Sabtu, 30 Juni 2012

MAKALAH ORGAN REPRODUKSI PRIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organ reproduksi membentuk apa yang dikenal sebagai traktus genitalis yang berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun perempuan sejak lahir sudah dapat dikenal, sel produksi berkembang di sebelah depan ginjal yang tumbuh sebagai koloni-koloni sel kemudian membentuk kelenjar reproduksi. Perkembangan sifat terjadi pada umur 10-14 tahun. Perubahan penting terjadi pada usia remaja ketika jiwa dan raganya menjadi matang. Dalam pubertas anak tumbuh dengan cepat dan mendapatkan bentuk tubuh yang khas dengan jenisnya. Dengan pubertas ini wanita masuk dalam masa reproduktif, artinya masa mendapat keturunan yang berlangsung kira-kira 30 tahun. Pada laki-laki dewasa pubertas dimulai dengan perubahan suara lebih berat, pembesaran genitalia eksterna, tampilnya bulu di atas tubuh dan muka dan tumbuhnya jakun.
Pada pria pubertas sering terjadi ereksi akibat rangsangan seksual dan menghasilkan sperma sehingga terjadi mimpi basah sebagai akibat dari mimpi erotik. Hal itu mendorong hubungan seksual yang bertujuan untuk melanjutkan keturunan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui alat-alat reproduksi pada pria beserta fungsinya.
1.2.2 Untuk mengetahui perkembangan alat-alat reproduksi pria.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Reproduksi
Organ reproduksi berkembang sangat menakjubkan. Testis pada pria maupun sel ovarium pada wanita mulai tumbuh pada awal kehidupan janin, tetapi sifat kelamin belum dikenal. Sel reproduksi berkembang di sebelah depan ginjal kemudian membentuk kelenjar reproduksi yang berisi sel benih dan membentuk struktur sekelilingnya. Organ reproduksi disebut traktus genitalis yang berhubungan dengan traktus urinarius, tetapi tidak bersambung. Sebagian besar organ reproduksi terletak di luar pelvis. Traktus genitalis pada perempuan bersambung dengan rongga peritoneum yang terletak dalam rongga panggul kecil.
2.2 Organ Reproduksi Pria
Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan kelamin luar. Organ reproduksi pria terdiri dari kelenjar (terdiri dari : testis, vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbo uretralis), duktus atau saluran (epididimis, duktus seminalis, uretra) dan bangun penyambung (skrotum, fenikulus spermatikus, dan penis).
2.2.1 Kelenjar
a. Testis
Organ ini merupakan 2 buah glandula yang memproduksi semen, terdapat di dalam skrotum yang digantung oleh fenukulus spermatikus. Pada bayi dalam kandungan, testis terdapat dalam kavum abdominalis di belakang peritonium, sebelum kelahiran akan turun ke kanalis inguinalis bersama dengan fenikulus sperma tikus kemudian masuk ke dalam skrotum. Testis merupakan tempat dibentuknya spermatozoa dan hormon pria yang terdiri dari belahan-belahan, disebut lobulus testis yang menghasilkan hormon testosteron dan menimbulkan sifat

kejantanan, terjadi setelah masa pubertas, di samping itu, follicle stimulating hormon (FSH) dan lutein hormon (LH).
b. Pembungkus testis
1) Fasia spermatika eksterna. Suatu membran yang tipis, memanjang ke arah bawah di antara venikulus dan testis, berakhir pada cincin subkutan inguinalis.
2) Lapisan kremasterika, terdiri dari selapis otot. Lapisan ini sesuai dengan m.obligus abdominis internus dan cascies abdominus internus.
3) Fasies spermatika interna. Suatu membran tipis dan menutupi fenikulus spermatikus. Fasia ini akan berakhir pada cincin inguinalis interna bersama dengan fasia transfersalis. Lapisan ini sesuai dengan m.obligus abdominis internus dan fasianya.
c. Pembuluh darah testis
1) Arteri pudenda eksterna pars superfisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
2) Arteri perinealis superfisialis merupakan cabang dari a.pudenda interna.
3) Arteri kremasterika merupakan cabang dari a.epigastrika inferior.
4) Untuk pembuluh darah vena mengikuti arteri.
d. Persarafan testis
1) N. Ilioinguinalis
2) N. Lumbo inguinalis cabang dari pleksus lumbalis.
3) N. Perinealis pars superfisialis.
e. Vesika seminalis
Vesika seminalis merupakan dua ruangan di antara fundus vesika urinaria dan rektum yang masing-masing ruangan berbentuk piramid, permukaan anterior berhubungan dengan fundus vesika urinaria, dan permukaan posterior terletak di atas rektum yang dipisahkan oleh fasia rektovesikalis.

Panjang kelenjar ini 5 – 10 cm dan merupakan kelenjar sekresi menghasilkan zat mukoid. Zat ini banyak mengandung fruktosa dan zat gizi (prostaglandin dan fibrinogen) yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa. Vesika seminalis bermuara pada duktus deferens dan bergabung dengan duktus ferens. Penggabungan ini disebut duktus ejakulatorius. Sekresi vesika seminalis disebut semen sebagai pelindung spermatozoa. Selama ejakulasi, vesika seminalis mengosongkan isinya ke dalam duktus ejakulatorius sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa. Duktus ejakulatorius berjumlah dua buah. Pada sisi lain dari garis tengah, masing-masing duktus akan membentuk gabungan vesikula seminalis dengan duktus deferens, panjangnya 2 cm, mulai dari basis glandula prostat berjalan ke depan bawah di antara lobus medialis lateralis, dan dari utrikulus prostatikus berakhir ke dalam pinggir urtikulus.
f. Pembuluh darah dan saraf
Arteri yang menyuplai vesika seminalis adalah cabang dari a.vesikalis medialis, a.vesikalis inferior dan a.haemorrhoidalis medialis. Vena-vena dan sistem limfe menyertai arteri. Persarafan merupakan cabang dari pleksus pelvikus
g. Glandula prosfat
Sebagian glandula prostat bersifat glandular dan sebagian lagi bersifat otot, terdapat di bawah orifisium uretra interna dan sekeliling permukaan uretra, dan melekat di bawah vesika urinaria dalam rongga pelvis di bawah posterior simfisis pubis. Prostat merupakan suatu kelenjar yang mempunyai 4 lobus (lobus posterior, anterior, lateral dan medial). Fungsi kelenjar prostat adalah mengeluarkan cairan alkali yang encer, seperti susu mengandung asam sitrat yang berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan pada uretra.

Basis prostat menghadap ke atas, berhubungan dengan permukaan inferior vesika urinaria, permukaannya berhubungan dengan vesika urinaria, dan mengarah ke bawah dan berhubungan dengan diafragma urogenitalis. Prostat dipertahankan posisinya oleh ligamentum puboprostatika, lapisan dalam diafragma urogenitalis, m.levator ani pars anterior, dan m. Levator prostat bagian dari m.levator ani.
h. Pembuluh darah dan saraf
1) A.pudenda interna
2) A.cesicalis inferior
3) A.Haemorrhoidalis medialis
Vena akan membentuk pleksus di sekitar sisi dan basis glandula prostat dan berakhir di vena hipogastrika. Nervus merupakan cabang dari pleksus pelvis.
i. Kelenjar bulbo uretralis
Kelenjar ini terdapat di belakang lateral pars memranasea uretra, di antara kedua lapisan diafragma urogenitalis dan di sebelah bawah kelenjar prostat. Bentuknya bundar, kecil dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm, dan fungsinya hampir sama dengan kelenjar prostat. Kelenjar bulbo uretralis dibungkus oleh simpai jaringan ikat tipis yang di luarnya terdapat serat-serat otot rangka. Jaringan ikatnya banyak mengandung serat elastin, serat otot rangka, dan serat otot polos.
2.2.2 Duktus
a. Skrotum
Skrotum merupakan sepasang kantong yang menggantung di dasar pelvis. Di depan skrotum terdapat penis dan di belakangnya ada anus. Skrotum atau kandung buah pelir berupa kantong yang terdiri dari kulit tanpa lemak yang memiliki sedikit jaringan otot dan berada di dalam pembungkus yang disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk

dari peritonium skrotum yang banyak mengandung pigmen, di dalamnya terdapat kantong-kantong. Setiap kantong berisi epididimis feniculus spermatikus. Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Skrotum bervariasi dalam beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas dan orang tua. Pada keadaan lemah, skrotum akan memanjang dan lemas, sedangkan dalam keadaan dingin akan memendek dan berkerut. Skrotum terdiri dari dua lapisan, yaitu kulit dan tunika dartos.
1) Kulit, warna kecoklatan, tipis, dan mempunyai filica/rugae, terdapat folikel sebasea yang di kelilingi oleh rambut keriting yang akarnya terlihat melalui kulit.
2) Tunika dartos berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis skrotum. Tunika dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi dua ruangan untuk testis dan terdapat di bawah permukaan penis.
Pada skrotum terdapat m.kremaster yang muncul dari m.obliques internus abdominalis yang menggantungkan testis dan mengangkat testis menurut kemauan dan refleks ejakulasi.
b. Fenikulus spermatikus
Fenikulus spermatikus merupakan bangun penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabut saraf. Bentuknya memanjang dari abdominalis inguinalis dan tersusun konvergen ke bagian belakang testis, melewati cincin subkutan dan turun hampir vertikal ke skrotum. Fenikulus spermatikus kiri lebih panjang dari yang kanan karena testis kiri tergantung lebih rendah dari testis kanan.
c. Pembuluh darah fenikulus spermatikus
1) Arteri spermatika interna, merupakan cabang aorta abdominalis, keluar dari abdomen melalui cincin inguinalis abdominalis dan bergabung dengan fenikulus spermatikus sepanjang kanalis

inguinalis yang memberikan darah untuk epididimis dan subtansia testis.
2) Arteri spermatika eksterna, merupakan cabang dari a.epigastrika inferior yang berfungsi memberikan darah untuk fenikulus spermatikus beranastomosis dengan a.spermatika interna.
3) Arteri duktus deferens merupakan cabang dari a.fesikalis inferior, bentuknya panjang dan bergabung dengan duktus deferens beranatomosis dengan a.spermatika interna di dekat testis.
4) V. Permatika, mulai dari belakang testis, menerima darah dari epididimis, membentuk pompa, bagian dari fenikulus spermatikus. Pembuluh-pembuluh yang membentuk pleksus banyak masuk sepanjang fenikulus spermatikus di depan duktus diferens. Di bawah cincin substansia inguinalis, pembuluh ini bersatu membentuk 2-4 vena, lewat kanalis inguinalis masuk ke abdomen. Melalui cincin inguinalis abdominalis, yang kanan bermuara ke vena kava inferior dan yang kiri bermuara ke vena renalis sinistra.
d. Pembuluh limfe
Pembulh limfe terdiri dari dua bagian, yaitu permukaan luar dan permukaan dalam. Pembuluh limfe berasal dari permukaan tunika vaginalis epididimis dan korpus testis. Pembuluh ini akan membentuk 4-8 traktus dan berakhir pada bagian lateral dari pronatik dan nervus lumbalis II.
e. Pembuluh saraf
Pleksus spermatikus merupakan saraf simpatis yang bergabung dengan cabang dari pleksus pelvis yang menyertai arteri duktus deferens.
f. Penis
Bagian ini terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujungnya disebut glans penis, bagian tengah disebut korpus penis, dan bagian pangkal disebut radiks penis. Kulit ini berhubungan dengan pelvis, skrotum dan perineum. Kulit pembungkus amat tipis dan tidak

berhubungan dengan bagian permukaan dalam organ dan tidak mempunyai jaringan adiposa. Di belakang orifisium uretra eksterna, kulit ini membentuk perlipatan kecil yang disebut frenulus preputium. Kulit yang menutupi glans penis bersambung dengan membran mukosa uretra pada orifisium dan tidak mempunyai rambut. Prepusium yang menutupi glans dipisahkan dari prepusium dan didalamnya terdapat ruangan yang dangkal.
1) Fasia superfisialis : secara langsung berhubungan dengan fasia skrotum dengan lapisan sel otot polos. Di antara fasia superfisialis dan profunda terdapat celah yang menyebabkan kulit bergerak bebas. Pada bagian anterior ujung m.bulbokavernosus dan m.iskhiakavernosus terbelah menjadi lapisan dalam dan lapisan luar. Lapisan luar menutupi permukaan superior otot-otot ini dan fasia perinealis dari perineum. Lapisan dalam merupakan lanjutan fasia penis dan lamina profunda. Fasia profunda dari penis menutupi organ dengan kapsul yang kuat.
2) Korpora kavernosa penis : terdiri dari dua masa silinder yang erektil, terdiri dari ¾ dari bagian anterior batang penis. Pada simpisis pubis bagian posterior secara berangsur-angsur membentuk bangun yang lonjong. Korpora kavernosus penis ditutupi oleh kapsul yang kuat, terdiri dari benang-benang superfisialis dan profunda yang mempunyai arah longitudinal dan membentuk satu saluran yang masing-masing mengelilingi korpora dan membentuk satu saluran yang masing-masing mengelilingi korpora dan membentuk septum penis. Septum ini tebal dan terdiri dari bangunan vertikal yang disebut septum pektini formis. Pada permukaan atas terdapat celah kecil tempat v. Dorsalis penis profunda dan pada permukaan bawah terdapat celah yang dalam dan luas berisi korpus kavernosa uretra. Bagian anterior korpus kavernosa penis akan melebar dan disebut bulbus korpus kavernosa penis. Bagian ini terikat kuat pada ramus iskhium pubis yang ditutupi oleh m.iskhium kavernosus.

3) Korpus kavernosa uretra merupakan bagian penis yang berisi uretra, di dalam batang penis berbentuk silinder yang lebih kecil dari kavernosa penis, pada ujungnya agak melebar, bagian anterior membentuk glans penis dan posterior membentuk bulbus uretra.
4) Glans penis merupakan bagian akhir anterior korpus kavernosa uretra yang memanjang ke dalam, bentuknya seperti jamur. Glans penis ini licin dan kuat, bagian perifer lebih besar hingga membentuk pinggir yang bundar yang disebut koronaglandis. Bagian perifer menyempit membentuk bulbus retroglandularis dari leher penis dan pada puncak glans penis terdapat celah dari orifisium uretra eksterna.
5) Bulbus uretra : merupakan pembesaran bagian posterior, 3-4 cm, dari korpus kavernosa uretra dan letaknya superfisialis dari diafragma urogenitas. Fasia superfisialis bercampur dengan kapsula fibrosa dan disebut ligamentum bulbus yang ditutupi oleh fasia bulbus kavernosus.
g. Penggantung penis
1) Ligamentum fundiformis penis, lapisan tebal yang berasal dari fasia superfisialis dari dinding abdominalis anterior di atas pubis.
2) Ligamentum suspensorium penis, berupa benang berbentuk segitiga, bagian eksterna dari fasia profunda menggantung dorsum dan akar penis ke bagian inferior linea alba. Simfisis pubis dan ligamentum arquarta pubis, kruris ischio pubis dan bulbu diafragma urogenitalis merupakan alat penggantung penis.
h. Pembuluh darah penis
1) Arteri pudenda interna, merupakan cabang a.hipogastrika yang menyuplai darah untuk ruangan kavernosus.
2) Arteri profunda penis, merupakan cabang dari a.dorsalis penis. Bercabang terbuka langsung ke ruangan kavernosa. Cabang kapilernya menyuplai darah ke trabekula di ruangan kavernosa, dikembalikan ke vena pada dorsum dan membentuk vena dorsalis

penis yang melewati permukaan superrior korpora kavernosa dan bergabung dengan vena yang lain.
i. Carian semen
Cairan semen terdiri dari spermatozoa dan cairan yang dihasilkan oleh seluruh kelenjar kelamin, serta sedikit tambahan yang berasal dari sistem saluran kelamin. Semen merupakan cairan keruh keputihan yang mengandung 100 juta/ml spermatozoa dan jumlahnya sangat bervariasi. Setiap ejakulasi mengeluarkan 3 ml (300 juta spermatozoa). Pengeluaran semen berlangsung dalam urutan tertentu. Kelenjar bulbo uretralis dan kelenjar uretra mengeluarkan sekret berupa lendir ketika ereksi dan akan melumasi uretra paras kavernosa sewaktu ejakulasi kelenjar prostat bersekresi lebih dahulu. Sekretnya bersifat basa dan menurunkan keasaman uretra yang mengandung sisa air kemih kemudian disusul oleh spermatozoa yang diperas ke luar dari duktus epididimis dan duktus deferens melalui kontraksi dinding otot. Akhirnya, sekresi kental dari vesikula seminalis mengandung fruktosa dan bahan makanan bagi sperma ditambahkan ke dalam massa tersebut.
 
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organ utama reproduksi pada pria adalah testis. Fungsi testis :
1. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa dilakukan di tubulus seminiferus.
2. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstisial.
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke semini ferus selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan. Fungsi testoteron :
1. Efek desensus testis.
2. Perkembangan seksual primer dan sekunder.
3.2 Saran
Seperti kata pepatah ”Tak ada gading yang tak retak”. Dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dari para pembaca demi kesempurnaan di masa yang akan datang.

MAKALAH DIAPER RASH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diaper rash, atau yang sering disebut sebagai ruam popok yang sering terjadi pada anak balita. Akibat dari iritasi pada bagian bokong bayi dan kebanyakan bayi baru lahir memiliki iritasi kulit yang tak berbahaya yang biasanya akan hilang sendiri di bulan-bulan pertama.
Ruam popok pernah dialami oleh hampir semua bayi. Hal ini umum terjadi bila sang bayi mengalami diare yang dapat menyebabkan popok lembab atau basah dan biasanya para ibu akan merasa cemas bila kulit bayinya menjadi berbintik-bintik merah. Namun dengan perawatan popok yang baik maka masalah ini akan mudah dan cepat diatasi sehingga para ibu tidak menjadi khawatir lagi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui masalah-masalah iritasi yang sering terjadi pada bayi terutama diaper rash.
- Mengajakarkan kepada ibu untuk selalu menjaga kulit bayi agar tidak lembab.
- Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi iritasi pada bokong bayi.
- Untuk memberi pengetahuan kepada ibu bahwa diaper rash merupakan hal yang fisiologis pada bayi.

BAB II PEMBAHASAN
 Pengertian
Diaper Rash (Ruam Popok) adalah sebuah ruam atau iritasi di aera popok. Diaper rash merupakan bentuk ruam kontak iritan primer yang paling umum ditemukan, disebabkan oleh kontak kulit dengan urin dan feses yang berkepanjangan, karena urin dan feses mengandung bahan kimia yang bersifat iritan seperti urea dan enzim-enzim usus.
 Penularan
Dermatitis yang mengering atau ruam yang sederhana biasanya tidak menular. Ruam popok yang disebabkan oleh mikroorganisme kadang dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya, jika kondisinya memungkinkan (misalnya infeksi jamur yang akan tumbuh dengan baik di tempat yang lembab dan hangat, dapat timbul pada kulit yang sudah teriritasi). Ketika kondisinya tepat dan tidak dilakukan tindakan pencegahan, infeksi seperti ini juga dapat menjalar ke anak lain.
 Jenis-jenis ruam popok
1. Dermatitis yang mengering
 Tanda dan gejala
- Kemerahan dimana terjadi gesekan
- Tidak ada perasaan tidak nyaman
 Penyebab
- Kelembaban
- Gesekan
2. Dermatitis atopik
 Tanda dan gejala : kemerahan disertai gatal
2
 Penyebab : alergi atau kepekaan
3. Dermatitis seborrhea
 Tanda dan gejala :
- Ruam yang merah tua, seringkali disertai kerak kuning
- Dapat dimulai pada atau menyebar ke kulit kepala
- Tidak ada rasa tidak nyaman
 Penyebab : tidak diketahui
4. Dermatitis Candida (jamur)
 Tanda dan gejala :
- Ruam yang merah menyala, peka terhadap sentuhan, meningkat pada daerah antara paha dan perut, dengan kelompok bintil-bintil yang menyebar darinya.
- Terasa tidak nyaman.
 Penyebab :
- Candida albicans (sejenis jamur)
Candida sering menginfeksi ruam kulit yang belum sembuh dalam 3 hari atau lebih.
5. Impetigo
 Tanda dan gejala
- Pada infeksi stafilokokus, terdapat lepuhan yang besar dan berdinding tipis yang bisa pecah dan meninggalkan kerak tipis berwarna kuning kecoklatan.
- Pada infeksi streptokokus, terdapat gelembung tunggal yang tidak nyeri, berisi cairan, dan dikelilingi oleh kulit yang merah seringkali di sekitar hidung, mulut atau telinga. Kemudian bisa pecah, mengeluarkan cairan yang berwarna kekuningan dan membentuk kerak yang kekuningan. Dapat cepat menjalar ke area kulit lainnya.
 Penyebab : bakteri seperti stafilokokus dan streptokokus.
3
6. Intertrigo
 Tanda dan gejala :
- Area kemerahan yang batasnya tidak jelas dimana kulit berkontak dengan kulit.
- Dapat mengeluarkan cairan putih atau kekuningan.
- Dapat terasa perih jika berkontak dengan air kemih.
 Penyebab : menggeseknya kulit dengan kulit.
 Perawatan
Untuk dermatitis yang sederhana dilakukan perawatan sebagai berikut :
1) Basuhlah kulit di daerah popok dengan air, keringkan setiap cerut lipatan kulit bayi baik-baik, dan hindari pemakaian lap berpewangi.
2) Mengurangi kelembaban di area popok. Mengganti popok sesegera mungkin setelah mengetahui anak membasahinya. Dan selalu mengeringkannya (dengan menepuk-nepuk) bagian yang baru dicuci. Pemberian tepung kanji jagung dapat mengurangi kelembaban, dan pengolesan salep ruam popok secara tebal dapat melindungi kulit dari air kemih (mintalah rekomendasi dari dokter anak). Selain itu dapat menggunakan krim penolak air, misalnya jelli atau minyak kastor. Perlindungan seperti ini akan lebih penting jika anda menggunakan popok kain atau tidak dapat segera mengganti popok yang basah.
3) Menambah kontak denagn udara. Biarkan anak untuk berkeliaran di dalam rumah tanpa memakai popok atau celana sekalipun, lebih baik setidaknya sekali sehari (tentunya hanya di area rumah dimana “kecelakaan” buang air tidak akan merusak perabotan). Siapkan pot toilet di dekatnya, untuk menjaga kemungkinan “kecelakaan”. Jika biasanya anak menggunakan celana yang tahan air seperti celana karet atau plastik bersama popok kain, kurangi penggunaan celana ini sebisa mungkin karena celana tersebut berfungsi sebagai penutup yang oklusif, menghalangi proses penguapan kontaktan serta memperbesar penetrasi kontaktan ke dalam kulit. Dan jangan menutupi kulit
4
anak dengan salep ketika anda melakukan hal ini karena salep akan menghalangi kontak kulit dengan udara, seperti ia menghalangi kontak kulit dengan kelembaban.
4) Mengurangi kontak dengan bahan yang mengiritasi. Segeralah mengganti popok yang sudh basah dan terkotori. Jangan menggunakan “tisu” basah tetapi gunakan air hangat dan kapas atau handuk kertas yang lembut untuk membersihkan kulit ketika mengganti popok. Menggunakan sabun tawar tidak lebih dari satu kali sehari. Penambahan bahan mandi dari koloid havermut (misalnya aveeno) ke dalam air mandi mungkin akan menenangkan kulit, terutama pada anak laki-laki yang mengalami ruam popok pada penisnya.
5) Mengganti popok. Ada anak yang bereaksi berbeda terhadap jenis popok lain. Meskipun ruam popok lebih jarang terjadi pada anak yang menggunakan popok sekali pakai, tetapi ada anak yang lebih cocok menggunakan popok kain, ada anak yang lebih cocok terhadap satu merek popok sekali pakai dibandingkan merek lainnya. Bila anda mencuci sendiri popok anak, gunakan setengah cangkir cuka atau pembilas khusus untuk popok. Selain itu pastikan sudah terbilas bersih dan hindari deterjen biologis.
6) Jangan menggunakan : asam borak (yang beracun bila tertelan dan tidak aman untuk disimpan di dalam rumah yang mempunyai anak kecil), bubuk talk atau produk yang mengandung talk (yang jika terhirup dapat menimbulkan masalah pernafasan) atau obat-obatan milik anggota keluarga lainnya, baik yang dibeli berdasarkan resep dokter atau dibeli bebas (beberapa bahan yang ada dalam produk kombinasi, dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit). Hubungi dokter anak agar kondisinya dapat didiagnosa dan diberi resep khusu, jika ruam popok ini memburuk, nyeri, atau bintil-bintil, lepuh, berair, menjadi tukak, luka di ujung penis, tidak menyembuh dalam tiga atau empat hari, atau jika terjadi demam yang tidak jelas sebabnya. (pastikan bahwa anda menanyakan berapa lama obat harus digunakan sampai terjadi perbaikan. Setelah perawatan dimulai, hubungilah dokter kembali jika kondisinya tidak membaik dalam waktu yang telah ditentukan, atau jika bertambah parah).
5
Segeralah hubungi dokter jika anak tampaknya sangat sakit atau jika terdapat pengelupasan yang luas (selebar satu inchi atau lebih).
 Pencegahan
Upaya-upaya pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :
- Menjaga kebersihan dan kekeringan area popok (pengolesan tepung kanji jagung akan mengurangi kelembaban).
- Jangan menunggu terlalu lama untuk mengganti popok yang sudah basah.
- Hindari pemberian makanan yang kelihatannya mengiritasi (pada beberapa anak, beberapa makanan yang mengandung asam, misalnya sitrun, menghasilkan tinja yang mengiritasi kulit) dan hindari penggunaan sabun dan tisu basah y ang mengiritasi. Pastikan bahwa anda mencuci tangan dengan setelah mengganti popok dari anak yang mengalami ruam popok yang terinfeksi dan pastikan bahwa hal yang sama dilakukan oleh pengasuh anak, baik di sekolahnya maupun di rumah.

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian materi di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Ruam popok yang terjadi pada bayi merupakan hal yang fisiologis dan biasa terjadi terutama bila bayi sedang diare.
2) Jika anak biasa menggunakan celana yang tahan air bersama, popok kain, maka kurangi penggunaan celana ini selama memungkinkan.
3) Selalu menjaga kebersihan dan kekeringan area popok dengan cara selalu mengganti popok bayi secepatnya bila popok sudah lembab/basah.
4) Hindarilah pemakaian celana plastik atau karet sebisa mungkin pada bayi, karena dapat menghalangi penguapan kontaktan serta memperbesar kontaktan ke dalam kulit.
5) Dan yang paling utama yaitu pemberian krim mistatin (mycostatin) setiap kali mengganti popok, terutama pada bayi yang mengalami ruam popok yang sudah lama.
7
DAFTAR PUSTAKA B. Merenstein, Gerald. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta : Widya Medika Smith, Dr Tony. 2005. Dokter di Rumah Anda. Jakarta : Dian Rakyat. Eisenbery, Arlene dkk. 1995. Anak di Bawah Tiga Tahun. Jakarta. Arcan.

MAKALAH ALERGI

BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak. Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke dokter umum dan sekitar 80% diantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi. BBC beberapa waktu yang lalu melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang (Judarwanto, 2005).
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dan lain-lain. Zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap, pewarna dan pengawet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Alergi
Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang tertentu (alergen) (Judarwanto, 2005).
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen (wikipedia, 2008).
2.2 Pembagian Alergi
Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral, sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.
2.2.1 Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini)
Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen, di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya, akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin, serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan (released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-
tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: - shok anafilaktis - urtikaria, edema Quincke - kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale - rinitis vasomotorica
2.2.2 Macam/type II (reaksi imu sitotoksis)
Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan penyakit-penyakit autoimun.
2.2.3 Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex = precipitate):
Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan. Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa, artritis rematoida.
2.2.4 Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin):
Reaksi ini baru mulai beberapa jam atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema, contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.).
2.3 Faktor-faktor yang mendukung terjadinya atau terbentuknya alergi:
2.3.1 Kesediaan atau kecenderungan sebuah organisem untuk berreaksi secara berlebihan terhadap zat-zat asing akibat kemampuan organisme itu untuk memproduksi antibodi dengan berlebihan. Juga kelabilan struktur pembuluh ikut mendukung hal ini.
2.3.2 Sebuah organisme yang normal (dalam arti tidak mempunyai sifat-sifat tersebut dalam a bisa juga berreaksi berlebihan jika terjadi kontak dengan antigen dalam jumlah tinggi sekali (extreme exposure)
2.3.3 Belakangan ini dikemukakan sebuah teori, bahwa kecenderungan untuk menjaga kebersihan secara berlebih-lebihan bisa mendukung juga terbentuknya penyakit alergi, karena kemungkinan tubuh tidak terbiasa lagi kontak dengan antigen sebagai akibat disingkirkannya antigen-antigen tersebut (yang biasanya dikandung dalam “kotoran” sehari-hari) secara “mutlak”.
2.4 Macam-macam Alergen:
2.4.1 Alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya: serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur (aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap formalin dll.
2.4.2 Alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih telur, ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei, madu dsb.), obat-obat telan.
2.4.3 Alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan kulit atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan desinfeksi dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari tumbuh-tumbuhan (jamur, getah atau damar dsb.).
2.4.4 Alergen yang memasuki tubuh melalui suntikan atau sengatan: obat-obatan, vaksin, racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).
2.4.5 Implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter gigi untuk mengisi lubang di gigi.
2.4.6 Autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak atau pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.
2.4.7 Diagnostik/pemeriksaan: Pada kecurigaan adanya alergi setelah anamnesa dan pemeriksaan tubuh dilakukan dengan teliti, maka langkah pertama ialah melakukan tes-tes alergi:
2.4.8 Tes epikutan: pembubuhan alergen-alergen yang dicurigai bisa menjadi penyebabnya ke atas foil khusus, yang kemudian ditempelkan (biasanya) ke punggung penderita. Pada reaksi positif, maka akan timbul bercak merah pada alergen atau alergen-alergen tersebut.
2.4.9 Tes alergi epikutan
Tes intrakutan: setelah kulit di lengan bawah (lihat gambar) ditoreh dengan jarum dan ditandai, lalu pada luka-luka torehan dibubuhkan alergen-alergen yang dipilih (biasanya dipilih yang paling sering menjadi penyebab). Setelah beberapa waktu, jika ternyata positif, maka pada alergen tersebut akan timbul indurasi yang dikelilingi bercak merah. Tergantung garis tengah indurasi masing-masing, maka gradasi atau tingkat kepekaan terhadap alergen tersebut disebutkan dengan: negatif/tidak pasti/lemah/positif/positif kuat atau dengan - / (+) / + / ++ / +++ / ++++.
2.4.10 Tes alergi intrakutan
Untuk memperkuat atau memastikan diagnosanya, selanjutnya ditentukan kadar IgE total di serum dan IgE-IgE yang spesifik terhadap alergen-alergen yang menyebabkan reaksi positif. Pada penderita yang dicurigai menderita ekstrinsik atau alergik bronkial asma, seharusnya dilaksanakan tes eksposisi inhalatif dengan alergen tertentu (inhalatif provokatif tes spesifik), karena hasil tes intra- atau epikutan yang positif belum membuktikan seratus persen, bahwa sistem pernafasan sudah terkena. Kecuali jika dalam anamnesa sudah benar-benar ternyata, bahwa pada eksposisi dengan alergen tersebut penderita menderita sesak nafas. Dalam hal ini bahkan tes eksposisi inhalatif dengan alergen tersebut tidak dianjurkan, karena jelas berbahaya. Tes eksposisi inhalatif spesifik ini tentunya harus dilaksanakan dengan persiapan yang teliti, terutama persiapan untuk kedaan gawat-darurat yang bisa terjadi, yaitu reaksi yang parah dengan sesak nafas berat yang bisa sampai menyebabkan kematian. Karena itu sebelum tes ini harus dipastikan, bahwa obat-obatan seperti kortison, antihistaminikum, epinefrin, cairan infus serta alat-alat untuk resusitasi termasuk intubasi sudah tersedia lengkap.
Pelaksanaan tes eksposisi inhalatif: Setelah persiapan-persiapan di atas, pemeriksaan dimulai dengan pelaksanaan spirometri. Jika ternyata pada pasien sudah dapat dibuktikan adanya obstruksi bronkial, maka tes tidak boleh dilaksanakan. Kecuali kalau obstruksinya hanya ringan sekali. Dalam hal ini dan jika tidak ada obstruksi, maka tes bisa dimulai dengan menyemprotkan alergen ke lubang hidung atau pasien harus menghirup alergen tersebut dari nebulizer.
2.4.11 Tes provokasi inhalatif
Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata timbul obtsruksi, maka harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini bisa dilakukan di praktik, tetapi sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang selama 1 - 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya reaksi lambat, yang terkadang juga bisa berat.
2.5 Simptoma/Pemunculan klinik:
2.5.1 Shok anafilaktis:
Akibat pembesaran pembuluh-pembuluh kapiler yang diiringi peningkatan permeabili- tas dindingnya , sebagian besar cairan plasma merembes keluar ke jaringan. Hal ini mengakibatkan hipovolaemia yang berarti turunnya tekanan darah secara berlebihan.
1. Akut: terjadinya beberapa menit setelah kontak dengan alergen (injeksi anestesi lokal, antibiotika, sengatan lebah dsb.). Gejalanya: kolaps (circulatory collaps) dengan tekanan darah yang (hampir) tidak bisa diukur dan takikardi. Kehilangan kesadran/pingsan. Sering disertai pembeng- kakan mukosa saluran pernafasan dengan edema glotis, sesak nafas.
2. Proses lambat/berlarut: gatal-gatal, rasa panas pada telapak tangan dan kaki, di rongga mulut (sering dengan rasa metalik/logam), keluhan sirkulatoris (pusing, lemah, perasaan tidak enak badan dsb.), eksantem (bercak-bercak merah di seluruh tubuh, urtikaria dengan gatal yang hebat, pembengkakan mukosa dalam rangka edema Quincke. Bronkospasmus (pengerutan otot-otot bronki) yang mengakibatkan sesak nafas. Hipertensi!!! Hiperperistaltik (meningkatnya kerja saluran pencer- naan) dengan akibat muntah-muntah dan berak-berak (tidak harus diare!). Kejang-kejang otot tubuh karena gangguan pusat syaraf. Selain itu: lekopeni, trombo- peni, hambatan koagulasi darah.
Terapi:
1. Bila pasien kehilangan kesadaran, letakkan dalam posisi samping yang stabil:
Kemudian injeksikan1 mg epineprin (adrenalin atau suprarenin) yang telah dicampur dengan 9 ml NaCl o,9%. Berikanintravenos beberapa kali (setiap kali 1 ml sampai seluruhnya. Kemudian Prednisolon 250 s/d 1000 mg. Sebagai pelengkap antialergikum (clemastinhidrogenfumarat atau dimetindenmaleat 4 mg), infus dengan cairan koloidal (HAES), Dopamin, Noradrenalin . Jika terjadi aspiksia, maka intubasi atau trakeotomi darurat.
Gambar 2.1
“Jarum” untuk trakeotomi darurat
Gambar 2.2
Skema Trakeotomi Darurat
2. Serum sickness:
Gejala-gejalanya sepeerti pada shock anafilaktis, tetapi biasanya jauh lebih ringan. Biasanya tejadi 5-8 hari setelah eksposisi pertama dengan alergen. Penjelasannya sebagai berikut: waktu antibodi dibentuk, alergen/antigen yang pertama memasuki organisme tersebut belum seluruhnya tereliminasi, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada waktu permulaan. Sehingga reaksi yang terjadipun hanya meliputi sejumlah kecil alergen dengan antibodi saja. Inilah sebabnya, kenapa reaksi ini ringan saja. Simptoma:pada tempat injeksi akan muncul eritema yang kemudian meluas ke seluruh tubuh dengan diiringi naiknya suhu tubuh. Selain itu akan timbul urtikaria, edema Quincke, muntah-muntah, diare dan nyeri sendi yang mirip gejala rematik.
Terapi: Prednisolon dan antihistaminikum.
3. Urtikaria dan Edema Quincke: Kedua simptoma ini bisa merupakan bagian dari shock anafilaktis/serum sichkness atau juga merupakan gejala tersendiri. Urtikaria merupakan bercak-bercak merah di kulit yang diikuti timbulnya gelembung-gelembung putih (wheals) yangbesarnya bervariasi dari kira-kira 0,5 cm sampai selebar telapak tangan. Batasannyaterhadap kulit di sekelilingnya jelas/tajam, diiringi rasa gatal dan nyeri. Gelembung-gelembung ini bisa menyatu dan membentuk gelembung besar berisi cairan (bula). Di selaput mulupun gejala ini bisa muncul. Terkadang suhu tubuh naik (tidak terlalu tinggi). Sesudah 2 hari biasanya semua akan menghilang. Afeksi ini terbentuknya hanya di lapisan permukaan kulit saja. Sebaliknya Edema Quincke mengenai juga lapisan-lapisan yang lebih dalam. Pembengkakan ini biasanya hanya terbatas di wajah, bibir dan lidah, dan hanya menimbulkan perasaan tegang di bagian yang terkena tanpa gejala lain. Kecuali, tentu saja, jika bagian tenggorokan juga terkena, sehingga bisa menyebabkan edema glotis
Terapi:Prednisolon dan antihistaminikum, kalsiumglukonat intravenous.
Gambar 2.3
4. Eksantem sebagai manifestasi alergi terhadap obat-obatan: Eksantema akibat alergi terhadap obat-obatan bisa mirip seperti eksantema yang terlihat pada beberapa penyakit infeksi: morbilli/german measles, rubella, scarlet fever/scarlatina. Bercak-bercak merah yang timbul bisa menyatu (konfluensi) dan jarang melebihi permukaan kulit, diiringi rasa gatal dan bisa mengenai rongga mulut, di mana eksantem itu bisa menyerupai eritema eksudativum. Obat-obat yang bisa menyebabkan alergi (contoh): penisilin dan derivatnya (amoksisillin, ampisillin dsb.), sulfametoxazol/trimetoprim dan lain-lain
Gambar 2.4
5. Beberapa reaksi alergis di bagian/rongga mulut:
a. Cheilitis alergis akut: Bengak dan merah di bibir diikuti rasa gatal dan te-gang, kadang denga ulserasi pem- borokan. Antigen yang menyebabkan reaksi ini sering obat oral/telan, makanan (putih telur, ikan dll).
Gambar 2.5
b. Cheilitis eczematosa: Muncul setelah kontak jangka agak panjang dengan obat, makanan, kosmetika, pasta gigi dsb. Beruap merah dan pembengakakan bibir dan bagian sekelilingnya dengan erosi permukaan, vesicula dan crusta. Di mucoas yang bersangkutan juga terlihat eritema edematos dengan atau tan-pa vesicula. Biasanya dengan pemborokan di sudut mulut/bibir (ragada), gatal dan rasa panas di bibir.
c. Stomatitis alergis akut: Pembengkakan mukosa dan memerahnya (rubor) disertai timbulnya vesicula dan erosi. Rasa panas, nyeri waktu mengunyah, produksi air liur berlebihan. Antigen: pasta gigi, permen karet, tembakau, ob-at, makanan, bahan-bahan yang dipergunakan di kedokteran gigi.
d. Stomatopati alergis sebagai reaksi terhdap prostesis/implantat: Meme-rahnya dan pembengkakan mukosa di bagian palatin (atap mulut) dan alveolar process, jarang di mukosa bagian pipi atau di lidah. Erosi permukaan, coating, rasa panas, gangguan rasa (disgeusia). Alergen: implant atau prostesis metal atau sintetik.
Terapi: eliminasi antigen, kortison.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diketahui bahwa sekitar 80% kunjungan pernafasan pasien ke dokter merupakan gangguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi.
2. Ditemukan bahwa zat yang paling sering menyebabkan alergi: Serbuk tanaman; jenis rumput tertentu; jenis pohon yang berkulit halus dan tipis; serbuk spora; penisilin; seafood; telur; kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya; susu; jagung dan tepung jagung;sengatan insekta; bulu binatang; kecoa; debu dan kutu
3.2 Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi.
2. Bagi masyarakat khususnya penderita alergi dapat dengan rutin dan rajin mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan harapan dapat segera menanggulangi alergi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Judarwanto, 2005. Alergi Makanan, Diet dan Autisme. Dipresentasikan pada seminar AUTISM UPDATE DI HOTEL NOVOTEL Jakarta tanggal 9 September 2005.
---------------, 2005. Alergi Pada Anak, Jakarta. Penerbit Yudhasmara, 2004.
Wikipedia, 2008. Alergi. http://id.wikipedia.org/wiki/Alergi, (diperoleh pada tanggal 12 Desember 2008).

Kamis, 28 Juni 2012

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL (ANC) DENGAN HIV/AIDS


BAB I
PENDAHULUAN
    A.     Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
  
BAB II
HIV/AIDS PADA IBU HAMIL

A.     DEFINISI
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.
Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika sang ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan pencucian sperma dan inseminasi buatan.

B.     PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU KE BAYI
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit.
Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang dipakai bergantian), 3-5% dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar.
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat.
Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI.
Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko penularan dapat dikurangi menjadi 8%.
Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan:
1.       Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)
Resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai. Angka penularan hanya 1 persen bila ibu memakai ART. Angka ini kurang-lebih 4 persen bila ibu memakai AZT selama minggu enam bulan terahkir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama enam pertama hidupnya. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2.       Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya
Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan. Bila si ibu memakai AZT dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko hampir nol. bu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan memakai bedah Sesar.
3.       Menghindari menyusui
Kurang-lebih 14 persen bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI (PASI, atau formula).
Namun jika PASI tidak diberi secara benar, risiko lain pada bayinya menjadi semakin tinggi. Jika formula tidak bisa dilarut dengan air bersih, atau masalah biaya menyebabkan jumlah formula yang diberikan tidak cukup, lebih baik bayi disusui. Yang terburuk adalah campuran ASI dan PASI. Mungkin cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di Indonesia adalah menyusui secara eksklusif (tidak campur dengan PASI) selama 3-4 bulan pertama, kemudian diganti dengan formula secara eksklusif (tidak campur dengan ASI).

C.     INFEKSI PADA BAYI
Jika dites HIV, sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada antibodi terhadap HIV dalam darahnya. Namun bayi menerima antibodi dari ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.
Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan.
Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat dipakai untuk menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu setelah lahir. Tes ini, yang mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya tersedia di Jakarta, dan harganya cukup mahal.

D.    KESEHATAN IBU
Penelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil tidak menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi hamil tidak mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif.
Namun, terapi jangka pendek untuk mencegah penularan pada bayi bukan pilihan terbaik untuk kesehatan ibu. ART adalah pengobatan baku. Jika seorang perempuan hamil hanya memakai obat waktu persalinan, kemungkinan virus dalam tubuhnya akan menjadi resistan terhadap obat tersebut. Hal ini dapat menyebabkan masalah untuk pengobatan lanjutannya.
 Seorang ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan semua masalah yang mungkin terjadi terkait ART:
v Jangan memakai ddI bersama dengan d4T dalam ART-nya karena kombinasi ini dapat menimbulkan asidosis laktik dengan angka tinggi.
v Jangan memakai efavirenz atau indinavir selama kehamilan.
v Bila CD4-nya lebih dari 250, jangan mulai memakai nevirapine.
v Beberapa dokter mengusulkan perempuan berhenti pengobatannya pada triwulan pertama kehamilan.
 
E.     CARA PENULARAN HIV/AIDS
  1. Utamanya melalui hubungan seks yang tidak aman ( tanpa kondom ) dengan pasangan yang sudah tertular, baik melalui hubungan seks vaginal, oral, maupun anal ( Anus ).
  2. Memakai jarum suntik bekas dipakai orang yang terinfeksi virus HIV.
  3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi virus HIV.
  4. Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan ditularkan kepada bayinya.

F.      TANDA DAN GEJALA PENYAKIT AIDS 
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
v  Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
v  Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
v  Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
v  System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
v  System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
v  Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

G.    CARA PENCEGAHAN HIV - AIDS
cara pokok untuk mencegah penluaran HIV-AIDS yaitu :
v  Tidak melakukan hubungan seks pra nikah atau hubungan seks bebas baik oral vaginal, anal dengan orang yang terinfekasi
v  Saling setia, hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sah.
v  Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan HIV/AIDS.
v  Tolak penggunaan narkoba ,khususnya narkoba suntik.
v  Jangan memakai jarum suntik bersama.
v  Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
v  Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
v  Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
v  Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
 
H.    PENANGANAN DAN PENGOBATAN AIDS
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.
Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika yang aman dan efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa.
Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:
1.      Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
2.      Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
3.      Azitromisin 2 gram, peroral
4.      Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
5.      Ciprofloxacin 500 mg, peroral
6.      Ofloxacin 400 mg, peroral\
7.      Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.

Pengobatan pada Hamil/menyusui
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.
 
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU HAMIL
( ANC )

I.       PENGUMPULAN DATA
A.    IDENTITAS / BIODATA
Nama               : Ny.H                            Nama                    : Tn.K           
Umur               : 19 tahun                       Umur                    : 21 tahun     
Suku/ bangsa   : Islam                            Suku/ bangsa        : Islam          
Agama             : Jawa/Indonesia            Agama                  : Jawa/Indonesia
Pendidikan      : SMA                            Pendidikan                                 : SMA      
Pekerjaan         : IRT                              Pekerjaan              : Wiraswasta
AlamatRumah:  Jln.Karya Bakti No.33 Alamat Rumah     : Jln.KaryaBakti No.33  


B. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
1.      Kunjungan saat ini :         Kunjungan Pertama           Kunjungan Ulang
Keluhan utama : Ibu mengatakan sering menggigil, nafsu makan berkurang dan demam
2.      Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama umum 17 tahun dengan suami sekarang 2 tahun
3.      Riwayat Menstruasi
Menarche umur 11 tahun, siklus 28 hari, teratur / tidak
Lama 7 hari.
Sifat darah            : Encer/ beku.
Bau                        : khas  
Fluor albus            : ya
Dismenorroe          : ya
HPHT                    : 05-11-2012
TTP                       12-08-2013
4.      Riwayat Kehamilan ini
a.       Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 23 minggu 3 hari. ANC di Klinik Bidan
Frekuensi         : Trimester I    :  1        kali
                          Trimester II    : 1       kali
                          Trimester III  : 1        kali
b.      Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir  10 kali
c.       Keluhan yang dirasakan :
Ibu mengatakan nafsu makan berkurang, badan terasa lemas dan demam
d.     Pola Nutrisi      :           Makan                                     Minum
Ø  Frekuensi     :           2x1 sehari                                8 gelas sehari
Ø  Macam         :           Sayur, lauk, nasi buah,            air putih
Ø  Jumlah         :           1 porsi                                     2 gelas
Ø  Keluahan     :           Tidak ada                                Tidak ada
Ø  Pola Eliminasi :        BAB                                        BAK
Ø  Frekuensi     :           2x sehari                                  5x sehari
Ø  Warna                      :           Kuning                        Kuning Jernih
Ø  Bau              :           Khas                                        Khas
Ø  Konsisten    :           Lembek                                   Cair
Ø  Jumlah         :           Tidak terkaji                            Tidak terjadi
e.       Personal Hygiene
v  Kebiasaan mandi                                       : 2 kali sehari
v  Kebiasaan membersihkan alat kelamin     : Setiap selesai BAB dan BAK
v  Kebiasaan mengganti pakaian dalam        : 2 kali sehari
v  Jenis pakaian dalam yang digunakan        : Kain katun
f.       Imunisasi
TT 1 tanggal    :
TT 2 tanggal    :           20-04-2012
TT 3 tanggal    :
TT 4 tanggal    :
TT 5 tanggal    :
5      Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu



TABEL BELUM DILAMPIRKAN
6      Riwayat kontrasepsi
TABEL BELUM DILAMPIRKAN
  1. Riwayat Kesehatan.
a.       Penyakit sistematik yang pernah / sedang diderita
Ibu mengatakan badannya sering menggigil dan demam
b.      Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
c.       Kebiasan-kebiasaan
Merokok                            : Tidak Ada
Minum jamu-jamuan         : Tidak Ada
Minum-minuman keras     : Tidak Ada
Makan / Minum                 : Tidak Ada
Perubahan pola makan ( termasuk ngidam, nafsu makan turun dan lain)
: ibu mengatakan nafsu makan menurun
8.      Keadaan Psiko Sosial Spiritual
a.       Kelahiran ini                      : √    Diinginkan         Tidak Diinginkan
b.      Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang :
Ibu belum mengetahui tanda “ bahaya pada kehamilan, dan keadaannya sekarang”
c.       Penerima ibu terhadap kehamilan saat ini :
Ibu menerima kehamilan ini dengan rasa bahagia
d.      Tanggapan keluarga terhadap kehamilan :
Suami dan keluarga menerima kehamilan dengan bahagia
e.       Ketaatan ibu dalam beribadah :
Ibu taat beribadah

II.                PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum           : Baik   Kesadaran       : Composmeritis
b.      Tanda Vital                 :
Tekanan darah             : 100/ 80 mmHg
Nadi                            : 72 kali per menit
Pernafasan                   : 20 kali per menit
Suhu                            : 35.50c
c.       TB                               : 150 cm
BB                               : Sebelum hamil 47 kg, BB sekarang 50 kg
d.      Kepala dan leher        
Edema wajah              : Tidak Ada
Cloasma gravidarum   : + / -
Mata                            : Konjungtiva merah jambu sklera tidak icleus
Mulut                          : Cagr tidak berlubang, tidak ada karies, tidak ada sariawan dan bersih
Leher                           : Tidak ada pembengkakan kelenjar txroid
e.       Payudara                    
Bentuk                        : Simetris
Aerola Mammae          : Hitam Kecoklatan
Puting Susu                 : Menonjol
Colostrum                   : Tidak Ada
f.       Abdomen                   
Bentuk                        : Asimetris
Bekas Luka                 : Tidak ada bekas luka
Strie gravidarum         : Ada
Palpasi Leopold         
Leopold I                    : TFU 24 Cm diatas Simpisis
Leopold II                   : Teraba panjang, memapah diselah kanan ibu (punggung janin)
Leopold III                 : Teraba bagian keras, bulat, melintang (kepala janin)
Leopold IV                 : Bagian bawah janin belum masuk PAP
Osborn test                  : Tidak dilakukan
TBJ                              : (24-13) x 155=1705 gram
Aukultasi DJJ              : Punctum maksimum kuadran kanan bawah pusat
g.       Ekstremitas               
Edema                         : Tidak Ada
Varices                        : Tidak Ada
Refleks Patella            : (+)
Kuku                           : Bersih dan Pendek
h.      Genetalia luar
Tanda chadwich          : Ada
Varices                        : Tidak Ada
Bekas luka                   : Tidak Ada
Kelenjar bartholini      : Tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini
Pengeluaran                 : Tidak Ada
i.        Anus
Haemoroid                  : Tidak Ada
  1. Pemeriksaan panggul luar (bila perlu)
Distensia spinarum                  : 24 cm
Distensia kristarum                 : 28 cm
Boudelogue                             : 18 cm
Lingkar panggul                      : 85 cm
3.      Pemeriksaan Penunjang
-          Pemeriksaan darah + HIV
-          Pemeriksaan HB 11 Gram           

III.             ASSESSMENT
1.      DIAGNOSA KEBIDANAN
G.Po A Bo hamil 23 minggu 4 hari, kehamilan intra uterin janin hidup, janin tungal, punggung kanan, presentasi kepala bagian bawah (PAP).
Ø  Diagnosa dengan keadaan ibu penderita HIV
1.      Ibu Primigravida
Data Dasar : Go, Po, ABO
Ibu primigravida berumur 19 tahun, belum pernah melahirkan dan tidak pernah abortus.
2.      Usia kehamilan 23 minggu 4 hari
Data dasar : HPHT                       : 05-11-2012
                    Tanggal kunjungan    : 20-04-2012
                    TFU                           : 24cm
3.      Kehamilan intra uterin
Data dasar : Teraba bagian janin didalam rahim ibu serta ada nyeri tekanan pada saat palpasi abdomen
4.      Janin Hidup
Data dasar : ibu mengatakan ada pergerakan janin dan pada saat palpasi terdapat gerakan janin.
5.      Janin Tunggal
Data dasar : Teraba satu bagian yang panjang, memapan dan satu bagian bulat, keras dan melenting
6.      Punggung kanan
Data dasar : pada saat pemeriksaan palpasi Leopold II teraba bagian yang panjang, memapan disisi sebelah kanan dalam rahim ibu.
7.      Presentasi Kepala
Data dasar : pada saat pemeriksaan palpasi Leopold II teraba bagian yang bulat keras dan melenting dari bagian bawah perut ibu.\
8.      Bagian terbawah belum termasuk PAP (convergen)
Data dasar : pada pemeriksaan palpasi Leopold IV teraba bagian bawah janin belum masuk PAP, dimana tangan masih bisa menyatu saat pemeriksaan bagian bawah (convergen).
9.      Keadaan ibu dan janin baik
Data dasar : dari hasil pemeriksaan diketahui
TD             : 100/80 mmHg
MD            : 72x/menit
RR             : 20 x / menit
Suhu          : 36,50c
2.      MASALAH
Ibu cemas dengan kehamilah saat ini
Data Dasar : Terlihat dari wajah ibu
3.      KEBUTUHAN
Beri Penkes pada ibu tentang :
-          Personal Hygine
Yaitu sarankan ibu untuk mengganti pakaian dalam 2x sehari dan membersihkan alat kelaminnya dengan air bersih sesudah BAB dan BAK
-          Beri suport mental
Yaitu beri dukungan dan semangat pada ibu dan yakinkan ibu kalau ibu dan bayinya akan baik-baik saja
-          Pola Nutrisi
v  Yaitu sarankan ibu untuk makan-makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein spirit mengkonsumsi daging, telur, tempe, wortel,buah alpukat, sayur-sayuran, buah-buahan berwarna dan kaya vitamin
v  Menganjurkan ibu untuk banyak minuman air putih 8 gelas/hari paling sedikit
v  Beri ibu tablet  Fe dengan dosis 1x1 / hari, anjurkan minum pada malam hari, kalau siang hari dapat menimbulkan muntah
  v  Pola Istirahat
Ø  Anjurkan ibu beristirahat dan tenang agar kondisi ibu dan bayi baik
Ø  Anjurkan suami dan keluarga untuk memberikan semangat

4.      DIANGNOSA  POTENSIAL
AIDS
5.      MASALAH POTENSIAL
v  Penularan pada bayi
v  Kematian pada ibu
v  Kematian pada bayi
6.      KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA BERDASARKAN KONDISI KLIEN
a.       Mandiri
v  Memberi tambahan vitamin B12 3x1hari
v  Sarankan makan makanan yang bergizi, sayur-sayuran, buah-buahan, daging telur
v  Memberi tablet Fe 1x1 hari
b.      Kolaborasi
Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang perkembangan janin dan kondisinya(USG)
c.       Rujuk
Tidak Ada
IV  PLANING
      Tanggal 20-04-2012                      Jam 10.30wib
v  Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan seperti:
Ø  TD:100/80mmHg
Ø  RR:20 x / menit
Ø  Pols:72 x / menit
Ø  Suhu:36,5 C
v  Beritahu ibu penkes tentang:
Ø  Personal hygine
Ø  Pola istirahat
Ø  Pola nutrisi
v  Beri ibu dukungan atau support mental
v  Beri tahu keluarga untuk tatap memberi semangat pada ibu

V .  PELAKSANAAN
       Tanggal 20-04-2012                     Jam 10.45Wib
       Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti:
Ø  Perdarahan pervaginam
Ø  Sakit kepala yang hebat
Ø  Pengelihatan kabur
Ø  Bengka pada muka dan tangan
Ø  Nyeri perut hebat
v  Menjelaskan pada ibu untuk mengatur pola istirahat dan tenang agar keadaan ibu dan janin baik yaitu jng terlalu bnyk berfkir,dan jng terlalu bnyk melakukan kegiatan
v  Menganjurkan pada ibu untuk memakai pakaian yang longgar dan berbahan katun agar ibu tetap merasa nyaman.
v  Menjelaskan pada ibu untuk mengatur pola makan sikit tapi sering agar ibu tetap bertenaga dan tidak lemas.
v  Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian,atau apabila ibu mengalami penyakit atau hal-hal yang keluarga anggap tidak mengerti dan ibu mengatakan akan kembali melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.




VI. EVALUASI
v        Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan seperti:
TD       :100 /80mmHg
RR       :20 x/menit
Pols     :72 kali/ menit
Suhu    :36,5 C
v        Ibu sudah mengrti cara mengatrur pola istirht yang baik dan tenang
v Keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
v Ibu sudah mengetahui tentang penjelasan pola nutrisi
v Ibu mengetahi tentang personal hygyne
v Ibu bersedia dating kembali pada kunjungan selanjutnya.


 DAFTAR PUSTAKA

Rukiah, Ai Yeyeh S.Si.T, “ Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)”, Jakarta: Trans Info Media, 2010.
Prawirohardjo, Sarwono, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal “, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009