penyakit jantung hipertensi
A. Pengertian
Penyakit
jantung hipertensi atau Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan,
mulai dari left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit
jantung koroner, dan penyakit jantung kronis (CHF), yang disebabkan
karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penyakit
jantung hipertensi adalah suatu penyakit yang berkaitan dengan dampak
sekunder pada jantung karena hipertensi sistemik yang lama dan
berkepanjangan.
Penyakit
jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan
dan tidak terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan
sistem konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi sistolik dan diastolik miokard
yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina (nyeri dada), infark
miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal jantung
kongestif.
B. Etiologi
Tekanan
darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung.
Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada
pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah
yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa
terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat.
Tekanan
darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik (
menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri
dada atau angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen
yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Tekanan
darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah
yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol
yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga
meningkatkan resiko seangan jantung dan stroke. Penyakit jantung
hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi.
C. Patofisiologi
Patofisiologi
dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek yang
melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik,
struktural, neuroendokrin, seluler, dan faktor molekuler. Di satu sisi,
faktor-faktor ini memegang peranan dalam perkembangan hipertensi dan
komplikasinya, di sisi lain peningkatan tekanan darah itu sendiri dapat
memodulasi faktor-faktor tersebut. Adapun patofisiologi berbagai efek
hipertensi terhadap jantung berbeda-beda dan akan dijelaskan berikut
ini.
1. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy / LVH) terjadi
pada 15-20% penderita hipertensi dan risikonya meningkat dua kali lipat
pada pasien obesitas. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan pertambahan
massa pada ventrikel (bilik) kiri jantung. Hal ini merupakan respon sel
miosit terhadap stimulus yang menyertai peningkatan tekanan darah.
Hipertrofi miosit terjadi sebagai mekanisme kompensasi peningkatan
tekanan afterload.
Stimulus mekanis dan neurohormonal yang menyertai hipertensi akan
mengaktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi gen dan berujung kepada
hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem renin-angiotensin
akan menyebabkan pertumbuhan intestitium dan komponen sel matriks.
Berbagai
bentuk hipertrofi ventrikel kiri telah diidentifikasi, di antaranya
hipertrofi ventrikel kiri konsentrik dan hipertrofi ventrikel kiri
ekstenstrik. Pada hipertrofi ventrikel kiri konsentrik terjadi
peningkatan massa dan ketebalan serta volume dan tekanan diastolik.
Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri konsentrik umumnya memiliki
prognosis yang lebih buruk. Adapun pada hipertrofi ventrikel kiri
eksentrik terjadi peningkatan hanya pada lokasi tertentu, misalnya
daerah septal. Walaupun hipertrofi ventrikel kiri bertujuan untuk
melindungi terhadap stress yang ditimbulkan oleh hipertensi, namun pada
akhirnya dapat menyebabkan disfungsi miokard sistolik dan diastolik.
2. Abnormalitas atrium kiri
Abnormalitas
atrium kiri meliputi perubahan struktural dan fungsional, sangat sering
terjadi pada pasien hipertensi. Hipertensi akan meningkatkan volume
diastolik akhir (end diastolic volume / EDV)
di ventrikel kiri sehingga atrium kiri pun akan mengalami perubahan
fungsi dan peningkatan ukuran. Peningkatan ukuran atrium kiri tanpa
disertai gangguan katup atau disfungsi sistolik biasanya menunjukkan
hipertensi yang sudah berlangsung lama / kronis dan mungkin berhubungan
dengan derajat keparahan disfungsi diastolik ventrikel kiri. Pasien juga
dapat mengalami fibrilasi atrium dan gagal jantung.
3. Gangguan katup
Hipertensi
berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta sehingga
menyebabkan insufisiensi katup. Hipertensi yang akut mungkin
menyebabkan insufisiensi aorta, yang akan kembali normal jika tekanan
darah dikendalikan. Selain menyebabkan regurgitasi (aliran balik) aorta,
hipertensi juga akan mempercepat proses sklerosis aorta dan regurgitasi
katup mitral.
4. Gagal jantung
Gagal
jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi
kronis. Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal
jantung namun dapat juga bersifat asimptomatis (tanpa gejala).
Prevalensi (gagal jantung) disfungsi diastolik asimptomatis pada pasien
hipertensi tanpa disertai hipertrofi ventrikel kiri adalah sebanyak 33
%. Peningkatan tekanan afterload kronik dan hipertrofi ventrikel kiri dapat mempengaruhi fase relaksasi dan pengisian diastolik ventrikel.
Disfungsi
diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan terkadang
disertai hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
tekanan afterload,
penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis.
Disfungsi sistolik asimptomatis biasanya mengikuti disfungsi diastolik.
Setelah beberapa lama, hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi
peningkatan tekanan darah sehingga lumen ventrikel kiri berdilatasi
untuk mempertahankan cardiac output.
Dalam waktu yang lama, fungsi sistolik ventrikel kiri akan menurun.
Penurunan ini mengaktifkan sistem neurohormonal dan renin-angiontensin,
sehingga meretensi garam dan air dan meningkatkan vasokonstriksi
perifer, yang akhirnya malah memperburuk keadaan dan menyebabkan
disfungsi sistolik.
Apoptosis
(kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit dan
ketidakseimbangan stimulus dan inhibitornya) diduga memainkan peranan
penting dalam peralihan fase “terkompensasi” menjadi fase
“dekompensasi”. Peningkatan mendadak tekanan darah dapat menyebabkan
edema paru tanpa adanya perubahan fraksi ejeksi ventrikel kiri. Secara
umum dilatasi ventrikel kiri (asimtomatik atau simtomatik) dapat
memperburuk keadaan dan meningkatkan risiko kematian. Disfungsi
ventrikel kiri serta dilatasi septal dapat menyebabkan penebalan
ventrikel kanan dan disfungsi diastolik.
5. Iskemia miokard
Pada
pasien hipertensi dapat timbul iskemia miokard yang bermanifestasi
sebagai nyeri dada / angina pektoris. Hal ini dikarenakan hipertensi
menyebabkan peningkatan tekanan di ventrikel kiri dan transmural,
peningkatan beban kerja yang mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri.
Suplai oksigen yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan otot jantung yang
membesar akan menyebabkan nyeri dada. Hal ini diperparah jika terdapat
penyulit seperti aterosklerosis.
6. Aritmia jantung
Aritmia
jantung yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah fibrilasi
atrium, kontraksi prematur ventrikel dan takikardia ventrikel. Berbagai
faktor berperan dalam mekanisme arituma seperti miokard yang sudah tidak
homogen, perfusi buruk, fibrosis miokard dan fluktuasi pada saat afterload.
Sekitar
50% pasien dengan fibrilasi atrium memiliki penyakit hipertensi.
Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun penyakit arteri
koroner dan hipertrofi ventrikel kiri diduga berperan dalam menyebabkan
abormalitas struktural di atrium kiri. Fibrilasi atrium dapat
menyebabkan disfungsi sistolik dan diastolik serta meningkatkan risiko
komplikasi tromboembolik seperti stroke.
Kontraksi
prematur ventrikel, aritmia ventrikel dan kematian jantung mendadak
ditemukan lebih sering pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri.
Penyebab aritmia seperti ini diduga akibat proses penyakit arteri
koroner dan fibrosis miokard yang berjalan bersamaan.
D. Manifestasi Klinis
Pada
tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan impoten
2. Cepat
capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena
perdarahan retina, transient cerebral ischemic
3. Penyakit
dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, kelemahan
otot pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan cepat dengan
emosi yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul
dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan
rasa melayang saat berdiri (postural dizzy)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder
b. Pemeriksaan
darah lengkap: hemoglobin / hematokrit, elektrolit darah: kalium, BUN /
kreatinin, Gula darah puasa, serta pemeriksaan total kolesterol
c. Pemeriksaan TSH: bisa meningkat pada pasien dengan hipotiroidisme dan menurun pada hipertiroidisme
2. Pemeriksaan Radiologi
a. EKG: menunjukan hipertropi ventrikel kiri (LVH) pada sekitar 20 – 50% kasus
b. Foto
dada: memperlihatkan adanya kardiomegali, tambahan untuk dilatasi LVH,
pada penyakit dengan stadium lanjut, serta penumpulan sudut
kostofrenikus pada pasien yang mengalami efusi pleura
c. CT
scan, MRI, dan MRA (magnetic resonance angiografi) abdomen dan dada:
memperlihatkan adanya massa adrenal atau membuktikan adanya koarktasio
aorta . CT scan dan MRI jantung, walaupun tidak dilakukan secara rutin
telah membuktikan secara eksperimental terjadinya LVH
d. TTE
(transthoracic echocardiography) bisa sangat berguna dalam mengenali
gambaran penyakit jantung hipertensi, dengan indikasi konfirmasi
gangguan jantung atau murmur atau hipertensi dengan kelainan katup.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (pencegahan dan pengobatan) Hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Tabel Modifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi
| |
Penurunan berat badan
|
Memperoleh dan mempertahankan BMI ideal, dan pencegahan obesitas
|
Reduksi garam
|
< 5 gr NaCl / hari
|
Adaptasi rencana diet jenis-DASH
|
Diet yang kaya buah-buahan, sayur-sayuran, konsumsi makanan rendah asam lemak jenuh dan kolesterol
|
Pengurangan konsumsi alkohol
|
Mengurangi konsumsi alcohol bagi mereka yang mengkonsumsi alcohol
|
Aktivitas fisik
|
Aktivitas latihan fisik secara teratur, seperti jalan cepat selama 30 menit / hari
|
2. Pentalaksanaan Farmakologis
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE, vasodilator langsung, dapat digunakan dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE, vasodilator langsung, dapat digunakan dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita
Referensi
· Panggabean M.(2002). Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar