa diletakkan pada masa kanak-kanak. Oleh karenanya masa prasekolah merupakan periode yang kritis dalam pola pengembangan bahasa anak. Memahami arti kata yang diucapkan orang lain berkembang dengan cepat pada masa ini. Pada saat ini mereka mengerti dengan mudah instruksi-instruksi yang diberikan oleh orang lain dan mengerti arti ceritera-ceritera yang dibacakan kepada mereka. Mendengarkan radio dan menonton televisi ternyata sangat menguntungkan bagi perkembangan perbendaharaan bahasa anak-anak.
Sepanjang masa sekolah pandangan sosial anak bertambah luas, dan ia menemukan bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk kesatuan kelompok. Menyadari hal ini, menyebabkan motivasinya menjadi lebih besar untuk belajar berbicara lebih baik.
d. Faktor Motorik
Masa prasekolah atau masa kanak-kanak akhir merupakan usia yang ideal untuk belajar keterampilan-keterampilan yang tidak hanya berguna baginya pada masa itu, tetapi yang juga akan merupakan fondasi bagi keterampilan-keterampilan tinggi yang terkoordinasi yang diperlukan di kemudian hari. Anak merasa senang mengulang-ulang sesuatu kegiatan sampai benar-benar menguasainya. Ia suka berpetualang, tidak merasa takut terhadap ancaman-ancaman bahaya ataupun cemoohan teman-teman.
Keterampilan-keterampilan motorik memainkan peran penting dalam keberhasilan anak di sekolah dan dalam pergaulannya dengan anak-anak lain. Anak cenderung untuk menarik diri dari kelompoknya dan mengembangkan sikap-sikap yang kurang sehat terhadap dirinya sendiri dan kehidupan sosialnya. Pada umumnya anak bila diberi kesempatan, seringkali mengikuti kegiatan motorik yang beraneka ragam. Mereka mau berlatih tanpa kenal lelah untuk mencapai sukses dan mereka bangga atas pencapaiannya. Dengan berlatih akan tercapai peningkatan baik dalam kecepatan maupun ketepatan.
e. Faktor Emosional
Masa prasekolah merupakan periode memuncaknya emosi, yang ditandai dengan munculnya rasa takut yang kuat, dan meledaknya cemburu yang tidak beralasan. Pada masa ini telah terlihat perbedaan-perbedaan dalam emosi dan pola ekpresinya dapat ditafsirkan dengan segera. Ketegangan emosi pada anak-anak ini sebagian disebabkan oleh kelelahan karena terlalu lama bermain, kurang tidur siang, dan terlalu sedikit makan sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan jasmaniah. Kebanyak anak-anak merasa bahwa mereka sanggup melakukan lebih banyak lagi daripada apa yang diperbolehkan orang tua dan mereka membangkang terhadap pembatasan-pembatasan yang diberlakukan terhadap dirinya.
Emosi-emosi yang umum dialami pada tahap perkembangan ini adalah marah, takut, cemburu, kasih saying, rasa ingin tahu, dan kegembiraan. Masing-masing emosi tersebut mempunyai pola ekspresi yang telah berkembang biak pada masa prasekolah dan masing-masing emosi itu ditimbulkan oleh perangsang yang umum dialami oleh kebanyakan anak-anak.
Menginjak masa sekolah, anak segera menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Dengan demikian ia mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar mengendalikan dan mengungkapkan emosinya.
Emosi-emosi yang terdapat pada masa prasekolah, terdapat juga pada masa sekolah. Perbedaannya terletak dalam dua hal : pertama, situasi yang menimbulkan emosi, dan kedua, dalam bentuk pernyataan atau ekspresinya. Perbedaan ini adalah sebagai hasil dari bertambah luasnya pengalaman dan pengetahuan anak.
C. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
a. Perkembangan Intelektual
Perkembangan siswa sekolah dasar selalu diiringi dengan perkembangan intelektual. Piaget berpendapat bahwa anak-anak mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang dimaksud Piaget sebagai skema. Menurut Piaget skema itu merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya beriteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong untuk menggunakannya. Piaget menekankan, bahwa aktivitas di dalam menggunakan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perkembangan kognitif.
Perkembangan intelektual menurut Piaget adalah anak berkembang dengan lingkungannya melalui skema yang dipunyai, dengan cara mengadakan asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi dan akomodasi pengalaman baru diperoleh melalui tahap-tahap:
1. Tahap Sensorimotor
Tahap sensorimotor berlangsung secara tidak mulus sejak dari kelahiran bayi hingga bayi berusia dua tahun. Bayi yang baru lahir memiliki sangat sedikit skema yang ada di dalam kandungan, dan skema ini hanya memungkinkan bagi bayi untuk menggenggam, mengisap, dan melihat benda. Anak-anak ini hanya tertarik kepada suatu yang ada pada saat itu, begitu benda disingkirkan dari pandangannya, dia pun agaknya akan langsung melupakannya. Sifat ini berlangsung hingga anak berusia 8 bulan, yaitu pada saat anak tersebut menyadari benda tersebut masih ada sekalipun tidak berada di hadapannya, dan dia berusaha mencari mainan yang disembunyikan di belakang sesuatu benda yang lain. Piaget menamakan perkembangan ini sebagai ketetapan benda. Anak-anak yang berusia delapan hingga dua belas bulan akan berusaha mencari mainan yang disembunyikan di tempat yang biasa digunakan sebagai tempat persembunyian mainan tersebut. Apabila mainan disembunyikan di bawah bantal, misalnya, ia tidak akan mengalami kesulitan menemukannya, akan tetapi, apabila mainan tersebut pada kesempatan berikutnya disembunyikan di tempat lain sementara si anak menunggu, dia akan mencarinya di bawah bantal seperti biasanya, dan mungkin terkejut karena tidak menjumpainya di sana. Pada akhir sensorimotor, anak sudah mengembangkan beberapa pengertian mengenai hubungan antara pergerakan otot mereka dengan pengaruhnya terhadap lingkungan.
2. Tahap Praoperasi
Tahap ini biasanya berlangsung dari usia dua hingga tujuh tahun. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan, anak pun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya, dan karenanya mampu pula menduga sesuatu hal dengan lebih baik. Pendugaan ini masih dalam bentuk yang sederhana, misalnya, mereka cenderung untuk terlalu menyamaratakan dengan memanggil semua orang lelaki dewasa sebagai "ayah" Intelek anak dibatasi oleh egosentrisitas (ego centricity), dia tidak menyadari bahwa orang lain mungkin mempunyai pandangan dunia yang berbeda dengannya. Piaget dan Inhelder pada tahun 1956 membuat percobaan dengan meletakan sebuah maket pemandangan di atas meja, dan kemudian mendudukkan sebuah boneka di salah sisi serta anak di sisi yang lain. Anak tersebut disuruh melukis apa yang dilihat boneka. Anak yang berada di dalam tahap praoperasi ini akan melukiskan mengenai apa yang dia lihat, dan bukannya apa yang "dilihat" boneka; ini menunjukkan adanya egosentrisitas intelek yang dibatasi, meskipun sebentar, oleh keadaan hanya diingatnya satu aspek masalah pada suatu waktu tertentu.
Berakhirnya tahap praoperasi ini ditandai dengan anak-anak mulai mengkonsentrasikan angka dan kemudian volume.
3. Tahap Operasi Konkret
Di dalam periode operasi konkret (concrete operational) yang berlansung selama usia tujuh hingga sebelas tahun, anak tergantung pada rupa benda, namun dia telah mampu mempelajari mengenai lingkungan. Dia telah pula mempelajari kaidah mengenai konservasi dan dapat menggunakan logika sederhana di dalam memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali dia berhadapan dengan benda nyata. Dia dapat, mislanya, meletakan sejumlah boneka yang berbeda ukurannya ke dalam ukuran yang besar, namun dia belum dapat memecahkan masalah yang bersifat verbal.
4. Tahap Operasi Formal
Fase operasi formal (formal operation) berlangsung sejak usia sebelas tahun hingga menginjak remaja. Pada tahap ini anak-anak belajar mengenai kaidah yang lebih canggih. Mereka dapat mengembangkan hukum yang belaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang bersifat konkret; mereka dapat membuat hipotesisdan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Belajar mengenai kaidah baru tidak berakhir pada masa kanak-kanak, namun terus berlanjut selama hidup.
Piaget menjelaskan bahwa urutan tahapan perkembangan anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dalam jalur belajar kemahiran intelektual, Gagne menunjukkan urutan hierarkis dari masing-masing kemampuan, seperti kemampuan persepsi konsep, kaidah dan prinsip; kemampuan yang berikutnya harus didasari kemampuan-kemampuan sebelumnya. Proses perkembangan intelektual itu terjadi pada anak yang sedang belajar.
b. Perkembangan Kognitif
Piaget membagi fase perkembangan kognitif sebagai berikut :
Umur Fase
0 – 2 Sensorimotor
2 – 7 Intuitif atau praoperasional
7 – 11 Operasi konkret
11 – 16 Operasi formal
1. Fase Sensorimotor (umur 0 - 2 tahun)
Aktivitas kognitif pada fase sensorimotor didasarkan terutama atas pengalaman langsung melalui pancaindera. Aktivitas intelektual dalam fase ini adalah interaksi antara pancaindera dan lingkungan. Anak terikat pada pengalaman langsung, ia melihat sesuatu terjadi, merasakannya, tetapi ia belum dapat mengelompokkan atau mengkategorikan pengalamannya. Responnya tergantung dari situasi. Karena keterikatan dengan pengalaman langsung maka dalam fase ini seakan-akan ada apa-apa antara anak dan lingkungan.
Pengalaman dalam fase sensorimotor yang kualitatif baik yang disediakan oleh lingkungan mempersiapkan anak menuju ke fase berikut, yakni fase intuitif atau fase praoperasioanl, dan merupakan cara yang terbaik untuk membantu perkembangan intelegensi anak.
2. Fase Intuitif atau praoperasional (2 - 7 tahun)
Selama periode ini kualitas berpikir ditransformasikan. Anak tidak lagi terikat pada lingkungan sensori yang dekat. Ia mulai mengembangkan berbagai tanggapan mental yang terbentuk dalam kesanggupan menyimpan tanggapan (missal : kata-kata dan bentuk-bentuk kata-bahasa) bertambah besar. Penambahan kosa kata dan penggunaan kata-kata mengagumkan. Anak berusia dua tahun menguasai kira-kira 200 sampai 300 kata, sedang akan berumur lima tahun dapat menguasai sekitar 2.000 kata. Berikut ini dapat Anda simak perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 1 - 2 tahun, 3 - 5 tahun, dan 6 - 8 tahun.
Perkembangan Bahasa Anak
Umur 1 - 2 tahun Umur 3 - 5 tahun Umur 6 - 7 tahun
1. kalimat 1. kalimat
Satu - dua kata 8 - 10 kata Ucapan dasar
2. tidak ada : 2. tata bahasa : kalimat
Tata bahasa baik menyerupai
3. kosa kata : 3. kosa kata : orang dewasa
200 2.000
3. Fase Operasi Konkret (7 - 11 tahun)
Fase ini menurut Piaget menunjukkan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Dalam fase yang lalu, fase praoperasional, anak seakan-akan hidup dalam mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dan fantasi yang leluasa.
Dalam banyak hal, pengajaran di sekolah dasar dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif para murid. Bila sekolah memperhatikan keterampilan dan aktivitas seperti menghitung, mengelompokan, membentuk, dan sebagainya, maka semua itu membentuk perkembangan kognitif. Karyawisata ke objek-objek sejarah, ilmu pengetahuan alam melalui percobaan dan melakukan sendiri, menambah kesempatan perkembangan kognitif. Aktivitas anak pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan. Anak prasekolah tunduk pada peraturan tanpa mengerti maknanya; anak sekolah dasar menaati peraturan, karena peraturan itu mempunyai nilai fungsional. Anak berpikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan. Tidak jarang ada orang tua yang marah dan berpikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan.
4. Fase Operasi Formal (11 - 16 tahun)
Dalam fase terakhir ini, yang kira-kira jatuh bersamaan dengan masa pubertas, anak-anak dapat mengembangkan pola-pola berpikir formal sepenuhnya. Mereka mampu memperoleh "strategi" yang logis, rasional, dan abstrak. Mereka dapat menangkap arti simbolis, arti kiasan, kesamaan, dan perbedaan, mereka dapat menyimpulkan moral dalam suatu cerita. Pengembangan operasi formal memerlukan aktivitas di pihak anak : menulis sajak lebih efektif daripada membaca sajak, turut serta bermainan dalam suatu pementasan lebih berguna daripada menontonnya, semua itu untuk membantu anak dalam proses pengembangan kognitif.
c. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan anak, tidak kita sangsikan lagi. Dari pengalaman masa kecil, kita ingat bahwa emosi memberi warna atau mengubah kesenangan terhadap pengalaman-pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau rintangan. Pengaruh emosi terhadap keadaan fisik anak bisa berakibat sangat merugikan terutama bila emosi-emosi itu amat kuat dan sering dialami.
1. Pola Perkembangan Emosi
Pada waktu lahir dan beberapa saat sesudah lahir, gejala tingkah laku emosional masih merupakan kegairahan umum yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat. Belum terlihat petunjuk yang jelas tentang adanya pola emosional yang dapat menunjukkan keadaan emosional tertentu. Akan tetapi seringkali sebelum masa anak berakhir telah tampak perbedaan-perbedaan gerakan dalam bentuk reaksi yang sederhana yang menunjukkan kesenangan atau ketidaksenangan.
Dimulai dengan perbedaan-perbedaan yang sederhana ini yang muncul segera setelah kelahiran, bayi mengembangkan pola-pola emosi tertentu yang segera dapat terlihat dalam tingkah lakunya. Malah sebelum akhir tahun pertama dari kehidupannya, ekspresi dapat dipersamakan dengan keadaan emosional pada orang dewasa. Semakin bertambah umur anak, ia akan memperlihatkan pengulangan respons emosionalnya yang semakin meningkat yang dikenal oleh orang dewasa sebagai gembira, marah, takut, cemburu, bahagia, ingin tahu, iri, dan benci. Pada saat anak dilahirkan tidak terdapat emosi-emosi yang menyenangkan yang ada hanyalah rasa atau keadaan tenang.
Setelah usia enam bulan, emosi-emosi negatif mulai menonjol. Pertama-tama ialah rasa cemas, dua bulan kemudian emosi menguasi benda permainan muncul, antara bulan kesembilan dan kesepuluh, rasa cemburu mulai timbul; dan antara bulan kesepuluh dan kedua belas, rasa kecewa, marah, cinta, simpati, kemarahan, kegembiraan, dan rasa memiliki sesuatu, kesemuanya ini sudah dapat dibeda-bedakan. Walaupun terdapat variasi antara anak yang satu dengan anak lain, akan tetapi polanya tetap sama.
2. Proses Perkembangan Emosi
Emosi itu harus berkembang dan dikembangkan. Perkembangan emosional dipengaruhi oleh dua fakta yakni kematangan dan belajar. Jadi oleh kedua-duanya, bukan hanya oleh satu dari padanya. Kennyataan bahwa reaksi emosional tertentu tidak muncul sejak awal kehidupan tidak berarti bahwa itu tidak dibawa sejak lahir. Mungkin emosi berkembang belakangan sesuai dengan kematangan inteligensi si anak atau bersamaan dengan perkembangan sistim idokrin. Melalui belajar, objek dan situasi yang pada mulanya tidak menimbulkan respons emosional, dikemudian hari munngkin menimbulkan respons rasional.
Pertumbuhan dan perkembangan membuat anak bersifat berbeda terhadap situasi-situasi yang khas. Apa yang menakutkan baginya pada usia tertentu mungkin akan menimbulkan reaksi emosional sama sekali. Demikian pula rangsangan atau stimuli yang dulunya tidak menimbulkan emosi dengan berbagai tingkat intensitas (kehebatan). Belajar dan kematangan terjalin sangat erat satu sama lainnya sehingga sukar untuk menetapkan pengaruh mana yang relative lebih kuat.
Jenis-jenis emosi yang umum pada masa kanak-kanak, adalah sebagai berikut,
a. Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah wajar selama rasa takut ini tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya.
b. Cemas
Cemas adalah suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Jadi bukan rasa takut yang disebabkan stimulus dari lingkungan si anak.
c. Marah
Marah merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak.
d. Cemburu
Cemburu merupakan respons yang normal terhadap kehilangan nyata ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang.
e. Kegembiraan, Kesenangan, Dan Kenikmatan
f. Kasih Sayang
g. Ingin Tahu
BAB III
KESIMPULAN
Masa sekolah dimulai pada masa kanak-kanak akhir, di mana anak-anak mulai masuk jenjang sekolah dasar. Masa ini anak sudah matang untuk dapat belajar di bangku sekolah dasar, demikian juga anak sudah tamat dari TK. Masa sekolah dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas tinggi sekolah dasar. Masa sekolah diakhri dengan masa peural. Aspek-aspek psikologi dan fisik yang penting dalam perkembangan pada masa anak sekolah diuraikan antara lain beberapa ciri seperti faktor intelektual, faktor kognitif, faktor motorik, faktor verbal, dan faktor emosi. Perkembangan intelektual menurut Piaget adalah anak berkembang dengan lingkungannya melalui skema yang dipunyai, dengan cara mengadakan asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi dan akomodasi pengalaman baru diperoleh melalui tahapan-tahapan yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal. Menurut Gagne, perkembangan intelektual anak, melalui urutan hierarki dari masing-masing kemampuan seperti persepsi, konsep, kaidah dan prinsip. Proses perkembangan intelektual itu terjadi pada anak yang sedang belajar. Piaget mengemukakan fase-fase perkembangan kognitif. Setiap fase ini tidak murni artinya ada unsur-unsur dari fase terdahulu dan fase yang akan datang. Fase-fase tersebut adalah sensorimotor (0 - 2 tahun), intuitif (2 - 7 tahun), operasi konkret (7 - 11 tahun), dan oresai formal (11 - 16 tahun). Perkembangan emosi erat hubungannya dengan fase-fase perkembangan fisik maupun psikis seorang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Gagne, R.M. the condition of learning, New York, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977.
Gagne, R.M. Briggs, Leslie; Principles of Intructional Design, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1979.
Sumadi Suryabrata, Perkembangan Individu. C.V. Rajawali, 1982.
Piaget, J, Science of Education and The Psychology of The Child, Vilung, New York, 1970.
Winarno Surachman & Anwar Syah, Psikologi Perkembangan, Depdikbud, Jakarta, 1979.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini dibicarakan tentang "karakteristik siswa sekolah dasar" dan "perkembangan siswa sekolah dasar". Materi ini dirancang untuk memberikan pemahaman terhadap murid sekolah dasar terutama tentang karakteristik dan perkembangannya.
Pemahaman tentang siswa yang mengikuti kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan oleh seorang guru yang mempunyai tugas sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar.
Sebagai penjabaran dari tujuan di atas adalah :
a. karakteristik,
b. perkembangan intelektual,
c. perkembangan kognitif,
d. perkembangan emosi siswa sekolah dasar.
B. Permasalahan
Berdasarkan pendahuluan di atas yang telah kami uraikan, maka kami rumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar?
b. Apa saja macam-macam karakteristik itu?
c. Faktor-faktor apa saja yang mendukung karakteristik?
d. Apakah yang dimaksud dengan intelektual?
e. Bagaimana proses perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar?
f. Bagaimana proses perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar?
g. Menyebutkan pola dan proses perkembangan emosi siswa Sekolah Dasar!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN SISWA SEKOLAH DASAR
A. Pengertian Karakteristik
Yang dimaksud dengan karakteristik adalah tanda-tanda, alamat, ciri khas, sifat-sifat. Karakteristik adalah tanda-tanda, ciri khas atau sifat-sifat yang dimiliki dan melekat pada diri seseorang. Jadi karakteristik siswa adalah sifat-sifat atau ciri khas yang dimiliki dan melekat pada diri siswa yang nantinya siswa akan mengetahui siapa dirinya dan siswa akan menunjukkan kekuasaannya melalui sikap, tingkah laku dan perbuatannya.
B. Macam-macam karakteristik
Karakteristik Umum
Seorang ahli berpendapat bahwa masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar, maupun masa matang untuk sekolah. Disebut masa anak sekolah, karena sudah menamatkan taman kanak-kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa matang untuk belajar, karena mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, disamping perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan aktivitasnya itu sendiri. Disebut masa matang untuk bersekolah, karena mereka sudah menginginkan kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.
Pendapat lain menyebutkan masa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya dan sesudahnya. Menurut pendapat ini, masa keserasian bersekolah ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu :
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6,0 atau 7,0 sampai umur 9,0 atau 10,0.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yaitu kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai kira-kira 12,0 atau 13,0
Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6,0 – 8,0) anak menghendaki nilai (angka rapot) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Masa Kelas-kelas Tinggi Sekolah Dasar
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistic, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.
e. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
Masa keserasian bersekolah ini akhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut masa pueral. Masa pueral adalah akhir masa dari sekolah. Masa ini mempunyai ciri-ciri khusu, di mana anak berkecenderungan mempunyai tujuan untuk berkuasa dan bersifat ekstavers. Anak menginginkan sesuatu yang sifatnya ideal dan hal ini pun ditunjang dengan sifat masa ini yaitu selalu berorientasi di luar dirinya. Maka sering terjadi grup/kelompok, persaingan-persaingan. Karena perkembangannya di sekolah, juga membawa sifat anak peureal dapat menerima otoritas orang tua ataupun guru dengan wajar.
2. Karakteristik Khusus
Karakteristik khusus ini didukung oleh beberapa faktor yaitu faktor intelektual, faktor kognitif, faktor verbal, faktor motorik, dan faktor emonsional.
a. Faktor Intelektual
Yang dimaksud dengan intelektual ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dalam bentuk suatu representasi, khususnya melalui konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, dan gambar).
Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Jadi faktor intelektual adalah aspek psikologi yang sangat berhubungan dengan kemampuan berbahasa, pengetahuan siswa dan bakat yang semuanya ini diperoleh dari faktor dalam maupun dari luar individu selama dalam perkembangannya. Kerjasamanya faktor-faktor tersebut dalam individu membentuk suatu kemampuan dari individu untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya dalam bentuk representasi, khususnya konsep dan lambang (huruf, angka, kata, dan gambar).
b. Faktor Kognitif
Faktor kognitif adalah aspek psikologi yang terdapat pada siswa yang sedang belajar memperoleh dan menggunakan objek-objek melalui tanggapan, gagasan, atau lambang. Aktivitas kognitif yang memegang peranan penting dalam belajar di sekolah adalah mengingat dan berpikir. Sehingga melalui aktivitasnya ini dapat dikatakan seorang siswa dalam perkembangannya menjadi bertambah luas dan kaya alam kognitifnya.
Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek itu yang dihadapi, entah objek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu dipresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Oleh karena itu melalui kemampuan kognitif ini, siswa dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri, dari hal-hal yang bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah tangga, kendaraan, bangunan, dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan berperaga sepereti ide, keadilan, kejujuran, dan lain sebagainya.
c. Faktor Verbal
Yang dimaksudkan faktor verbal pada masa usia sekolah adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa. Dasar-dasar atau fondasi bahasa diletakkan pada masa kanak-kanak. Oleh karenanya masa prasekolah merupakan periode yang kritis dalam pola pengembangan bahasa anak. Memahami arti kata yang diucapkan orang lain berkembang dengan cepat pada masa ini. Pada saat ini mereka mengerti dengan mudah instruksi-instruksi yang diberikan oleh orang lain dan mengerti arti ceritera-ceritera yang dibacakan kepada mereka. Mendengarkan radio dan menonton televisi ternyata sangat menguntungkan bagi perkembangan perbendaharaan bahasa anak-anak.
Sepanjang masa sekolah pandangan sosial anak bertambah luas, dan ia menemukan bahwa bahasa merupakan alat yang penting untuk kesatuan kelompok. Menyadari hal ini, menyebabkan motivasinya menjadi lebih besar untuk belajar berbicara lebih baik.
d. Faktor Motorik
Masa prasekolah atau masa kanak-kanak akhir merupakan usia yang ideal untuk belajar keterampilan-keterampilan yang tidak hanya berguna baginya pada masa itu, tetapi yang juga akan merupakan fondasi bagi keterampilan-keterampilan tinggi yang terkoordinasi yang diperlukan di kemudian hari. Anak merasa senang mengulang-ulang sesuatu kegiatan sampai benar-benar menguasainya. Ia suka berpetualang, tidak merasa takut terhadap ancaman-ancaman bahaya ataupun cemoohan teman-teman.
Keterampilan-keterampilan motorik memainkan peran penting dalam keberhasilan anak di sekolah dan dalam pergaulannya dengan anak-anak lain. Anak cenderung untuk menarik diri dari kelompoknya dan mengembangkan sikap-sikap yang kurang sehat terhadap dirinya sendiri dan kehidupan sosialnya. Pada umumnya anak bila diberi kesempatan, seringkali mengikuti kegiatan motorik yang beraneka ragam. Mereka mau berlatih tanpa kenal lelah untuk mencapai sukses dan mereka bangga atas pencapaiannya. Dengan berlatih akan tercapai peningkatan baik dalam kecepatan maupun ketepatan.
e. Faktor Emosional
Masa prasekolah merupakan periode memuncaknya emosi, yang ditandai dengan munculnya rasa takut yang kuat, dan meledaknya cemburu yang tidak beralasan. Pada masa ini telah terlihat perbedaan-perbedaan dalam emosi dan pola ekpresinya dapat ditafsirkan dengan segera. Ketegangan emosi pada anak-anak ini sebagian disebabkan oleh kelelahan karena terlalu lama bermain, kurang tidur siang, dan terlalu sedikit makan sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan jasmaniah. Kebanyak anak-anak merasa bahwa mereka sanggup melakukan lebih banyak lagi daripada apa yang diperbolehkan orang tua dan mereka membangkang terhadap pembatasan-pembatasan yang diberlakukan terhadap dirinya.
Emosi-emosi yang umum dialami pada tahap perkembangan ini adalah marah, takut, cemburu, kasih saying, rasa ingin tahu, dan kegembiraan. Masing-masing emosi tersebut mempunyai pola ekspresi yang telah berkembang biak pada masa prasekolah dan masing-masing emosi itu ditimbulkan oleh perangsang yang umum dialami oleh kebanyakan anak-anak.
Menginjak masa sekolah, anak segera menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Dengan demikian ia mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar mengendalikan dan mengungkapkan emosinya.
Emosi-emosi yang terdapat pada masa prasekolah, terdapat juga pada masa sekolah. Perbedaannya terletak dalam dua hal : pertama, situasi yang menimbulkan emosi, dan kedua, dalam bentuk pernyataan atau ekspresinya. Perbedaan ini adalah sebagai hasil dari bertambah luasnya pengalaman dan pengetahuan anak.
C. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
a. Perkembangan Intelektual
Perkembangan siswa sekolah dasar selalu diiringi dengan perkembangan intelektual. Piaget berpendapat bahwa anak-anak mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang dimaksud Piaget sebagai skema. Menurut Piaget skema itu merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya beriteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong untuk menggunakannya. Piaget menekankan, bahwa aktivitas di dalam menggunakan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungannya dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perkembangan kognitif.
Perkembangan intelektual menurut Piaget adalah anak berkembang dengan lingkungannya melalui skema yang dipunyai, dengan cara mengadakan asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi dan akomodasi pengalaman baru diperoleh melalui tahap-tahap:
1. Tahap Sensorimotor
Tahap sensorimotor berlangsung secara tidak mulus sejak dari kelahiran bayi hingga bayi berusia dua tahun. Bayi yang baru lahir memiliki sangat sedikit skema yang ada di dalam kandungan, dan skema ini hanya memungkinkan bagi bayi untuk menggenggam, mengisap, dan melihat benda. Anak-anak ini hanya tertarik kepada suatu yang ada pada saat itu, begitu benda disingkirkan dari pandangannya, dia pun agaknya akan langsung melupakannya. Sifat ini berlangsung hingga anak berusia 8 bulan, yaitu pada saat anak tersebut menyadari benda tersebut masih ada sekalipun tidak berada di hadapannya, dan dia berusaha mencari mainan yang disembunyikan di belakang sesuatu benda yang lain. Piaget menamakan perkembangan ini sebagai ketetapan benda. Anak-anak yang berusia delapan hingga dua belas bulan akan berusaha mencari mainan yang disembunyikan di tempat yang biasa digunakan sebagai tempat persembunyian mainan tersebut. Apabila mainan disembunyikan di bawah bantal, misalnya, ia tidak akan mengalami kesulitan menemukannya, akan tetapi, apabila mainan tersebut pada kesempatan berikutnya disembunyikan di tempat lain sementara si anak menunggu, dia akan mencarinya di bawah bantal seperti biasanya, dan mungkin terkejut karena tidak menjumpainya di sana. Pada akhir sensorimotor, anak sudah mengembangkan beberapa pengertian mengenai hubungan antara pergerakan otot mereka dengan pengaruhnya terhadap lingkungan.
2. Tahap Praoperasi
Tahap ini biasanya berlangsung dari usia dua hingga tujuh tahun. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan, anak pun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya, dan karenanya mampu pula menduga sesuatu hal dengan lebih baik. Pendugaan ini masih dalam bentuk yang sederhana, misalnya, mereka cenderung untuk terlalu menyamaratakan dengan memanggil semua orang lelaki dewasa sebagai "ayah" Intelek anak dibatasi oleh egosentrisitas (ego centricity), dia tidak menyadari bahwa orang lain mungkin mempunyai pandangan dunia yang berbeda dengannya. Piaget dan Inhelder pada tahun 1956 membuat percobaan dengan meletakan sebuah maket pemandangan di atas meja, dan kemudian mendudukkan sebuah boneka di salah sisi serta anak di sisi yang lain. Anak tersebut disuruh melukis apa yang dilihat boneka. Anak yang berada di dalam tahap praoperasi ini akan melukiskan mengenai apa yang dia lihat, dan bukannya apa yang "dilihat" boneka; ini menunjukkan adanya egosentrisitas intelek yang dibatasi, meskipun sebentar, oleh keadaan hanya diingatnya satu aspek masalah pada suatu waktu tertentu.
Berakhirnya tahap praoperasi ini ditandai dengan anak-anak mulai mengkonsentrasikan angka dan kemudian volume.
3. Tahap Operasi Konkret
Di dalam periode operasi konkret (concrete operational) yang berlansung selama usia tujuh hingga sebelas tahun, anak tergantung pada rupa benda, namun dia telah mampu mempelajari mengenai lingkungan. Dia telah pula mempelajari kaidah mengenai konservasi dan dapat menggunakan logika sederhana di dalam memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali dia berhadapan dengan benda nyata. Dia dapat, mislanya, meletakan sejumlah boneka yang berbeda ukurannya ke dalam ukuran yang besar, namun dia belum dapat memecahkan masalah yang bersifat verbal.
4. Tahap Operasi Formal
Fase operasi formal (formal operation) berlangsung sejak usia sebelas tahun hingga menginjak remaja. Pada tahap ini anak-anak belajar mengenai kaidah yang lebih canggih. Mereka dapat mengembangkan hukum yang belaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang bersifat konkret; mereka dapat membuat hipotesisdan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak. Belajar mengenai kaidah baru tidak berakhir pada masa kanak-kanak, namun terus berlanjut selama hidup.
Piaget menjelaskan bahwa urutan tahapan perkembangan anak tidak pernah berubah, hanya saja ada beberapa anak yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat daripada anak-anak yang lain.
Dalam jalur belajar kemahiran intelektual, Gagne menunjukkan urutan hierarkis dari masing-masing kemampuan, seperti kemampuan persepsi konsep, kaidah dan prinsip; kemampuan yang berikutnya harus didasari kemampuan-kemampuan sebelumnya. Proses perkembangan intelektual itu terjadi pada anak yang sedang belajar.
b. Perkembangan Kognitif
Piaget membagi fase perkembangan kognitif sebagai berikut :
Umur Fase
0 – 2 Sensorimotor
2 – 7 Intuitif atau praoperasional
7 – 11 Operasi konkret
11 – 16 Operasi formal
1. Fase Sensorimotor (umur 0 - 2 tahun)
Aktivitas kognitif pada fase sensorimotor didasarkan terutama atas pengalaman langsung melalui pancaindera. Aktivitas intelektual dalam fase ini adalah interaksi antara pancaindera dan lingkungan. Anak terikat pada pengalaman langsung, ia melihat sesuatu terjadi, merasakannya, tetapi ia belum dapat mengelompokkan atau mengkategorikan pengalamannya. Responnya tergantung dari situasi. Karena keterikatan dengan pengalaman langsung maka dalam fase ini seakan-akan ada apa-apa antara anak dan lingkungan.
Pengalaman dalam fase sensorimotor yang kualitatif baik yang disediakan oleh lingkungan mempersiapkan anak menuju ke fase berikut, yakni fase intuitif atau fase praoperasioanl, dan merupakan cara yang terbaik untuk membantu perkembangan intelegensi anak.
2. Fase Intuitif atau praoperasional (2 - 7 tahun)
Selama periode ini kualitas berpikir ditransformasikan. Anak tidak lagi terikat pada lingkungan sensori yang dekat. Ia mulai mengembangkan berbagai tanggapan mental yang terbentuk dalam kesanggupan menyimpan tanggapan (missal : kata-kata dan bentuk-bentuk kata-bahasa) bertambah besar. Penambahan kosa kata dan penggunaan kata-kata mengagumkan. Anak berusia dua tahun menguasai kira-kira 200 sampai 300 kata, sedang akan berumur lima tahun dapat menguasai sekitar 2.000 kata. Berikut ini dapat Anda simak perkembangan kemampuan berbahasa anak usia 1 - 2 tahun, 3 - 5 tahun, dan 6 - 8 tahun.
Perkembangan Bahasa Anak
Umur 1 - 2 tahun Umur 3 - 5 tahun Umur 6 - 7 tahun
1. kalimat 1. kalimat
Satu - dua kata 8 - 10 kata Ucapan dasar
2. tidak ada : 2. tata bahasa : kalimat
Tata bahasa baik menyerupai
3. kosa kata : 3. kosa kata : orang dewasa
200 2.000
3. Fase Operasi Konkret (7 - 11 tahun)
Fase ini menurut Piaget menunjukkan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Dalam fase yang lalu, fase praoperasional, anak seakan-akan hidup dalam mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dan fantasi yang leluasa.
Dalam banyak hal, pengajaran di sekolah dasar dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif para murid. Bila sekolah memperhatikan keterampilan dan aktivitas seperti menghitung, mengelompokan, membentuk, dan sebagainya, maka semua itu membentuk perkembangan kognitif. Karyawisata ke objek-objek sejarah, ilmu pengetahuan alam melalui percobaan dan melakukan sendiri, menambah kesempatan perkembangan kognitif. Aktivitas anak pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan. Anak prasekolah tunduk pada peraturan tanpa mengerti maknanya; anak sekolah dasar menaati peraturan, karena peraturan itu mempunyai nilai fungsional. Anak berpikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan. Tidak jarang ada orang tua yang marah dan berpikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan.
4. Fase Operasi Formal (11 - 16 tahun)
Dalam fase terakhir ini, yang kira-kira jatuh bersamaan dengan masa pubertas, anak-anak dapat mengembangkan pola-pola berpikir formal sepenuhnya. Mereka mampu memperoleh "strategi" yang logis, rasional, dan abstrak. Mereka dapat menangkap arti simbolis, arti kiasan, kesamaan, dan perbedaan, mereka dapat menyimpulkan moral dalam suatu cerita. Pengembangan operasi formal memerlukan aktivitas di pihak anak : menulis sajak lebih efektif daripada membaca sajak, turut serta bermainan dalam suatu pementasan lebih berguna daripada menontonnya, semua itu untuk membantu anak dalam proses pengembangan kognitif.
c. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peranan penting dalam kehidupan anak, tidak kita sangsikan lagi. Dari pengalaman masa kecil, kita ingat bahwa emosi memberi warna atau mengubah kesenangan terhadap pengalaman-pengalaman sehari-hari dan juga merupakan motivasi terhadap tindakan atau perbuatan kita, akan tetapi kita juga menyadari bahwa ada kalanya emosi itu menjadi penghambat atau rintangan. Pengaruh emosi terhadap keadaan fisik anak bisa berakibat sangat merugikan terutama bila emosi-emosi itu amat kuat dan sering dialami.
1. Pola Perkembangan Emosi
Pada waktu lahir dan beberapa saat sesudah lahir, gejala tingkah laku emosional masih merupakan kegairahan umum yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat. Belum terlihat petunjuk yang jelas tentang adanya pola emosional yang dapat menunjukkan keadaan emosional tertentu. Akan tetapi seringkali sebelum masa anak berakhir telah tampak perbedaan-perbedaan gerakan dalam bentuk reaksi yang sederhana yang menunjukkan kesenangan atau ketidaksenangan.
Dimulai dengan perbedaan-perbedaan yang sederhana ini yang muncul segera setelah kelahiran, bayi mengembangkan pola-pola emosi tertentu yang segera dapat terlihat dalam tingkah lakunya. Malah sebelum akhir tahun pertama dari kehidupannya, ekspresi dapat dipersamakan dengan keadaan emosional pada orang dewasa. Semakin bertambah umur anak, ia akan memperlihatkan pengulangan respons emosionalnya yang semakin meningkat yang dikenal oleh orang dewasa sebagai gembira, marah, takut, cemburu, bahagia, ingin tahu, iri, dan benci. Pada saat anak dilahirkan tidak terdapat emosi-emosi yang menyenangkan yang ada hanyalah rasa atau keadaan tenang.
Setelah usia enam bulan, emosi-emosi negatif mulai menonjol. Pertama-tama ialah rasa cemas, dua bulan kemudian emosi menguasi benda permainan muncul, antara bulan kesembilan dan kesepuluh, rasa cemburu mulai timbul; dan antara bulan kesepuluh dan kedua belas, rasa kecewa, marah, cinta, simpati, kemarahan, kegembiraan, dan rasa memiliki sesuatu, kesemuanya ini sudah dapat dibeda-bedakan. Walaupun terdapat variasi antara anak yang satu dengan anak lain, akan tetapi polanya tetap sama.
2. Proses Perkembangan Emosi
Emosi itu harus berkembang dan dikembangkan. Perkembangan emosional dipengaruhi oleh dua fakta yakni kematangan dan belajar. Jadi oleh kedua-duanya, bukan hanya oleh satu dari padanya. Kennyataan bahwa reaksi emosional tertentu tidak muncul sejak awal kehidupan tidak berarti bahwa itu tidak dibawa sejak lahir. Mungkin emosi berkembang belakangan sesuai dengan kematangan inteligensi si anak atau bersamaan dengan perkembangan sistim idokrin. Melalui belajar, objek dan situasi yang pada mulanya tidak menimbulkan respons emosional, dikemudian hari munngkin menimbulkan respons rasional.
Pertumbuhan dan perkembangan membuat anak bersifat berbeda terhadap situasi-situasi yang khas. Apa yang menakutkan baginya pada usia tertentu mungkin akan menimbulkan reaksi emosional sama sekali. Demikian pula rangsangan atau stimuli yang dulunya tidak menimbulkan emosi dengan berbagai tingkat intensitas (kehebatan). Belajar dan kematangan terjalin sangat erat satu sama lainnya sehingga sukar untuk menetapkan pengaruh mana yang relative lebih kuat.
Jenis-jenis emosi yang umum pada masa kanak-kanak, adalah sebagai berikut,
a. Takut
Adanya rasa takut pada anak-anak adalah wajar selama rasa takut ini tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya.
b. Cemas
Cemas adalah suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Jadi bukan rasa takut yang disebabkan stimulus dari lingkungan si anak.
c. Marah
Marah merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak.
d. Cemburu
Cemburu merupakan respons yang normal terhadap kehilangan nyata ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang.
e. Kegembiraan, Kesenangan, Dan Kenikmatan
f. Kasih Sayang
g. Ingin Tahu
BAB III
KESIMPULAN
Masa sekolah dimulai pada masa kanak-kanak akhir, di mana anak-anak mulai masuk jenjang sekolah dasar. Masa ini anak sudah matang untuk dapat belajar di bangku sekolah dasar, demikian juga anak sudah tamat dari TK. Masa sekolah dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas tinggi sekolah dasar. Masa sekolah diakhri dengan masa peural. Aspek-aspek psikologi dan fisik yang penting dalam perkembangan pada masa anak sekolah diuraikan antara lain beberapa ciri seperti faktor intelektual, faktor kognitif, faktor motorik, faktor verbal, dan faktor emosi. Perkembangan intelektual menurut Piaget adalah anak berkembang dengan lingkungannya melalui skema yang dipunyai, dengan cara mengadakan asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi dan akomodasi pengalaman baru diperoleh melalui tahapan-tahapan yaitu sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal. Menurut Gagne, perkembangan intelektual anak, melalui urutan hierarki dari masing-masing kemampuan seperti persepsi, konsep, kaidah dan prinsip. Proses perkembangan intelektual itu terjadi pada anak yang sedang belajar. Piaget mengemukakan fase-fase perkembangan kognitif. Setiap fase ini tidak murni artinya ada unsur-unsur dari fase terdahulu dan fase yang akan datang. Fase-fase tersebut adalah sensorimotor (0 - 2 tahun), intuitif (2 - 7 tahun), operasi konkret (7 - 11 tahun), dan oresai formal (11 - 16 tahun). Perkembangan emosi erat hubungannya dengan fase-fase perkembangan fisik maupun psikis seorang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Gagne, R.M. the condition of learning, New York, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977.
Gagne, R.M. Briggs, Leslie; Principles of Intructional Design, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1979.
Sumadi Suryabrata, Perkembangan Individu. C.V. Rajawali, 1982.
Piaget, J, Science of Education and The Psychology of The Child, Vilung, New York, 1970.
Winarno Surachman & Anwar Syah, Psikologi Perkembangan, Depdikbud, Jakarta, 1979.