plasenta previa
A. Definisi
Solusio
plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang
berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22 minggu dan sebelum anak
lahir
B. Frekuensi
Solusio
plasenta terjadi kira-kira 1 di antara 50 persalinan. Di rumah sakit
Dr. Gipto Mangunkusumo antara tahun 1968-1971 Solusio plasenta terjadi
pada kira-kira 2,1 % dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14 %
Solusio plasenta sedang, dan dan 86% Solusio plasenta berat. Solusio
plasenta ringan jarang di diagnosis, mungkin karena penderita selalu
terlambat datang ke rumah sakit; atau tanda-tanda dan gejalanya
terlampau ringan, sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun
dokternya.
C. Etiologi
Penyebab
utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun
demikian ada beberapa factor yang diduga mempengaruhi nya, antara lain :
- penyakit hipertensi menahun
- pre-eklampsia
- tali pusat yang pendek
- trauma
- tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
- uterus yang sangat mengecil ( hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir )
Di samping hal-hal di atas, ada juga pengaruh dari :
- umur lanjut
- multiparitas
- ketuban pecah sebelum waktunya
- defisiensi asam folat
- merokok, alcohol, kokain
- mioma uteri
D. Klasifikasi
Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam :
- solusio placenta ringan
- solusio placenta sedang
- solusio placenta berat
Klasifikasi
ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat
terlepasnya placenta. Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan
mencari jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan
akhirnya keluar dari serviks dan terjadilah solusio placenta dengan
perdarahan keluar / tampak. Kadang-kadang
darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang placenta membentuk
hematom retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke dalam/
tersembunyi. Kadang- kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga
perdarahan tetap tersembunyi.
E. Patologi
Solusio
placenta dimulai dengan perdarahan dalam desidua basalis, kemudian
terjadi hematom dalam desidua yang mengangkat lapisan-lapisan di
atasnya. Hematom ini makin lama makin besar sehingga placenta terdesak
dan akhirnya terlepas. Jika perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu
hanya akan mendesak jaringan placenta, belum mengganggu peredaran darah
antara uterus dan placenta, sehingga tanda dan gejalanya pun tidak
jelas. Setelah placenta lahir baru didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman.
Perdarahan
akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang teregang oleh
kehamilan itu tak mampu untuk berkontraksi lebih untuk menghentikan
perdarahan. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh placenta akan terlepas. Sebagian
akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau mengadakan
ekstravasasi di antara serabut otot uterus. Bila ekstravasasi
berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan berbercak ungu
atau biru, disebut uterus couvelaire. Uterus seperti ini sangat tegang
dan nyeri.
Akibat
kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak
romboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler dimana-mana, menyebabkan sebagian besar
persediaan fibrinogen habis.
Akibatnya,
terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah
pada uterus maupun alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan
terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan
proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang
masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak
yang biasanya berakibat fatal. Nasib janin tergantung dari luasnya
placenta yang lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,
anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang
lepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatakan gawat
janin.
Waktu
adalah hal yang sangat menentukan dalam beratnya gangguan pembekuan
darah, kelainan ginjal dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya
solusio placenta sampai persalinan selesai, makin hebat komplikasinya.
F. Gejala klinis
1. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his.
2. Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
3. Uterus
keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang placenta sehingga uterus
teregang (uterus en bois).
4. Palpasi sukar karena rahim keras.
5. Fundus uteri makin lama makin naik
6. Bunyi jantung biasanya tidak ada
7. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi uterus bertambah
8. Sering ada proteinuri karena disertai preeclampsia
G. Diagnosis
Diagnosis
solusio plasenta didasarkan adanya perdarahan antepartum yang bersifat
nyeri, uterus yang tegang dan nyeri. Setelah plasenta lahir, ditemukan
adanya impresi (cekungan) pada permukaan maternal plasenta akibat
tekanan dari hematom retroplasenta.
H. Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan
Ruptura
sinus marginalis sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun
janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitaman
dan jumlahnya sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit atau
terus menerus agak tegang. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi
terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang karena perdarahan terus
menerus. Bagian bagian janin masih mudah teraba.
Solusio plasenta sedang
Plasenta
telah lepas lebih dari seperempatnya tapi belum sampai duapertiga luas
permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti
solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus
menerus, yang disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan
pervaginam tampak sedikit, mungkin perdarahan telah mencapai 1000ml.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga
bagian-bagian janin sukar diraba. Bila janin masih hidup, bunyi
jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop
ultrasonic. Tanda-tanda persalinan biasanya telah ada dan akan selesai
dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin
telah terjadi, walaupun biasanya terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat.
Plasenta
telah lepas lebih dari duapertiga permukaannya. Terjadi sangat
tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam syok dan janin telah
meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan, sangat nyeri, perdarahan
pervaginam tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, malahan mungkin ,
perdarahan pervaginam belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah
terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.
I. Komplikasi
Komplikasi
pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan
lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasinya antara lain :
Perdarahan
Perdarahan
antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Persalinan
dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus dengan
oksitosin. Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari
bahaya perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat
untuk menghentikan perdarahan pada kala 3, dan kelainan pembekuan darah.
Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan oleh ekstravasasi darah
diantara otot-otot miometrium, seperti yang terjadi pada uterus
couvelaire. Apabila perdarahan postpartum itu tidak dapat diatasi dengan
kompresi bimanual uterus, pemberian uterotonika, maupun pengobatan
kelainan pembekuan darah, maka tindakan terakhir adalah histerektomia
atau pengikatan arteri hipogastrika.
Kelainan pembekuan darah.
Kelainan
pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemi. Page (1951)
dan Schneider (1955) menerangkan dengan masuknya tromboplastin ke dalam
peredaran darah ibu akibat terjadinya pembekuan darah retroplasenta,
sehingga terjadi pembekuan darah intravascular dimana-mana, yang akan
menghabiskan faktor-faktor pembekuan darah lainnya, terutama fibrinogen.
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah
450mg% , berkisar antara 300-700mg% dalam 100cc. Di bawah 150mg per
100cc disebut hipofibrinogenemi. Apabila kadar fibrinogen lebih rendah
dari 100mg% per 100cc, akan terjadi gangguan pembekuan darah.
Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan secara laboratorium.
Penentuan kuantitatif kadar fibrinogen
Pengamatan pembekuan darah untuk menentukan :
Waktu pembekuan darah
Besarnya dan kemantapan bekuan darah
Adanya factor seperti heparin (antikoagulansia) dalam peredaran darah
Adanya fibrinolisin dalam peredaran darah
Hitung trombosit
Penentuan waktu protrombin
Penentuan waktu tromboplastin
Penentuan fibrinogen secara laboratoris memakan waktu yang lama. Oleh karena itu untuk keadaan akut baik dilakukan clot observation test,dengan cara:
Kira-kira
5ml darah ibu dimasukkan ke dalam tabung reaksi berukuran 15 ml,
kemudian digoyang perlahan-lahan setiap semenit sekali. Apabila dalam 6
menit tidak terjadi bekuan, ataupun terjadi bekuan tapi bentuknya tidak
padat dan mencair 1 jam kemudian, hal itu menunjukkan adanya kelainan
pembekuan darah.
Besar
bekuannya abnormal bila hanya menempati kurang dari 35-45% dari volume
darah semula, dan kemantapannya abnormal apabila bekuannya tidak tahan
kocokan beberapa kali setelah setengah jam.
Waktu
pembekuan seperti diperiksa pengamatan pembekuan darah itu menunjukkan
kira-kira kadar fibrinogen darahnya. Apabila waktu pembekuannya kurang
dari 6 menit, kadar fibrinogen darahnya kira-kira lebih dari 150mg%.
Apabila waktu pembekuannya lebih dari 6 menit dan bekuannya kurang baik,
kadar fibrinogen darahnya kira-kira 100-150mg%. Apabila tidak terbentuk
bekuan dalam waktu 30 menit, kadar fibrinogen darahnya mungkin lebih
rendah dari 100mg%.
Terjadinya hipofibrinogenemi :
Biasanya koagulopati terjadi dalam 2 fase yaitu :
Fase 1: Pada pembuluh darah terminal (arteriol, kapiler, venol) terjadi
pembekuan darah, disebut disseminated intravascular clotting.
Akibatnya peredaran darah kapiler terganggu. Jadi, pada fase 1 turunnya kadar fibrinogen disebabkan pemakaian zat tersebut maka fase 1 disebut juga koagulopati konsumtif. Diduga bahwa hematom retroplasenta mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravascular tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi, terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia. Kerusakan ginjal menyebabkan oliguri / anuri dan akibat gangguan mikrosirkulasi ialah syok.
pembekuan darah, disebut disseminated intravascular clotting.
Akibatnya peredaran darah kapiler terganggu. Jadi, pada fase 1 turunnya kadar fibrinogen disebabkan pemakaian zat tersebut maka fase 1 disebut juga koagulopati konsumtif. Diduga bahwa hematom retroplasenta mengeluarkan tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravascular tersebut. Akibat gangguan mikrosirkulasi, terjadi kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia. Kerusakan ginjal menyebabkan oliguri / anuri dan akibat gangguan mikrosirkulasi ialah syok.
Fase
2: Fase ini sebetulnya fase regulasi reparative ialah usaha badan untuk
membuka kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini
dilaksanakan dengan fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan,akan
menurunkan kadar fibrinogen hingga terjadi perdarahan patologis.
- Oliguria
Pada
tahap oliguria, keadaan umum penderita biasanya masih baik. Oleh karena
itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran teliti
pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
sedang, dan solusio plasenta berat, apalagi yang disertai perdarahan
tersembunyi, pre eklampsia, atau hipertensi menahun.
Terjadinya
oliguria belum dapat diterangkan dengan jelas. Mungkin berhubungan
dengan hipovolemi dan penyempitan pembuluh darah ginjal akibat
perdarahan yang banyak. Adapula yang menerangkan bahwa tekanan
intrauterin yang tinggi menimbulkan reflex penyempitan pembuluh darah
ginjal. Kelainan pembekuan darah berperan pula dalam terjadinya kelainan
fungsi ginjal ini.
- Gawat janin
- Jarang kasus solusio plasenta datang dengan janin yang masih hidup. Kalaupun masih hidup,biasanya keadaannya sudah sedemikian gawat, kecuali pada kasus solusio plasenta ringan.
J. Penanganan solusio plasenta
Solusio plasenta ringan
Apabila
kehamilannya kurang dari 36 minggu, perdarahannya kemudian berhenti,
perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang maka
penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan
observasi ketat.
Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila
perdarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta bertambah
jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta bertambah luas,
maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan lagi. Apabila janin
hidup, dilakukan sectio caesaria. Sectio caesaria dilakukan bila serviks
panjang dan tertutup, setelah pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin
dalam 2 jam belum juga ada his. Apabila
janin mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding
uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.
Pengobatan :
Umum :
a. Transfusi darah.
Transfusi
darah harus segera diberikan tidak peduli bagaimana keadaan umum
penderita waktu itu. Karena jika diagnosis solusio placenta dapat
ditegakkan itu berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya
1000ml.
b. Pemberian O2
c. Pemberian antibiotik.
d. Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
- Khusus :
a.
Terhadap hipofibrinogenemi : substitusi dengan human fibrinogen 10 gr
atau darah segar dan menghentikan fibrinolisis dengan trasylol
(proteinase inhibitor) 200.000 iu diberikan IV, selanjutnya jika perlu 100.000 iu / jam dalam infus. Pemberian 1 gram fibrinogen akan meningkatkan kadar fibrinogen darah 40 mg%.
Jadi
apabila kadar fibrinogen sangat rendah atau tidak ada sama sekali,
diperlukan sekurangnya 4 gram fibrinogen untuk menaikkan di atas kadar
kritis fibrinogen darah 150mg%.
Biasanya
diperlukan 4-6 gram fibrinogen yang dilarutkan dalam glucosa 10%,
diberikan IV perlahan-lahan selama 15-30 menit. Apabila tidak ada
fibrinogen, transfusikan darah segar yang mengandung kira-kira 2 gram
fibrinogen per 1000ml.Sehingga dengan transfusi darah lebih dari 2000ml,
kekurangan fibrinogen dalam darah dapat diatasi.
b. Untuk merangsang diuresis : manitol, diuresis yang baik lebih dari 30-40cc/jam.
c.
Pimpinan persalinan pada solusio plasenta bertujuan untuk mempercepat
persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila
persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak akan selesai dalam waktu 6
jam setelah pemecahan selaput ketuban dan infus oksitosin ,
satu-satunya cara adalah dengan melakukan sectio caesaria.
d. Histerektomi dilakukan bila ada atonia uteri yang berat yang tidak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
Alasan :
Bagian placenta yang terlepas meluas
Perdarahan bertambah
Hipofibrinogenemi menjelma atau bertambah
K. Prognosis
Prognosis
ibu tergantung dari luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya
hipertensi menahun atau pre eklampsia, tersembunyi tidaknya
perdarahannya dan jarak waktu antara terjadinya solusio placenta sampai
pengosongan uterus.
Prognosis
janin pada solusio placenta berat hampir 100% mengalami kematian. Pada
solusio placenta ringan dan sedang kematian janin tergantung dari
luasnya placenta yang terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan.
Perdarahan yang lebih dari 2000ml biasanya menyebabkan kematian
janin.Pada kasus solusio placenta tertentu sectio caesaria dapat
mengurangi angka kematian janin. Persediaan darah secukupnya akan sangat
membantu memperbaiki prognosis ibu dan janinnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar