PLASENTA LETAK RENDAH
PENGERTIAN
Dikutip dari Prof. Sulaiman Sastrowinata. Obstetri Fisiologi. 1983. Bandung.
Berdasarkan pendapat beliau plasenta letak rendah (Low Lying Placenta)
adalah tepi plasenta berada 3 – 4 cm diatas pinggir pembukaan. Pada
pemeriksaan dalam tidak teraba. Dan plasenta yang implantasinya rendah
tapi tidak sampai keostium uteri internum.
MASALAH
Manurut penulis buku-buku Amerika
Serikat secara sederhana rahim berbentuk segitiga terbalik atau bisa
juga dibayangkan seperti daun waru (claver) terbalik dengan tangkai dari
bawah. Bagian “tangkai” ini berbentuk seperti tabung atau corong
(dikenal sebagai leher rahim) dengan ujung terbuka (dikenal sebagai
mulut rahim).
Normalnya plasenta terletak dari
bagian fundus (bagian puncak atau atas rahim). Bisa agak kekiri atau
kekanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas kebagian bawah apalagi
menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalah ostium uteri
internum (disingkat OVI, yaitu mulut rahim bila dilihat dari bagian
dalam rahim). Kalau dilihat dari luar dari arah vagina disebut ostium
uteri eksternum.
Perdarahan pada kehamilan harus
dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda
disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut
perdarahan antepartum. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab
utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Dikutip dari Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri. 1998, Jakarta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada kehamilan 28 minggu atau lebih kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uteri atau karena DIC (Disseminated
Intravaskuler Coagulapathy)
Sedangkan mordibilitas/kesakitan ibu
dapat disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti
infeksi saluran kencing pneumonia post operatif dan meskipun jarang
dapat terjadi embolisasi cairan amnion terhadap janin plasenta
meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin terganggu
sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan
dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa.
KLASIFIKASI
Menurut penulis buku-buku Amerika
Serikat tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya ditengah keadaan
ini biasanya disebut dengan Insersia Sentralis. Letak plasenta umumnya
berada didepan/dibelakang dinding uterus. Agak keatas kearah fundus
uteri hal ini fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih
luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Bila diteliti
benar maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian
janin, yaitu Villi Korealis yang berasal dari korion dan sebagian kecil
dari ibu yang berasal dari desidua basalis.
Menurut Browne, klasifikasi plasenta
previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:
1. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat
implantasi jelas tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam
(normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta Previta Parsialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir.
Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan
biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
3. Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta atau kadang disebut juga plasenta berbahaya
tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir
risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa
dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3
atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.
ETIOLOGI
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri. 1998. Jakarta.
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak
diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas
dengan asal dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh
timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi.
Perdarahan berhubungan dengan adanya
perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang
melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah
rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen
bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko plasenta
previa termasuk:
a. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
b. Riwayat seksio sesarea.
c. Riwayat aborsi.
d. Kehamilan ganda.
e. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun,
f. Multiparitas,
apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha
mencari tempat selain bekas plasenta berikutnya.
g. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim.
Sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
h. Adanya jaringan
rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur
setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
i. Adanya trauma selama kehamilan.
j. Sosial ekonomi
rendah/gizi buruk patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu
segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
k. Mendapat tindakan Kuretase.
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran
segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus.
Pada saat itu mulailah terjadi
perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar, berlainan dengan
darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna
kehitam-hitaman.
Sumber perdarahannya adalah sinus
uterus yang sobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
PATOLOGI
Perdarahan tidak
dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta
previa totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.
Anamnesis perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28
minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, berwarna merah segar, tanpa alasan
terutama pada multigravida.
Banyaknya perdarahan tidak dapat
dilihat dan dinilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk
pintu atas panggul. Sering disertai dengan kelainan letak janin, seperti
letak lintang atau letak sungsang.
TANDA DAN GEJALA
Menurut Departemen Kesehatan RI. 1996. Jakarta.
Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
Gejala Klinik
a. Perdarahan yang
terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering
terjadi pada triwulan ketiga.
b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
d. Bagian terbanyak
janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi
letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Terdapat darah yang keluar berwarna merah segar, dari jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu, dan berlangsung tanpa nyeri.
2. Pemeriksaan luar saja
Yang didapat :
Bagian bawah janin tidak dapat masuk pintu atas panggul
Apabila presentasinya
adalah presentasi kepala, maka biasanya kepala masih terapung diatas
pintu atas panggul, dan sukar didorong masuk kedalam pintu atas panggul.
Tidak jarang ditemukan kelainan letak janin misalnya letak lintang atau
letak sungsang
3. Pemeriksaan in spekulo
Pemeriksaan in spekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari Osteum Uteri Eksternum ( OUE ) atau dari kelainan serviks
dan vagina seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri,
polipus servisis uteri, varises vulva dan trauma. Apabila perdarahan
berasal dari Osteum eksternum Uteri ( OUE ) dicurigai adanya placenta
previa.
4. Pemeriksaan Dalam :
Vaginal Toucher ( VT ) diizinkan jika penderita sudah dikamar operasi.
5. Ultrasonografi ( USG )
Penentuan letak placenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
karena tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak
menimbulkan rasa sakit.
Pada diagnosis didapatkan implantasi plasenta di dinding posterior uterus lebih sering daripada di
bagian anterior dan plasenta yang berimplantasi di korpus posterior
lebih sering bermigrasi ke fundus daripada plasenta yang berimplantasi
di anterior, walaupun pertumbuhan otot polos dinding anterior dan
posterior sama. Pergerakan tampaknya lebih besar di dinding uterus
posterior karena dindingnya lebih panjang.
Wanita dengan riwayat abortus
mempunyai risiko plasenta previa 4 kali lebih besar dibanding wanita
dengan tanpa riwayat abortus dan terdapat hubungan bermakna faktor
risiko abortus dengan plasenta previa.
Plasenta previa terjadi pada wanita
yang pernah mengalami kuretase, diduga disrupsi endometrium atau luka
endometrium merupakan predisposisi terjadinya kelainan implantasi
plasenta. Plasenta previa lebih sering pada wanita multipara, karena
jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut
menyebabkan tidak adanya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta
menjadi lebih tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih luas.
Konsekuensi perlekatan plasenta yang
luas ini adalah meningkatnya risiko penutupan ostium uteri internum.
Plasenta letak rendah terjadi karena endometrium bagian fundus belum
siap menjadi tempat implantasi pada kehamilan yang sering. Pada riwayat
seksio sesarea dapat terjadi plasenta letak rendah karena implantasi
awal plasenta tidak dianterior sehingga dalam perkembangannya tidak
normal.
Plasenta mengalami perubahan, dari
perubahan inilah bisa tejadi plasenta “berpindah” atau lebih tepatnya
bergeser secara relatif menjauhi jalan lahir, seolah-olah bergerak ke
atas. Itulah sebabnya sebelum masuk trimester terakhir, sektar 28
minggu/7 bulan dibiarkan saja dulu asal tidak terjadi perdarahan yang
tidak bisa dikendalikan. Diharapkan setelah 7 bulan bisa berpindah ke
implantasi normal.
PENANGANAN
Konservatif : bed rest, pertahankan sampai 36 minggu
Jika perdarahan berhenti :
a. Bed rest 72 jam sampai menjelang aterm
b. Transfusi, sedia darah
c. Terminasi jika aterm
Jika perdarahan tetap berlangsung dan banyak
a. Pemeriksaan double set up
b. SC
Setiap ibu hamil dengan perdarahan ante partum harus segera dikirim
ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas transfusi darah dan fasilitas
untuk melakukan operasi.Perdarahan yang pertama kali terjadi jarang
menyebabkan kematian, asalkan sebelumnya tidak dilakukan pemeriksaan
dalam / vaginal toucher ( VT )
Apabila pada pemeriksaan perdarahan yang akan berlangsung atau yang
sedang berlangsung tidak akan membahayakan sang ibu dan atau janinnya (
janin yang masih hidup ), dan kehamilan belum cukup atau
kurang dari 36 minggu atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram,
dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan
sampai janin dapat hidup diluar kandungan.
Sebaliknya, jika perdarahan yang telah berlangsung dan yang akan
berlangsung, dapat membahayakan sang ibu dan atau janinnya atau
kehamilan telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah
mencapai 2500 gram, atau persalinan telah dimulai, maka dalam hal ini
pemeriksaan dalam Vaginal Toucher ( VT ) dapat dilakukan dimeja operasi
Prognosis
Dengan penatalaksanaan yang baik, kematian ibu karena plasenta letak
rendah dapat ditekan serendah mungkin atau bahkan tidak ada sama sekali,
kematian perinatal berangsur – angsur dapat diperbaiki. Walaupun
demikian, hingga saat ini kematian perinatal yang disebabkan
prematuritas tetap memegang peranan utama terjadinya kematian perinatal.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrowinata. Sulaiman. Prof. 1983. Obstetri Fisiologi. Fakultas kedokteran Padjajaran. Bandung.
Mochtar, Rustam. Prof. Dr. M.Ph. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Prawirorahardjo. Sarwono. Prof. Dr. DSOG. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Kedaruratan Kebidanan. Buku Ajar Untuk Program Pendidikan Bidan “Perdarahan Antepartum Buku II”I. 1996.. Jakarta.
Antoni. Sinerang.1982. Patologi Kebidanan. Pengikat. Palembang. 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar